Menghadapi Tren Riset Global, Departemen Manajemen FEB UI Mengadakan Pelatihan Aplikasi NVIVO

Mengadapi Tren Riset Global, Departemen Manajemen FEB UI Mengadakan Pelatihan Aplikasi NVIVO

 

 

Melva Costanty ~ Humas FEB UI

 

DEPOK – Publikasi ilmiah menjadi salah satu sarana bagi Pengajar dan Peneliti di FEB UI dalam meningkatkan kualifikasi dan kompetensi akademik. Dalam melakukan penelitian, pengajar dan peneliti dapat melakukan penelitiannya melalui metode kuantitatif dan kualitatif. Namun, tren global untuk riset penelitian saat ini tidak lagi terbagi-bagi antara kualitatif dan kuantitatif, melainkan mix method.

Hal ini difasilitasi melalui pelatihan aplikasi NVIVO yang diselenggarakan oleh Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (27-28/08/2019). Pelatihan ini dilakukan oleh Fulgensius Surianto, Trainer PT. Karya Areopagus Indonesia bersama asisten pengajar, Marsianus Wawo Daso didampingi oleh Doktor Sari Fisiawati, dosen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Indonesia.

 

Cara manual yang selama ini digunakan untuk mengelola dan analisis data dianggap kurang efektif. lgensius Surianto mengatakan aplikasi ini membantu manajemen dan anaslisis data. “Kalau peneliti kualitatif dan metode campuran yang sebelumnya menggunakan cara manual itu sangat tidak efektif dan efisien. Output risetnya kurang berkualitas dan masih terjebak dalam subjektifitas, reaktifitas bahkan sampai ke valid teory dan validity interpretatif, sehingga susah untuk tembus artikel jurnal. Dalam aplikasi ini bisa mendapatkan nilai reabilitas, kredibilitas dan bisa juga mendapatkan validitasnya. Nah, validitas dalam kualitatif itu tentang kredibilitas, transferlibititas untuk kualitas eksternalnya, kemudian untuk reabilitasnya itu berkaitan dengan konfirmabilitas.”

 

Penyesuaian dengan aplikasi yang cukup rumit serta peserta dengan latar belakang riset kuantitif menjadi tantangan tersendiri. “Jika pesertanya memiliki latar belakang riset kuantitatif, yang pertama dia harus ‘menerima’ bahwa kualitatif itu seperti ini. Memindah cara berpikir untuk masuk paradigma kualitatif. Kalau tidak dia akan resisten disitu, defense, kenapa kok seperti ini. Atau dia akan membawa cara berpikir kuantitatif, seperti cara menyebut variabel. Dalam kualitatif tidak ada sebutan variabel, dimensi. Yang ada hanya sebutan tema atau kategori. Jadi, sebutan-sebutan itu menggambarkan dia masih terbawa dengan paradigma kuantitatif-nya,” tambah Igensius.

Pelatihan ini diadakan di Laboratorium Komputer, Lt. 1, Departemen Manajemen selama 2 hari. Kegiatan yang diikuti sebanyak 20 dosen Departemen Manajemen ini bertujuan untuk membantu peneliti melakukan penelitian kualitatif dan metode campuran, sekaligus mengembangkan kompetensi dosen.(Des)