Dosen FEB UI Menjadi Narasumber Seminar Avengers vs Thanos: Strategi Indonesia Memenangkan Infinity War

Dosen FEB UI Menjadi Narasumber Seminar Avengers vs Thanos: Strategi Indonesia Memenangkan Infinity War

 

Saskia Ananda ~ Humas FEB UI

JAKARTA ─ ASEAN Study Center Universitas Indonesia mengadakan Seminar “Avengers vs Thanos: Strategi Indonesia Memenangkan Infinity War” yang berlangsung di ruang Kalimantan dan Maluku, Hotel Shang-ri La, Jakarta, pada Kamis (27/9/2018).

Seminar ini membahas mengenai bagaimana Indonesia dapat menyikapi situasi ekonomi global dan menyikapi tantangan ekonomi yang ada saat ini. ASEAN Study Center UI menghadirkan 6 narasumber, yaitu Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, Ph.D., Prof. Emil Salim, Ph.D., Anton H. Gunawan, Turro Wongkaren, Ph.D., Leonard VH Tampubolon, dan A. Prasetyantoko.

Acara ini dibuka dengan keynote speech oleh Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro selaku Menteri PPN/Kepala Bappenas. Ia membahas mengenai strategi Indonesia untuk memenangkan ‘Infinity War’. Indonesia harus dapat menjadikan perang dagang antara Amerika Serikat versus Cina sebagai peluang dan bukan ancaman. Beberapa strategi yang dapat diterapkan Indonesia adalah Indonesia harus dapat memanfaatkan bonus demografi secara lebih efektif.

“Indonesia diuntungkan dengan bonus demografinya. Artinya, jumlah penduduk di usia muda yang produktif akan berada dalam jumlah besar. Selain SDM yang besar Indonesia juga harus menciptakan lapangan kerja baru dengan mempromosikan kewirausahaan berbasis teknologi, pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keterampilan, kesehatan, investasi sumber daya manusia lainnya, pendidikan & keterampilan, dan memanfaatkan investasi dari penduduk berusia produktif,” ucap Bambang.

Selanjutnya, pemaparan materi pertama disampaikan oleh Prof. Emil Salim, Ph.D., selaku Guru Besar FEB UI. Beliau membahas mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada ekonomi dunia di abad ke-21 mulai dari tumbuhnya sengketa di Timur Tengah (Perang Irak versus Amerika Serikat) hingga bangkitnya revolusi teknologi baru yang merubah pola industri.

Selain itu, saya memberikan saran untuk kebijakan Indonesia, yaitu kebijakan “easy in, easy out” yang artinya harus belajar dari kebijakan yang dimiliki oleh Korea, yaitu system levy yang selektif,” tutur Emil Salim.

Pemaparan materi kedua, disampaikan oleh Turro Wongkaren, Ph.D., selaku Kepala Lembaga Demografi FEB UI. Beliau membahas hal ini dari sisi demografi. Indonesia sudah mengalami bonus demografi semenjak 1980 sebagai keberhasilan program KB.

“Indonesia mengalami bonus demografi mulai dari tahun 2015 hingga 2045. Kondisi demografis di Indonesia pun tidak sama pada tiap daerah, tiap provinsi memiliki angka yang berbeda,” kata Turro Wongkaren.

Pemaparan materi ketiga, disampaikan oleh A. Prasetyantoko selaku Rektor Unika Atma Jaya. Ia mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pengembangan di bidang teknologi karena banyaknya angka produktivitas di Indonesia. Namun, faktanya Indonesia belum memanfaatkan teknologi untuk sesuatu yang penting tapi lebih ke social usage.

“Di Indonesia orang dapat menghabiskan waktu di mobile device sebanyak 3,5 jam perhari sedangkan orang hanya menghabiskan 1,5 jam perharinya,” ungkap A. Prasetyantoko.

Pemaparan materi keempat, disampaikan oleh Anton H. Gunawan selaku Chief Economist Bank Mandiri yang membahas mengenai Indonesian current economic condition challenges and opportunities. Dalam hal ini, human capital menjadi bagian yang penting dalam membangun perkembangan perekonomian di Indonesia.

Pemaparan materi kelima, disampaikan oleh Leonard VH Tampubolon selaku Deputi Kementerian PPN/Bappenas Bidang Ekonomi. Beliau mengatakan dari sisi domestik tantangan terbesar Indonesia adalah pertumbuhan ekonominya yang stagnan.

“Maka dari itu, ada 4 langkah yang harus dihadapi Indonesia, yaitu mengoptimalkan modal dasar, mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi, memanfaatkan peluang yang ada dan penerapan strategi dari arah kebijakan yang tepat.

Dan terakhir, seminar ini ditutup dengan penyerahan plakat kepada para narasumber dan dilanjutkan dengan foto bersama. (Des)