Seri Kuliah Umum MPKP FEB UI Bahas Peluang dan Tantangan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19 

0

Seri Kuliah Umum MPKP FEB UI Bahas Peluang dan Tantangan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19 

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (1/4/2021) Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero), Tbk, Andry Asmoro, M.A., menjadi narasumber dalam Seri Kuliah Umum Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan (MPKP) FEB UI untuk mata kuliah Forum Pembangunan Indonesia, bertajuk “Peluang dan Tantangan Perbankan dalam Pemulihan Ekonomi Pasca Covid-19” yang dipandu oleh Yohanna M. L. Gultom, Ph.D., Sekretaris Program Studi MPKP FEB UI, pada Kamis (1/4/2021).

Dalam paparannya, Andry Asmoro, menyampaikan pertumbuhan kredit perbankan di masa pandemi Covid-19 masih mengalami kontraksi -1,92% pada Januari 2021 atau -1,54% secara year to date (ytd). Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan kredit di 2021 menjadi 5% – 7%, sementara OJK menargetkan kredit untuk tumbuh 6,5%. BI memangkas target pertumbuhan kredit karena adanya revisi ke bawah untuk asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke 4,3% – 5,3%.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kredit di perbankan, di antaranya weak demand (sebagian sektor tetap tumbuh dan sudah membaik, namun sebagian besar masih lagging) dan supply yang selektif (hanya kepada sektor yang fast recovered untuk menghindarkan cycle non-performing loan atau NPL berikutnya), sumber pembiayaan korporasi yang semakin beragam terutama dari pasar modal dan fintech companies (seperti peer to peer lending untuk segmen UMKM), dan beberapa perusahaan yang memiliki cash flow lancar dan baik.

Oleh karena itu, perbaikan permintaan kredit perbankan dapat dipengaruhi oleh stimulus pemerintah ke masyarakat, penajaman fokus spending pemerintah pada proyek-proyek Infrastruktur yang padat karya dalam negeri, pemilihan sektor dan wilayah yang masih menjadi sumber pertumbuhan pada 2021, dan perbaikan sisi konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

Kemudian pertumbuhan kredit wholesale dapat didorong dengan berfokus kepada sektor-sektor yang berkontribusi besar, yaitu terdapat 5 sektor yang menyumbangkan sekitar 70% (industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, konstruksi, pertanian dan perkebunan, dan transportasi dan komunikasi), tiga sektor masih dapat tumbuh atau hanya mengalami kontraksi kecil di 2020 konstruksi, pertanian, transportasi dan komunikasi), 2 sektor mengalami kontraksi, namun sektor perdagangan besar dan eceran yang paling terdampak dengan kontraksi sepanjang tahun dan NPL yang di atas 5%.

Menurut Andry, restrukturisasi kredit yang dicanangkan oleh Bank Mandiri bagi yang terkena dampak pandemi mendorong stabilnya kualitas aset. Namun kenyataannya, rasio kolek 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi Maret 2020 yaitu dari 6,87% menjadi sebesar 4,29% atau sebesar Rp235 triliun pada Desember 2020 terutama karena dampak dari program restrukturisasi kredit. Kemudian, NPL masih berada di angka > 3% sejak Mei 2020 sebesar 3,00% sampai Desember di level 3,06% atau sebesar Rp168 triliun, sehingga mengindikasikan masih ada debitur-debitur yang tidak mengikuti program restrukturisasi kredit sehingga mengalami penurunan kinerja. Dan portfolio restrukturisasi perbankan sesuai POJK 11/2020 sebesar Rp971 triliun atau 70% dari potensi restru keseluruhan Rp1.378 triliun, menunjukkan masih ada debitur yang belum termasuk dalam program restrukturisasi.

Perbankan perlu membentuk tambahan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atas debitur restrukturisasi yang terdampak Covid-19 berdasarkan prioritas tingkat resiko debitur berfokuskan pada prinsip kehati-hatian perbankan, alokasi CKPN tambahan (build up), dan perbaikan CKPN build up berdasarkan tingkat risiko debitur

“Peran Bank Mandiri dalam membantu pemerintah untuk Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), antara lain restrukturisasi kredit debitur terdampak Covid-19, penyaluran penempatan uang negara ke Debitur UMKM dan non-UMKM, subsidi bunga untuk debitur UMKM-KPR-KKB, dan penjaminan kredit untuk debitur UMKM dan Non-UMKM,” demikian Andry menutup sesi pemaparannya.