Menkeu Sri Mulyani:  Kebijakan Makro Ekonomi  Menyiasati Pandemi Covid-19

0

Menkeu Sri Mulyani :  Kebijakan Makro Ekonomi  Menyiasati Pandemi Covid-19

Hana Fajria ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Program Studi Magister Manajemen (MM) FEB UI, mata kuliah Lingkungan Bisnis, Jumat malam mengadakan kuliah umum Orasi Ilmiah oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati.  Kuliah yang diadakan secara daring ini diikuti oleh lebih dari 400 mahasiswa dan kepala departemen, kepala program studi, serta Pj. Dekan dan ditutup oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro.

Orasi ilmiah ini, mengambil topik “Kebijakan Makro Ekonomi Pemerintah Pusat dalam Menyiasati Pandemi Covid-19,” dengan moderator Rofikoh Rokhim, Ph.D selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen.

Sri Mulyani memulai dengan mengatakan perekonomian selalu memiliki 4 pilar yang dikelola bersama yaitu, kebijakan moneter, kebijakan fiskal (keuangan Negara), ekonomi riil (GDP atau Produk Domestik Bruto, besar dan pertumbuhannya) dan Neraca Pembayaran (hubungan satu ekonomi dengan seluruh dunia).  Bila salah satu terganggu, maka yang lain akan terganggu.

Kuliah lengkapnya dapat diikuti pada link berikut ini.

https://www.youtube.com/watch?v=nXQ9pvlElH8

Di bagian akhir, Sri Mulyani menambahkan,  menghadapi new normal seluruh stakeholders harus bekerja sama. Sekarang menghadapi Covid ini kerjasama antara akademik, pemerintah dan masyarakat, luar biasa. Sekarang universitas-universitas kita berlomba-lomba membuat ventilator, membuat reagen, Kita juga mendukung penelitian untuk menemukan anti virus. Seluruh dunia melakukan upaya yang sama, dalam wadah WHO, G20 dibuat kerja sama penelitian, genome di ‘share” untuk memahami karakteristik virus itu dan bagaimana menemukan anti virus.

Dalam situasi ini hubungan akademisi dengan pemerintah,  sektor bisnis dan masyarakat menjadi sangat penting.  Negara2 yg hubungan  (Pemerintah, akademik , swasta dan masyarakat) sangat baik, bisa mencari cara utk bertahan dlm situasi ini, yaitu kondisi kesehatan, social capitalnya tidak “ambyar”. Social capital kita mengalami tekanan, juga masyarakat  kita. Kalau daya tahan kita bagus, kalau masyarakat punya rasa gotong royong dan solidaritas baik, maka kita punya ketahanan. Ekonomi dan pemerintah juga begitu. Tidak ada suatu negara yang merasa tahu tentang Covid. Setiap negara saling melihat, mencoba mengerti dan menyesuaikan dengan sifat  dari masyarakatnya masing-masing, untuk melihat langkah-langkah yang dapat dilakukan. Dari sisi ekonomi, sisi teknologi, sisi social mengatakan hal yang berbeda, sehingga masukan ini semua diperlukan untuk membuat policy-policy yang diperlukan. Di tiap daerah kita berbeda juga, yang terjadi di Jakarta tidak sama dengan yang di Sulawesi Utara atau Bali, sehingga responnya berbeda.

Inilah suatu ujian sekaligus peluang bagi semua stakeholder untuk bekerja sama secara konstruktif dan positif.

“Mahasiswa sebagai penerus bangsa dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki kemampuan analytical, punya kecerdasan emosi, kepedulian sosial. Ini kejadian dalam 100 tahun sekali, once in a life time. Apakah Anda akan jadi generasi yang matang, punya kecerdasan analitik dan solidaritas sosial yg bagus akibat Covid, sangat tergantung pada Anda masing-masing. Its going to be the same virus everywhere in the world, tapi bagaimana kita merespon tergantung dari bagaimana kita menyikapinya. Kita terus berikhtiar dan berdoa semoga menemukan instrumen, policy dan cara  yang diperlukan untuk mengatasi Covid ini,  sambil terus berdoa semoga yang Maha Kuasa menuntun kita semua,”  demikian Sri Mulyani menutup.

Prof. Ari Kuncoro, selaku Rektor Universitas Indonesia menutup Kuliah Umum ini dengan menyampaikan. “Kita di FEB ini harus berpikir multidimensi, mengerti kendala yang dihadapi oleh konsumen, kendala yang dihadapi industri maupun kebijakan yang diambil Pemerintah. Jadi yang tadinya kebijakan kesehatan murni sekarang sudah berevolusi, karena ekonomi juga harus dijaga. Semoga mahasiswa MM bisa mendapatkan inspirasi dari kuliah ibu Sri Mulyani. Seandainya masa Covid ini telah berarkhir, pastinya ada masa pasca Covid yang disebut “normal baru”  dan disitu tantangannya juga lain, karena Covid ini akan bersama kita, sehingga kita harus berjaga-jaga selalu”, demikian tutup Prof. Ari. (hjtp)