Kuliah Umum Departemen Akuntansi: Leadership in Managing New Economy During and After Pandemic

0

Kuliah Umum Departemen Akuntansi: Leadership in Managing New Economy During and After Pandemic

 

Hana Fajria – Humas FEB UI

Depok – (2/12/2020) Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengadakan kuliah umum dengan tema Leadership in Managing New Economy During and After Pandemic, pada Rabu, 2 Desember 2020.

Acara yang berlangsung secara daring ini menghadirkan Teddy P. Rahmat, Chairman Triputra Group dengan moderator Prodjo Sunarjanto S.E., M.Ak., Dosen Akuntansi FEB UI dan Presiden Director PT. Adi Sarana Armada Tbk. Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua Departemen Akuntansi FEB UI, Dr. Ancella A. Hermawan lalu dilanjutkan dengan pemaparan materi dari narasumber.

Pada kesempatan ini, Teddy P. Rahmat berbagi pengalamannya dalam berbisnis dan memimpin perusahaan. Secara lugas, Teddy membagi tips bisnisnya yang sangat sederhana. Menurutnya, leadership itu tidak hanya dilakukan saat masa pandemi saja, tapi selama menjadi pemimpin.

Berikut tips yang diberikan Teddy, pertama, cari angin yang kuat: kedua,  gali keunikan bisnis kita, dan ketiga, geber keunikan tersebut.

Tip pertama dari Teddy, cari angin yang kuat. Berbisnislah di industri atau bidang yang sedang atau akan tumbuh pesat. Pilih bisnis yang benar. Karenanya, pelajari perubahan-perubahan dalam permintaan pasar. Meski memiliki produk atau jasa terbaik, bisnis tak akan berkembang pesat bilamana produk dan jasa tersebut tak dibutuhkan masyarakat dalam skala besar. Pilihlah sektor industri yang benar.

Yang kedua, gali keunikan. Berada dalam industri atau bidang yang tengah tumbuh berarti harus berani menghadapi persaingan. Sebab, banyak orang berpikiran sama dengan kita, masuk ke sektor yang seksi tersebut. Untuk memenangkan persaingan, cari keunikan bisnis kita dibanding kompetitor. Tentunya, keunikan ini harus terkait dengan daya jual dan tingkat keuntungan. Bisa jadi, keunikan tersebut memberi nilai tambah pada konsumen. Atau, keunikan kita berupa proses bisnis yang lebih efisien. Kita tidak boleh memilih keunikan yang tidak terkait dengan penjualan dan keuntungan.

Ketiga“leveraging.” Bila sudah menemukan keunikan yang akan menjadi senjata pamungkas memenangkan persaingan, geber terus keunikan tersebut, untuk menumbuhkan bisnis hingga sebesar-besarnya. Di sini berlaku apa yang dinamakan “fanatical discipline”, yakni upaya mati-matian untuk terus mempertajam keunikan tadi. Menurut Teddy, pemimpin bisnis harus terus menggeber bisnisnya–tak ada istilah puas–hingga menjadi nomor satu dan menguasai pangsa pasar terbesar.

“Untuk menentukan pemimpin yang baik, pilihlah bibit yang baik dan tanah yang subur. Bibit yang baik itu memiliki karakter, daya jual, dan kompetensi. Tanah yang subur seperti culture, respect and appreciation, dan working climate, serta budayakan nilai-nilai seperti integrity and ethics, excellence, compassion (berbagi dengan sesama), humility (rendah hati) pada diri kita,” tambahnya.

Less for self, more for others, enough for everyone. Menjadi pemimpin tidak mudah. Di dalamnya terkandung amanah yang besar dan mulia, untuk tidak semata-mata mengejar dan mengutamakan kepentingan pribadi, tetapi memberi dampak positif bagi banyak pihak. Itulah reason for being  of a true leader,” tutup Teddy mengakhiri sesinya.(hjtp)

https://drive.google.com/drive/folders/10wNHaYpxyuhl4yM054FXVKQECkxxmV-p