Seminar APMMI Day 2: MM FEB UI Prakarsai APMMI untuk Kunjungan ke KemenristekDikti RI

Seminar APMMI Day 2: MM FEB UI Prakarsai APMMI untuk Kunjungan ke KemenristekDikti RI

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Seminar Nasional Asosiasi Program Magister Manajemen seluruh Indonesia (APMMI) pada hari kedua melakukan diskusi dengan para anggotanya di Auditorium MM FEB UI dan dilanjutkan dengan berkunjung ke Gedung KemenristekDikti RI, Senayan, Jakarta, untuk menyampaikan aspirasi serta hasil diskusi yang diprakarsai oleh MM FEB UI, pada Kamis (25/7/2019).

Ketua APMMI sekaligus Director MM FEB Unair, Gancar Premananto mendiskusikan bersama para anggota APMMI bahwa standar nasional harus Prodi Magister Manajemen (MM) penuhi termasuk masalah KKNI, sikap, pengetahuan karena sudah ada dalam peraturan.

Tujuan pemerintah buat standar tersebut untuk mencapai kualitas. Maka yang bisa menjadi anggota APMMI minimal Perguruan Tinggi nya telah terakreditasi B dan wajib membantu serta membina yang akreditasinya belum mencapai B. Maka butuh diferensiasi yang merupakan bentuk dari inovasi sebagai alasan kenapa konsumen memlih kita. Karena MM sudah banyak ditawarkan oleh universitas. Salah satu requirement akreditasi internasional kita meniliai strength dan weakness.

“Kurikulum 4.0 harus mengakomodasi regulasi pemerintah, standardisasi harus ikut terkait keterampilan, pengetahuan, dan KKNI untuk dapat mengacu pada learning outcome dan learning goal. Karena kurikulum merupakan turunan dari visi, misi, dan SWOT. Namun, yang terpenting saat ini, kurikulum masing masing dari Perguruan Tinggi segera melakukan diferensiasi,” katanya.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (MenristekDikti RI), Mohamad Nasir memberikan pemaparan terkait hasil diskusi dengan para anggota APMMI bahwa MM di Indonesia masih sangat heterogen dan berbeda daerah serta geogarfis. Untuk itu sangat sulit dibuat homogen.

“Saya meminta agar APMMI segera melakukan FGD untuk membuat usulan berupa formula yang disampaikan kepada kami. MM harus mengikuti perkembangan ilmu dan persiapan ke depannya. Selain itu, MM juga diminta untuk membuat beberapa pendekatan yang berbeda dengan yang sebelumnya, misalnya memperbanyak kegiatan mahasiswa, company visit, dan studi banding,” jelasnya.

Sedangkan, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Dirjen Belmawa) KemenristekDikti RI, Ismunandar menambahkan growth publikasi Indonesia saat ini sudah bisa melaumpaui Malaysia. Bahkan prestasi riset Indonesia sangat diapresiasi di nature. SK Menteri tentang publikasi adalah penekanan kembali standar nasional Indonesia. Dan di dalam surat tersebut sudah tercantum wadah untuk publikasi.

“Maka sejak 2017 telah diterbitkan SINTA (Science and Technology Index) sebagai wadah publikasi. Sinta terdiri dari S1-S6. Masing-masing universitas bisa menentukan apakah S1, atau S3, atau S4, karena itu merupakan deklarasi diri yang menentukan kualitas dari lulusan universitas tersebut,” tambahnya.

Sekretaris Jenderal KemenristekDikti RI, Ainun Na’im menyambungkan bahwa MBA awal mula berkembang di AS yang diperuntukkan bagi mahasiswa dengan latar belakang kuliah non-manajemen. Namun, dalam perkembangannya dari freshgraduate menjadi MBA. MBA secara umum berasal dari praktisi, sehingga MBA disana tidak diminta untuk mengerjakan thesis namun pengalaman kerja merupakan kunci persyaratan utama.

“Untuk itu, APMMI diminta untuk mencari benchmark kepada universitas universitas luar dengan mempertimbangkan mutu, dan quality assurance,” tutupnya. (Des)

 

Foto Kegiatan APMMI di Auditorium MM FEB UI, Salemba Jakarta

 

 

 

 

 

Foto Kegiatan APMMI di Gedung KemenristekDikti, Senayan Jakarta