IAI dan PPA FEB UI Gelar Workshop Antisipasi Kurikulum S-1 Akuntansi Era Revolusi Industri 4.0

IAI dan PPA FEB UI Gelar Workshop Antisipasi Kurikulum S-1 Akuntansi Era Revolusi Industri 4.0

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Ikatan Akuntansi Indonesia bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengadakan workshop dengan topik pembahasan “Antisipasi Kurikulum S-1 Akuntansi di Indonesia dalam Era Revolusi Industri 4.0” yang berlangsung di Auditorium Maksi, Kampus UI Salemba, pada (7–9/8/2018).

Dalam memasuki Era Revolusi 4.0 diperlukan upaya untuk meningkatkan kompetensi kualifikasi lulusan program S-1 Akuntansi di Indonesia. Review terhadap keberadaan kurikulum yang berlaku sudah merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi. Di dalam workshop ini dibagi menjadi tiga sesi, yaitu opening speech, keynote speech, dan diskusi panel.

Sesi pertama, dibuka dengan sambutan dari Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., selaku Dekan FEB UI. Industri 4.0 merupakan adanya perubahan pada teknologi informasi dengan cara bekerja secara otomatisasi. Bila di dunia pendidikan khususnya Akuntansi berimbas kepada tenaga pengajar yang nantinya akan digantikan oleh sebuah software/digital. “Salah satu keunggulan dari FEB UI ialah kami membuat lulusan yang generalis dengan spesifikasi terbatas. Buktinya, lulusan Akuntansi kami tidak langsung mendapatkan gelar ‘Ak’ tetapi harus melalui ujian sertifikasi”, ucapnya.

Kemudian, sambutan dari Prof. Nunuy Nur Afiah, M.Si., CA., selaku Ketua IAI Kompartemen Akuntan Pendidik. Dalam menghadapi industri 4.0 yang harus dipertajam mengenai kurikulum analytical skill, karena bisnis membutuhkan seorang Akuntan yang bisa menyelesaikan berbagai masalah bisnis yang terus berkembang terutama pada big data. “Selain itu, peran dosen masih sangat relevan dan masih dibutuhkan untuk membina karakter lulusan Akuntan nantinya yang dilandasi oleh ethic dan mempunyai integritas”, jelasnya.

Sesi Kedua, keynote speech oleh Prof. Siddharta Utama selaku Dewan Pengurus Nasional IAI. Implikasi Akuntansi di bidang teknologi informasi harus ditingkatkan tidak cukup dengan keadaan saat ini. Masukan dari IAI dalam membahas kurikulum S-1 Akuntansi ini penting memperhatikan technical competition dan aspek professional skill. “Sebagai Akuntan, kita harus mencerminkan kompetensi ini dalam kehidupan sehari-hari. Maka yang diharapkan bila setelah lulus dari pendidikan formal, para Akuntan ini perlu mempunyai sikap untuk terus mau belajar secara mandiri tanpa harus formal, mengingat kondisi lingkungan yang terus berubah”, ungkapnya.

Sesi ketiga, diskusi panel oleh empat narasumber dan dimoderatori oleh Dr. Ancella A. Hermawan, MBA., CA., Kepala Departemen Akuntansi FEB UI. Narasumber pertama, Eddy Mulyono selaku Kasubdit Pendidikan Vokasi dan Profesi dari Kemenristek Dikti. Di dalam pemaparannya, Ia menyampaikan kurikulum hanya menjadi alat bantu dari prodi masing-masing Perguruan Tinggi. Prioritas kami untuk Perguruan Tinggi bisa menyiapkan lulusan yang paripurna, artinya secara hardskill, soffskill begitu lulus juga mempunyai relevansi terhadap industri.

Perguruan Tinggi merasa bahwa 72% lulusannya bisa diterima oleh industri. Justru industri menganggap hanya 56% lulusan yang bisa bekerja. “Untuk itu, Perguruan Tinggi harus menjalin kerjasama dengan industri terhadap MOU kurikulum kompetensi yang dibutuhkan oleh industri”, tuturnya.

Kemudian, Prof. Dr. Lindawati Gani selaku Dewan Pengurus Nasional IAI. Dalam materinya, Ia memaparkan fokus industri 4.0 ialah digitalisasi yang bersifat fisik/tidak dan akan diintegrasikan ke dalam digital ekosistem. Selain itu, 4.0 menjanjikan tiga manfaaat, di antaranya memperoleh data tanpa batas, kita bisa menganalisis silabus tanpa adanya batas, khusus Akuntansi bila bekerja nanti tidak akan sendirian.

Sementara itu, di kantor Akuntan tidak lagi mengambil sampel-sampel, karena bisa dilakukan secara continuous audit dengan memasukkan sistem dan bisa melihat anomali-anomali. “Jadi, Akuntan itu profesi yang sangat syarat dengan kepercayaan”, pungkasnya.

Selanjutnya, Novita Widya Anggraini selaku Head of Financial Reporting Dept, PT Bank Mandiri. Di dalam materinya, Ia menyampaikan bahwa fungsi Akuntan saat ini perannya sangat besar pada saat pengembangan, karena pengembangan suatu sistem aplikasi yang nantinya akan dibutuhkan untuk mencatat transaksi-transaksi yang terkait dengan banking. Ada 14,18% pegawai di bank Mandiri lulusan dari Akuntansi dan dari data tersebut paling besar 72% di bisnis jaringan yang berkantor di cabang-cabang Mandiri.

“Tugas Perguruan Tinggi dalam menyusun kurikulum nantinya harus sesuai dengan PSAk terbaru saat ini. Dan dalam metode pembelajaran di kelas harus diselingkan dengan diskusi atau sharing”, tuturnya.

Dan terakhir, Yohan Setio selaku Group Head of Investor Relation, PT Bank Mandiri. Pemaparan materinya membahas mengenai mahasiswa di era millennial yang menjadi kekurangan mereka ialah kurang update terkait informasi terbaru di dunia Akuntansi. Maka dari itu, sebagai tenaga pengajar/dosen harus menerapkan sesi diskusi saat pembelajaran berlangsung. “Perguruan Tinggi harus menggalang lebih banyak kerjasama dengan industri agar mahasiswa bukan hanya mendapatkan teori di internal tetapi mendapatkan juga praktik. Dan nantinya diharapkan bisa bersaing dan berintegritas di dunia industri”, tutupnya. (Des)