Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Gelar Jabfung Week

0

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Gelar Jabfung Week

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK-(18/2/2021) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar acara “Jabfung Week” selama dua hari, pada Kamis (18/2) dan Jumat (19/2). Dalam acara ini, pimpinan FEB mengundang seluruh dosen tetap FEB UI. Pembukaan acara menghadirkan Dr. Beta Yulianita Gitaharie, Dekan FEB UI dan Dr. Abdillah Ahsan, Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) UI.

Jabfung weeks hadir dalam rangka sosialisasi karir dosen, untuk meningkatkan semangat dosen mengurus dan meningkatkan karir akademik, meningkatkan kualitas, mendorong dosen, serta meraih resolusi UI pada tahun 2021.

Pada hari Jumat, bagian SDM bekerja sama dengan fakultas dan departemen mengadakan one on one consultation untuk para dosen yang akan mengurus jabatan fungsional. Tercatat 61 dosen yang mendaftar, terdiri dari pengajar dan asisten ahli 28 orang, lektor 29 orang, dan lektor kepala 4 orang.

   

Beta dalam sambutannya mengatakan, “Saya menyambut baik acara Jabfung Week di tingkat FEB UI. Melalui acara ini, kami membuka kesempatan bagi para dosen mengurus jabatan akademiknya. Pada dasarnya, jabatan akademik merupakan kunci utama institusi pendidikan meraih akreditasi unggul.”

Kini, di FEB UI hanya Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi (PPIE) yang telah mendapat akreditasi unggul. Sebaran jabatan akademik dari 260 dosen tetap FEB UI per 17 Februari 2021, yakni pengajar 22 persen, asisten ahli 30 persen, lektor 34 persen, lektor kepala 8 persen, dan guru besar 6 persen. Terlihat bahwa presentase jabatan pengajar masih cukup tinggi.

Proyeksinya, sebaran jabatan akademik bisa meningkat menjadi pengajar 20 persen, asisten ahli 30 persen, lektor 30 persen, lektor kepala 11 persen, dan guru besar 9 persen.

“Oleh karena itu, saya sebagai pimpinan fakultas menerima amanat untuk mengajak para dosen. Fakultas dan departemen telah bekerja keras memberikan pelayanan yang lebih baik dalam mempercepat kenaikan pangkat dan mengelola SDM, baik tingkat dosen maupun tenaga kependidikan,” tutur Beta.

     

Dalam pemaparan materinya, “Sosialisasi Jenjang Karir Dosen dan Jabfung Week 2021”, Abdillah menjelaskan bahwa pemeringkatan di Kementrian Pendidikan dan Budaya pada tahun 2020, ada 4 komponen bobot tolok ukur, yaitu input  (20%), process (25%), output (25%), dan outcome (30%).

“Saat ini, UI menduduki posisi kedua dalam daftar perguruan tinggi klaster 1 dengan komponen input peringkat ke-9, process peringkat ke-7, output peringkat ke-2, dan outcome peringkat ke-3. Kita lemah pada komponen input yang mencakup kualitas dosen,” ungkap Abdillah.

Resolusi dosen UI pada tahun 2021, 7% staf pengajar menjadi asisten ahli, 11% asisten ahli menjadi lektor. Sementara itu, UI juga memiliki target 13% guru besar pada tahun 2021 dan 20% guru besar pada tahun 2024.

Ada tiga jenis pengusulan jabatan fungsional. Pertama, naik jabatan reguler, secara berurutan dari asisten ahli (kum: 100-150), lektor (kum: 200-300), lektor kepala (kum:400-550-700), hingga guru besar (kum: 850-1050). Kedua, loncat jabatan, misalnya dari asisten ke lektor kepala atau dari lektor ke guru besar. Ketiga, naik pangkat atau golongan, tetapi masih dalam jabatan fungsional yang sama.

Seorang dosen yang ingin meningkatkan jabatan akademik harus mengumpulkan kum atau angka kredit kumulatif yang bersumber dari tri dharma, yaitu memenuhi aspek pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Kualifikasi dosen di UI minimal berpendidikan S3 dan bersertifikasi dosen. Selain itu, perlu memiliki jabatan fungsional lektor, memiliki publikasi penelitian valid (google scholar, scopus, research gate, sinta), serta satu publikasi per tahun di jurnal internasional bereputasi (terindex scopus).

Abdillah menuturkan bahwa ada strategi umum untuk menjadi asisten ahli, lektor, lektor kepala, dan guru besar, “Strategi umum asisten ahli dan lektor harus memenuhi minimal satu publikasi di jurnal nasional sebagai penulis pertama.”

“Sementara itu, lektor kepala dan guru besar harus mencari research grant, meneliti sesuai keilmuan, publikasi hasil penelitian, minimal 1 artikel jurnal menjadi first author (dalam 2 tahun sekali), selebihnya boleh selain first author, publikasi di jurnal nasional dan internasional yang bereputasi (sinta dan scopus), melihat impact factor, serta publikasi hasil penelitian di buku ber-ISBN, buku referensi, dan artikel jurnal,” sambungnya.

Abdillah menutup sesinya dengan mengingatkan setiap dosen untuk segera melengkapi data diri, tri dharma, dan portofolio di Sistem Informasi Sumberdaya Terintegrasi atau SISTER (sister.ui.ac.id). Portofolio SISTER berisi data karir dosen, sertifikasi dosen, pemetaan sumber daya manusia, dan pemeringkatan nasional.(hjtp)