FEB UI Bekali Mahasiswa Baru 2019 Menjaga Keutuhan NKRI dari Radikalisme dan Terorisme

FEB UI Bekali Mahasiswa Baru 2019 Menjaga Keutuhan NKRI dari Radikalisme dan Terorisme

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Dalam kegiatan Orientasi Pengenalan Kampus mahasiswa baru Program Sarjana Semester Gasal Tahun Ajaran 2019–2020, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia memberikan pembekalan dalam bentuk Talkshow Peran Generasi Milenial dalam Menjaga Keutuhan NKRI dengan mengambil topik pembahasan “Resonansi Kebangsaan & Bahaya serta Pencegahan Paham Radikalisme dan Terorisme” yang berlangsung di Auditorium Soeria Atmadja dan Student Center, pada Rabu (21/82019).

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Komjen Pol. Suhardi Alius mengatakan kemajuan teknologi komunikasi membuat generasi milenial menjadi kurang peka terhadap lingkungan di sekitarnya dan minimnya pengetahuan tentang interaksi sosial. Saat ini, kita mudah sekali terprovokasi seseorang untuk memecah belahkan persatuan bangsa yang disebabkan oleh kemajuan teknologi seperti gadget.

“Media menjadi senjata secara signifikan pada opini terhadap paham radikalisme maupun terorisme. Internet memiliki ancaman, di antaranya penyebaran berita hoaks, radikalisme, penipuan, dan sebagainya. Karena, dengan menggunakan internet kita bisa teridentifikasi oleh lingkungan strategis secara global, regional, maupun nasional tanpa batasan waktu dan jarak,” ucap Suhardi Alius.

Dimensi yang menjadi kewaspaaan, yaitu geografi, demografi, sumber kekayaan alam. Sementara itu, dimensi lainnya berasal dari Panca Gatra dari sisi ideologi (radikal), politik (perpecahan konflik di interest), ekonomi (monopoli penetrasi global), sosial-budaya (perilaku kita berubah dengan drastis dan lupa kultur sejarah kehilangan jati diri, dan pertahanan-keamanan (gangguan keamanan karena devasi).

Saat ini, para terorisme menggunakan metode online (internet) untuk menjaring kelompok & perekrutan/mobilisasi, peran psikologis, propoganda, pengumpulan dana, pengumpulan data informasi. Maka, cara mengantisipasi berkembangnya terorisme di Indonesia dengan tidak hanya gunakan akal & logika tetapi menggunakan hati.

“Kami (BNPT) untuk sekarang ini dipandang oleh dunia, karena keterlibatan kami dalam menjemput bola dan mencegah serta mengantisipasi terjadinya terorisme dengan cara pendekatan komprehensif melalui pendekatan umum, pendekatan keras, dan kerjasama internasional,” jelasnya.

Sivitas akademika mempunyai peran dalam mengantisipasi hal tersebut di dunia kampus, yaitu harus mempunyai rasa krisis dalam semua aspek yang mempunyai aplikasi, punya naluri rasa kebangsaan dalam merespon dinamika di masy, peka terhadap perubahan & kemampuan analisis dampaknya. Selain itu, mampu memberikan koreksi konstruktif positif kepada penyelenggara negara, mampu membuat network dengan stakeholder lainnya, cepat dalam merespon & klarifikasi isu yang berkembang khususnya yang menyangkut dinamika sebelum menjadi opini negatif, dan bisa menjadi agen perubahan pencegahan radikalisme & terorisme.

“Pesan saya, kalian para generasi penerus bangsa ini harus optimis bahwa kalian bisa menjaga keutuhan NKRI dan mencegah perpecahan sesama rakyat Indonesia dan membasmi segala kegiatan di kampus yang berbau terorisme. Dan saya berkomitmen untuk menjaga UI dari paham-paham radikalisme & terorisme, karena UI merupakan universitas atau wadah pencetak pemimpin-pemimpin baru bangsa Indonesia,” tutupnya. (Des)