Departemen Akuntansi FEB UI dan ICAEW: How Can Future Professionals Stay Vigilant and Safe to Cyber Threats?

0

Departemen Akuntansi FEB UI dan ICAEW

How Can Future Professionals Stay Vigilant and Safe to Cyber Threats?

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (21/4/2021) Departemen Akuntansi FEB UI mengadakan kuliah umum bersama Institute of Chartered Accountants in England and Wales Indonesia (ICAEW) dengan topik “How Can Future Professionals Stay Vigilant and Safe to Cyber Threats?” pada Rabu (21/4). Menghadirkan Kirstin Gillon (ICAEW Pimpinan Riset Fakultas Teknologi) sebagai pemateri dan Dr. Tb. M. Yusuf Khudri (Dosen Departemen Akuntansi FEB UI) sebagai pemandu acara.

   

Kirstin memaparkan materinya “Cyber Security: What Accountants Need to Know” mengenai serangan dunia maya yang telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir yang memengaruhi semua sektor, terutama bisnis dan akuntansi.

Menurut Kirstin, teknologi punya implikasi terhadap akuntansi dalam hal ABCD, yakni artificial intelligence (kecerdasan buatan), blockchain (rantai blok), cyber security (keamanan siber), dan data. Teknologi tersebut membuka peluang besar bagi akuntan untuk memberikan nilai lebih besar kepada bisnis dan klien. Namun, teknologi ini pun menciptakan tantangan baru bagi masa depan profesi. Oleh karena itu, akuntan perlu beradaptasi sehingga dapat memaksimalkan teknologi dan mengikuti perkembangan zaman.

Sejatinya, teknik kecerdasan buatan bukanlah hal baru. Bahkan, laju perkembangannya pun kian cepat. Namun, adopsi yang luas dalam ruang lingkup bisnis dan akuntansi masih dalam tahap awal. Perlu adanya pemahaman yang mendalam untuk memecahkan masalah bisnis dan akuntansi, menghadapi tantangan praktis, dan menyesuaikan keterampilan.

Berbagai kalangan profesi perlu mengidentifikasi peluang dan risiko teknologi dengan baik sehingga dunia bisnis dapat bertumbuh dengan aman dan optimal. Terlebih, akuntan profesional memiliki beberapa peran krusial dalam mengawal sektor bisnis dan ekonomi di era global sekarang ini.

“Sudah saatnya bisnis menanggapi ancaman serangan dunia maya dengan serius. Laporan baru McAfee memperkirakan kejahatan dunia maya global telah merugikan bisnis sebanyak 1 triliun dollar per tahun. Akibat serangan tersebut, bisnis mungkin harus membayar dana tebusan, biaya perbaikan masalah, atau denda peraturan. Selain itu, dapat mengganggu kinerja bisnis, mengancam reputasi merek dan pelanggan, serta kerugian lainnya,” tuturnya.

Semenjak mewabahnya COVID-19, pemerintah menerapkan aturan lockdown. Akhirnya, banyak perusahaan harus beradaptasi dengan cepat. Para pegawainya harus mampu bekerja jarak jauh dari rumah. Mereka pun beralih ke platform digital dengan menggunakan dan menerapkan perangkat lunak yang tepat.

Serangan kejahatan dunia maya yang paling umum terjadi, di antaranya phishing, ransomware, serangan kata sandi, dan penipuan surel. Phishing berarti penyerang mencoba mengelabui pengguna agar mengklik ‘tautan buruk’ sehingga mereka tanpa sadar mengunduh malware atau memberikan data seperti kredensial. Ransomware, berarti penyerang menyebarkan perangkat lunak berbahaya untuk membatasi atau mencuri data pribadi dan meminta tebusan finansial. Serangan kata sandi berarti penyerang meretas kata sandi untuk mendapatkan akses masuk ke sistem. Penipuan surel berarti penyerang mengirim pesan seolah-olah pihak resmi tertentu untuk mengarahkan pengguna mengirim dana ke bank miliknya.

Kirstin mengingatkan bahwa bisnis dalam setiap aktivitas dunia digital harus mempertimbangkan masalah kejahatan dunia maya, menyesuaikan sistem keamanan informasi, mengamankan data krusial, dan memahami dasar-dasar siber.

Ia membagikan 10 langkah keamanan siber untuk perusahaan kecil dan menengah, yakni alokasikan tanggung jawab, terapkan firewall, perbarui perangkat lunak, kontrol akses, lindungi dari virus, perhatikan seluler dan cloud, amankan penyimpanan, rencanakan yang terburuk, didik seluruh tim, simpan catatan, dan lakukan pengujian rutin

“Sebaiknya, bisnis mikro mulai memiliki kesadaran dunia maya. Keamanan siber adalah risiko utama yang relevan dengan bisnis dari semua ukuran dan sektor di seluruh dunia. Sedini mungkin, amankan akses dengan memilih 3 kata sandi acak yang kuat, mengaktifkan otentikasi 2 faktor, dan menyimpan kata sandi di browser pribadi. Lalu, perbarui perangkat lunak dan cadangkan data secara berkala,” tutupnya.