Lana Soelistianingsih: Ekspor Non Migas Belum Bisa Diharapkan, Impor Harus Ditekan

Lana Soelistianingsih: Ekspor Non Migas Belum Bisa Diharapkan, Impor Harus Ditekan

Delli Asterina ~ Humas FEB UI

Penurunan ekspor batu bara dan minyak sawit yang merupakan penyumbang terbesar pertama dan kedua terhadap ekspor non migas Indonesia karena terkena dampak perang dagang Amerika Serikat dengan RRT. AS merupakan ekonomi terbesar di dunia. Sedangkan RRT merupakan ekonomi terbesar kedua dunia paling banyak mengimpor batu bara RI dan banyak mengimpor minyak sawit.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan,jika melihat perkembangan impor kemungkinan harga minyak mentah yang relative stabil dapat membantu neraca perdagangan Indonesia. Sebab,selama Maret lalu lidak adanya faktor musiman yang membuat pemerintah harus impor secara besar.

Di sisi lain, ia menilai,adanya langkah pemerintah terkait kewajiban PT Pertamina (Persero) untuk menyerap jatah minyak kontraktor kontrak kcrja sama (KKKS) dalam negeri cukup efektif menekan impor minyak.

“Karena untuk saat ini ekspor belum bisa diharapkan, jadi impor yang harus ditekan,” ujar Lana yang juga Ekonom Samuel Aset Manajemen itu.

Kewajiban Pertamina itu tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri.

Menurut Lana. Ada beberapa faktor yang membuat ekspor belum bisa diharapkan karena permintaan sejumlah komoditas dari negara mitra,seperti Tiongkok, yang mengalami perlambatan.

Komoditas itu di antaranya minyak sawit mentah (CPO). Sementara dari Eropa juga melarang impor CPO . Oleh karena itu, sangat mendesak bagi Indonesia untuk melakukan diversifikasi produk dan diversifikasi pangan.

 

Sumber : https://readnow.isentia.com/Temp/142889-392246/ID0061999496.pdf