Webinar dan Peluncuran ISEO 2022, “30 Tahun untuk Indonesia: Ekonomi dan Keuangan Syariah yang Lebih Berdaya Guna”

0

Webinar dan Peluncuran ISEO 2022, “30 Tahun untuk Indonesia: Ekonomi dan Keuangan Syariah yang Lebih Berdaya Guna”

 

DEPOK – (11/12/2021) Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) FEB UI mengadakan kegiatan Webinar dan Peluncuran Indonesia Sharia Economic Outlook (ISEO) 2022, bertajuk “30 Tahun untuk Indonesia: Ekonomi dan Keuangan Syariah yang Lebih Berdaya Guna” pada Sabtu (11/12). Acara ini merupakan kegiatan tahunan PEBS FEB UI dalam rangka memberikan informasi mengenai kondisi terkini, proyeksi ke depan, serta rekomendasi bagi sektor – sektor ekonomi dan keuangan syariah.

Wakil Kepala PEBS FEB UI Nurkholis, M.S.E., memberikan sambutan pembuka, menyampaikan bahwa PEBS FEB UI kembali menghadirkan ISEO 2022 sebagai momentum 30 tahun kehadiran ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Pada tahun ini, ISEO 2022 diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana ekonomi syariah berkembang selama 30 tahun terakhir di Indonesia dan perannya dalam proses pemulihan ekonomi nasional sebagai upaya untuk mendorong terwujudnya Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia.

Kemudian, sambutan dari Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D., menuturkan “Sudah 3 dekade ekonomi dan keuangan syariah hadir di Indonesia. Melihat kilas balik perjalannya, Indonesia harus berbangga dengan segala capaian yang telah ditorehkan dalam sektor keuangan syariah dan industri halal. Di tengah pandemi sekalipun, Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam Global Islamic Economy Indicator Score Rank dan peringkat pertama dalam Islamic Finance Country Index pada Global Islamic Finance Report 2021. Di era revolusi Industri 4.0, diharapkan ekonomi dan keuangan syariah memiliki semangat baru agar lebih berdaya guna, dan bisa adaptif menyesuaikan perkembangan zaman. Selain itu, berharap ISEO 2022 menjadi flagship dari PEBS dan FEB UI sebagai acuan para stakeholder dalam mengarahkan ekonomi dan keuangan syariah agar membawa kebermanfaatan untuk seluruh lapisan masyarakat.”

Kegiatan ini dilanjutkan dengan pemutaran video Keynote Speech sekaligus peresmian peluncuran ISEO 2022 oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Sandiaga Salahudin Uno.

Pada kesempatan ini, Kepala PEBS FEB UI Rahmatina A. Kasri, Ph.D., memberikan pemaparan tentang ISEO 2021. Rahmatina menjelaskan metode penyusunan dan cakupan ISEO 2022 meliputi makro ekonomi, keuangan komersial syariah, keuangan sosial syariah, contemporary islamic business, dan industri halal. Posisi Indonesia di landscape ekonomi dan keuangan syariah membaik karena Indonesia saat ini berada di posisi ke-4 berkat stakeholder. Selain itu, industri halal media kreasi naik signifikan, perkembangan sektor keuangan syariah menunjukan tingkat resiliensi yang menggembirakan. Dana haji pun dapat meningkat dari sisi investasi.

Hal menarik lainnya sekarang ini ada di fintech syariah yang diproyeksikan akan naik 23% dari aset. Indonesia memiliki penyaluran peer to peer (P2P) lending yang tumbuh hingga 154%. Sedangkan keuangan mikro syariah dan dana sosial Islam memiliki kinerja yang menggembirakan. Begitu pula dengan zakat digital dan ziswaf juga meningkat. Sementara, dari industri halal seperti makanan, minuman, dan farmasi merupakan sektor tertinggi, dimana Indonesia menempati peringkat ke-7 eksportir di dunia. Namun, masih adanya permasalahan di perkembangan riset, edukasi ekonomi dan keuangan syariah, dan sumber daya manusia (SDM).

“Proyeksi ekonomi syariah pada 2022 dari sisi makro diperkirakan tumbuh sebesar 4,5-5,9%, sedangkan pada perbankan syariah diproyeksikan tetap positif. Dari sektor keuangan sosial syariah untuk zakat pada 2022 akan tumbuh Rp15-18 miliar dan wakaf pendukung utama industri halal keuangan mikro syariah akan tumbuh 4-5%. Industri pariwisata halal juga diperkirakan pada tahun depan akan bangkit. Mengingat kasus Covid-19 sudah mengalami penurunan secara signifikan,” ujar Rahmatina.

Sesi Panel 1: Keuangan Syariah

Pada sesi panel pertama membahas mengenai Keuangan Syariah menghadirkan 3 narasumber, yaitu Direktur Eksekutif, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo, Komisaris Utama BTPN Syariah Kemal A. Stamboel, dan Direktur PT. Principal Asset Management (PAM) Fadlul Imansyah dengan moderator Tika Arundina Aswin, Ph.D., Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Islam FEB UI.

Ventje Rahardjo, narasumber pertama, menjelaskan ada 30 program kerja prioritas yang akan dikerjakan oleh KNEKS mengenai Sectoral Transformation Office dengan 13 program percepatan pada 2021 – 2024. Pada pengembangan industri halal, KNEKS mendorong kodifikasi data industri produk halal. Selain itu, KNEKS juga mengupayakan Masterplan Industri Produk Halal, membentuk taskforce lintas kementerian/lembaga (K/L) dalam rangka mempercepat sertifikasi halal UMKM, melakukan riset dan inovasi berbasis teknologi, mendorong implementasi layanan syariah jaminan sosial ketenagakerjaan yang dapat diimplementasikan secara nasional dan kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) syariah dalam pembangunan infrastruktur.

Menurut Ventje, pada pengembangan dana sosial syariah diperlukan transformasi tata kelola dan peningkatan peran dana sosial syariah (khususnya wakaf uang) untuk mendukung kesejahteraan masyarakat dan ketahanan ekonomi nasional, serta penyediaan platform digital pada Institusi Keuangan Syariah (IKMS)/Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan Sustainabilitas. Pada pengembangan UMKM, perlu dilakukan sinergi akselerasi pengembangan industri halal, meningkatkan nilai ekspor produk halal, membangun pusat data ekonomi syariah, zona kuliner halal, aman dan sehat, serta pembentukan kelembagaan ekonomi syariah di tingkat daerah.

Kemal A. Stamboel, narasumber kedua, menjelaskan bahwa paradigma baru dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi melalui behavioural economics, karena salah satu masalah yang dihadapi pada ekonomi syariah berkaitan dengan disparitas. Ekonomi syariah berlaku untuk semua, namun tidak semua bisa bermain di setiap bidang. Di berbagai hal banyak celah yang dapat dimasuki, sehingga segmentasi approach membutuhkan pendekatan yang spesifik dan unik, tidak secara general dan seragam untuk menangani hal tersebut. Diperlukan penyelesaian social impact yang dapat mengedepankan perbaikan ekonomi dan berani menghadapi sisi profitabilitas sebagai hal yang bukan prioritas.

Potensi ekonomi Indonesia secara segmentasi, menunjukkan bahwa peran generasi muda (milenial), peningkatan peran wanita dan pengentasan kemiskinan merupakan tonggak pondasi ekonomi masa depan. Milenial mempunyai value recognition dimana selalu berusaha untuk mendapatkan pengakuan dalam sebuah komunitas, sedangkan Generasi Z memiliki value authenticity different with other. Namun, keduanya menjunjung tinggi etika dan berharap ekonomi syariah dapat menjawab isu sosial saat ini.

“Sementara itu, digital transformation memiliki pengaruh besar terhadap perilaku individu yang terpaksa berpartisipasi didalamnya. Semakin masif transformasi digital yang terjadi maka semakin besar dampaknya pada perilaku masyarakat dalam pengambilan keputusan, sehingga dalam behavioral economics, Nudge merupakan suatu upaya dalam mendorong suatu perilaku tertentu. Oleh sebab itu, di dalam syariah, we cannot driven just being compliance, but understanding the principal behind the regulation,” ungkap Kemal.

Lanjut Kemal, pada aspek transformasi perbankan, bank syariah diharapkan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan bertransformasi mengikuti kebutuhan nasabah. The New Islamic Bank Paradigm merupakan penyempurnaan hakikat dari bank syariah yang mempunyai misi selain sebagai commercial mission namun juga social mission, sehingga harus mengenal prinsip syariah lebih dalam dan segmentasi yang lebih jelas.

Fadlul Imansyah, narasumber ketiga memaparkan bahwa PT. PAM berkomitmen aktif dalam pengembangan pasar modal syariah melalui inovasi produk syariah dan peningkatan literasi keuangan di masyarakat. Di tengah tantangan alur pendaftaran haji yang memiliki masa tunggu keberangkatan hingga 20 tahun, sebagai salah satu mitra investasi badan pengelolaan keuangan haji (BPKH), PT. PAM menawarkan sebuah solusi melalui program Principal Haji Muda.

“Program ini diharapkan dapat membantu masyarakat muslim Indonesia yang beraspirasi menjadi Haji selagi muda, dengan mengumpulkan biaya awal berhaji sedini mungkin melalui investasi syariah yang dapat diakses melalui aplikasi Principal ID. Terdapat 2 solusi produk terhadap program Principal Haji Muda, yaitu RDPT (principal income fund syariah) dan RDPU (principal cash fund syariah 2). Keduanya menggunakan pendekatan target risk,” demikian Fadlul menutup sesinya.

Sesi Panel 2: Industri Halal

Pada sesi panel kedua membahas Industri Halal, menghadirkan 2 narasumber, yakni Ketua Umum Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Riyanto Sofyan dan Group Head Wardah Paragon Technology and Innovation Novia Sukmawaty dengan moderator Wisam Rohilina Peneliti Senior PEBS FEB UI dan Owner Mannequina Clothing.

Riyanto Sofyan, narasumber pertama, memaparkan bahwa ada 5 megashift dalam consumer behaviour di masa pandemi, diantaranya mengoptimalisasi penggunaan digital; hygiene, health, and wellness; responsible consumption; wellbeing revolution; contributing to sustainable cause. Ini membuat pariwisata harus beradaptasi dengan kelima megashift tersebut. Namun, bagi pelaku usaha di industri pariwisata sangat sulit beradaptasi pada kondisi ‘almost zero income’, sehingga ada tiga tantangan utama, yaitu cash flow management, protokol kesehatan, dan eksternal risk uncertainty. Para pelaku usaha melakukan beberapa langkah survival action melalui produk seperti virtual tour, hotel menyewakan coworking rooms dan quarantine rooms, serta banyaknya travel agent yang bertransformasi menjadi kafe.

Menurut Riyanto harus ada peningkatan di sisi penawaran melalui peningkatan kualitas produk wisata halal, penguatan ekosistem ekonomi wisata halal, meningkatkan kualitas strategi promosi, menginisiasi paket bundling yang menarik dan fire sales, serta mengaktifkan strategi pemasaran digital di semua saluran. “Saya berharap pemerintah dapat memberikan ekosistem yang mendukung dalam pemulihan industri pariwisata yang berfokus dalam empat tema, antara lain natur, wellness, culture, dan mice melalui ekonomi khusus industri halal terpadu dimana UMKM menjadi tenant,” tutur Riyanto.

Novia Sukmawaty, narasumber kedua, mengatakan bahwa Wardah sebagai salah satu leading market di halal cosmetics berusaha adaptif terhadap pandemi. Terbukti, Wardah sudah meluncurkan 50 stock keeping unit selama pandemi dan meluncur produk hygiene needs serta produk blue light protection. Wardah juga mendorong digital experience dalam pemasarannya, seperti adanya virtual try on menggunakan augmented reality, meningkatkan virtual experience, menggantikan beauty advisor menjadi online personal assistant, serta meningkatkan excitement melalui live streaming experience.

“Wardah juga memiliki strategi inovasi produk halal di masa mendatang, seperti berkolaborasi dengan lebih dari 300 ahli di 25 negara, menggunakan global halal raw material, memaksimalkan tren global halal lifestyle melalui fashion global. Setiap brand memiliki DNA-nya masing masing sehingga setiap brand memiliki implementasinya sendiri dalam pengembangan produk halal dan beradaptasi terhadap kondisi pandemi,” tutup Novia.