Budi Frensidy Teliti Membaca Laporan Keuangan yang Disusun Manajemen

Budi Frensidy Teliti Membaca Laporan Keuangan yang Disusun Manajemen

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Dosen pada Departemen Akuntansi FEB UI, Budi Frensidy merilis tulisan yang dimuat di media online Kontan.co.id, Kolom Wake-Up Call, (2/9/2019), bahwa laporan keuangan terdiri atas tiga bagian, yaitu neraca atau statement of financial position, laporan laba-rugi (statement of comprehensive income) dan laporan arus kas. Neraca adalah posisi keuangan yang menggambarkan kondisi harta, utang dan modal pada tanggal tertentu. Harta yang ada di perusahaan disajikan di sisi kiri, sementara dari mana aset itu berasal dapat dilihat di sisi kanannya.

Dalam semua keadaan, pasti ada yang membiayai aset-aset itu. Jika yang mendanai pemilik maka disebut modal. Jika sumber dananya dari pihak ketiga namanya utang.

“Berbeda dengan pemahaman awam, akuntansi tidak mensyaratkan kepemilikan. Aset, menurut akuntansi, adalah sumber daya ekonomi yang dapat digunakan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas di masa datang,” ucap Budi Frensidy.

Walaupun kepemilikan sebuah aset masih di tangan lessor, jika sebuah perusahaan mempunyai hak untuk menggunakan aset itu selama masa ekonomisnya, perusahaan tersebut harus mengakui aset itu sebagai sumber daya ekonominya. Tentunya bersama dengan utang jangka panjang yang ditimbulkan.

Untuk pelaporan nilai buku aset tetap di neraca, ada biaya penyusutan. Sesuai prinsip akuntansi matching cost against revenue, kita perlu mengalokasikan biaya aktiva tetap yang besar dalam beberapa periode manfaatnya. Manajemen akan menentukan nilai sisa, masa manfaat dan metode penyusutan.

“Nilai buku aset yang dilaporkan di neraca tergantung pada asumsi di atas. Apakah sebuah aset, misal pesawat terbang, berumur 8 atau 12 tahun, dengan nilai sisa 10% atau 25%, dengan metode penyusutan garis lurus atau saldo menurun ganda, semua ditetapkan manajemen,” ungkapnya.

Aset lancar pun tidak semuanya bebas dari estimasi manajemen. Harga pokok persediaan dapat dilaporkan berdasarkan FIFO (first in, first out), rata-rata atau LIFO (last in, first out). Penghitungan besar penyisihan piutang dagang juga diskresi manajemen. Akibat penentuan biaya-biaya ada di tangan manajemen. Banyak angka dalam laporan laba-rugi adalah juga estimasi dan asumsi, bukan angka yang tepat atau pasti.

Tidak seperti neraca, laporan laba-rugi disusun ke bawah dengan metode multiple step, sehingga kita mempunyai banyak istilah biaya dan laba. Laporan laba-rugi menunjukkan hasil usaha sebuah entitas selama periode tertentu.

Investor saham sangat berkepentingan dengan bottomline, yaitu earnings per share (EPS). Laba bersih per saham yang meningkat adalah sinyal positif akan bagusnya fundamental perusahaan. Namun, investor yang cerdas akan mencari tahu sumber kenaikan itu.

Laba berkualitas tinggi jika dihasilkan dari penjualan atau operasi perusahaan, karena akan berulang. Laba berkualitas rendah jika berasal dari pendapatan lain-lain, seperti pendapatan bunga atau keuntungan penjualan aktiva tetap, apalagi jika masuk pos luar biasa, seperti keuntungan restrukturisasi utang.

Menyadari kelemahan yang melekat pada neraca dan laporan laba-rugi dengan konsep accrual, pada akhir 1980-an para penyusun standar akuntansi di Amerika dan banyak negara lain, termasuk Indonesia, menetapkan laporan arus kas sebagai bagian integral dari laporan keuangan. Laporan arus kas sejatinya adalah laporan yang menjabarkan kas masuk dan sumbernya serta kas keluar dan penggunaannya di periode tertentu.

“Laporan arus kas tidak lain adalah pelaporan secara sistematis transaksi-transaksi yang ada di akun kas dalam buku besar sebuah entitas, baik sisi debit maupun sisi kredit. Laporan arus kas lengkapnya dibagi dalam tiga aktivitas, yaitu kas dari kegiatan operasi, dari kegiatan investasi dan dari kegiatan pendanaan. Total arus kas dari ketiga kegiatan ini harus sama dengan perubahan saldo kas di neraca,” tuturnya.

Mengapa akun kas mendapatkan perhatian khusus dan istimewa sampai diperlukan laporan tersendiri untuk menggambarkan mutasinya? Ada tiga alasan untuk itu.

Pertama, manajemen yang berhasil mestinya tidak hanya dilihat dari kemampuan menghasilkan laba, tapi juga dari kehebatannya meningkatkan saldo kas. Inilah nilai tambah yang lebih nyata, menurut manajemen keuangan. Tanpa saldo kas yang memadai, kecil kemungkinan perusahaan dapat membayar utang dan bunganya, apalagi membagi dividen.

Kedua, laporan arus kas tidak pernah bohong. Ini sangat berlawanan dengan angka dalam laporan laba-rugi yang mungkin artifisial dengan berlindung di bawah diskresi dan kebijakan manajemen. Ketiga, kas adalah aset yang paling rawan disalahgunakan.

Karena itulah, akuntansi untuk kas berbeda dengan akuntansi untuk akun-akun lainnya. Akuntansi untuk piutang dagang, persediaan, investasi, harta tetap, utang dan ekuitas, semuanya menekankan pada pengakuan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan. Untuk kas, masalahnya bukan itu; tetapi perencanaan dan pengendalian (kontrol). Untuk dua tujuan ini kita mengenal istilah bank rekonsiliasi, pemisahan tugas, perlunya otorisasi, sistem kas kecil, anggaran kas masuk dan kas keluar, pengeluaran besar dengan cek dan lainnya.

Walaupun tidak bisa berbohong, laporan arus kas juga tak luput dari kekurangan. Laporan arus kas tidak bersifat komprehensif karena transaksi penting yang tidak melibatkan kas tidak muncul. Contohnya pembelian aset tetap dengan obligasi atau konversi obligasi jadi saham. Agar investor tidak salah baca, kejadian-kejadian ini harus diungkapkan untuk melengkapi laporan arus kas.

“Kelemahan lainnya, ada beberapa alternatif klasifikasi operasi, investasi atau pendanaan. Biaya bunga dapat dimasukkan dalam arus kas operasi atau pendanaan. Pendapatan bunga dan penerimaan dividen, karena timbul dari kegiatan investasi, bisa diperlakukan sebagai arus kas operasi atau investasi,” tutupnya. (Des)

 

Sumber: https://kolom.kontan.co.id/news/laporan-keuangan-di-tangan-manajemen?page=1