Disertasi Pengelolaan Paradoks Dalam Koperasi Masyarakat Kehutanan Jadikan Ira Puspadewi Doktor Manajemen Stratejik ke-257

Disertasi Pengelolaan Paradoks Dalam Koperasi Masyarakat Kehutanan Jadikan Ira Puspadewi Doktor Manajemen Stratejik ke-257

 

Nino Eka Putra – Humas FEB UI

DEPOK – Program Pascasarjana Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menggelar prosesi sidang terbuka Promosi Doktor Ira Puspadewi (1106126200) yang berlangsung di gedung Pascasarjana pada Senin (9/7/2018).

Sidang Promosi Doktor ini diketuai oleh Prof. Robert Arthur Simanjuntak, Ph.D., dengan pembimbing, Budi W. Soetjipto, DBA (Promotor), Dr. Setyo Hari Wijanto (Ko- Promotor 1), Sari Wahyuni, Ph.D. ((Ko- Promotor 2). Selaku tim penguji, Dr. Handry Satriago (Ketua Penguji), Riani Rachmawati, Ph.D., dan Rofikoh Rokhim, Ph.D.

Selain itu, turut dihadiri oleh Direktur Pemasaran Bank BNI, Direkrut Utama PT Pos Indonesia, Direktur PT Pelni, dan Direktur PT ASDP Indonesia Ferry Persero. Promovendus, Ira Puspadewi  bekerja di PT ASDP Indonesia Ferry Persero sebagai Direktur Presiden.

Judul disertasi yang diangkat mengenai “Mengelola Paradoks untuk Keberlanjutan Perusahaan Sosial: Studi Empiris dalam Koperasi Masyarakat Kehutanan”. Studi saat ini mengungkapkan bahwa mengelola paradoks merupakan faktor penting dari kepemimpinan dalam usaha sosial, khususnya pada koperasi masyarakat kehutanan. Efektivitas kepemimpinan dalam perusahaan sosial terkait dengan seberapa baik mereka mengelola dimensi paradoks dalam perusahaan sosial, yaitu perilaku ekonomi dan pro-sosial. Kemampuan mengelola tingkat paradoksal dari situasi ini dapat dikaitkan dengan kompleksitas kognitif, yang merupakan kemampuan seseorang untuk menafsirkan envirionment dalam cara multi-dimensi.

Analisis hasil penelitian menyimpulkan bahwa motivasi kognitif dan faktor lingkungan menentukan kompleksitas kognitif pemimpin. Motivasi kognitif dalam penelitian termasuk self-efficacy, kebutuhan kognisi, dan penguasaan pribadi. Di antara tiga variabel motivasi kognitif, kebutuhan kognisi, dan penguasaan pribadi. Di antara tiga variabel motivasi kognitif, kebutuhan kognisi adalah satu-satunya faktor penentu untuk kompleksitas kognitif. Self-efficacy dan penguasaan pribadi tidak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kompleksitas kognitif.

Sementara hanya satu dari tiga aspek motivasi kognitif yang secara positif mempengaruhi kompleksitas kognitif, kompleksitas lingkungan sebagai faktor eksternal secara signifikan menentukan tingkat kompleksitas kognitif para pemimpin maka kemampuan dalam mengelola hal-hal paradoks. Para pemimpin koperasi lingkungan yang lebih kompleks harus mengatasi, semakin tinggi kemampuan mereka dalam manajemen paradoks. Situasi yang lebih menantang menghasilkan kompleksitas kognitif yang lebih besar.

Kompleksitas kognitif yang dipengaruhi oleh kebutuhan kognisi sebagai faktor internal dan kompleksitas lingkungan sebagai faktor eksternal merupakan dua faktor penentu untuk perilaku kompleksitas, yaitu perilaku komersial dan perilaku pro-sosial. Pada perilaku komersial, pemimpin yang memiliki tingkat kompleksitas kognitif tinggi akan menunjukkan perilaku yang terkait dengan kegiatan komersial seperti yang merendam sifat persaingan, etika kerja keras, kewirausahaan dan penekanan pada efisiensi. Semakin tinggi kompleksitas kognitif pemimpin, semakin tinggi tingkat perilaku komersial mereka.

Selanjutnya, seperti yang diharapkan selama pengembangan penelitian ini, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kompleksitas kognitif yang lebih tinggi juga akan mengarah pada tingkat perilaku pro-sosial yang lebih tinggi dalam koperasi sebagai perusahaan sosial. Demikian pula, kemampuan untuk mengelola situasi yang kompleks dimanifestasikan dalam pemimpin kooperatif perilaku pro-sosial. Orientasi pro-sosial tampak nyata dalam koperasi koperasi masyarakat kehutanan di mana keberadaan koperasi tidak hanya melayani motif ekonomi tetapi juga untuk motif sosial. Ada perilaku pro-sosial termasuk sifat kolektivisme, kasih sayang, partisipasi dan kesukarelaan.

Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa perilaku komersial pemimpin koperasi merupakan faktor penentu untuk mempertahankan koperasi. Etika kerja, perilaku kewirausahaan, persaingan, dan efisiensi adalah elemen perilaku komersial yang berkontribusi terhadap kinerja keberlanjutan koperasi. Pemimpin yang mendemonstrasikan perilaku ini akan memiliki pengaruh positif pada keberlanjutan koperasi mereka.

Di sisi lain, perilaku pro-sosial pemimpin koperasi juga merupakan faktor penentu keberlanjutan koperasi. Partisipasi, kesukarelaan, aksi welas asih, dan kolektif sebagai elemen pro-sosial dapat diamati di antara para pemimpin koperasi masyarakat kehutanan. Perilaku pro-sosial yang ditunjukkan oleh para pemimpin ini yang mengarah pada kinerja keberlanjutan antara lain sensitifitas masalah sosial, mempertahankan iklim terbuka untuk diskusi, dan mempromosikan anggota pada kesukarelaan.

Dewan Pimpinan sidang terbuka promosi doktor memutuskan, Ira Puspadewi dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan berhasil mendapat gelar Doktor yang ke-257 dengan kekhususan Ilmu Manajemen Stratejik. Selamat kepada Dr. Ira Puspadewi! (Des)