Dampak Realisasi Investasi Semester 1/2022 Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah

Dampak Realisasi Investasi Semester 1/2022 Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (29/7/2022) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar Webinar dengan topik “Dampak Realisasi Investasi Semester 1/2022 Terhadap Perekonomian Nasional dan Daerah” pada Jumat (29/7). Acara berlangsung secara hybrid di Ruang Auditorium, Departemen Ilmu Ekonomi, Kampus FEB UI Depok.

Mengawali acara, Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah FEB UI Rahmatina Awaliah Kasri, Ph.D. sebagai moderator mengatakan, di tengah suasana pemulihan ekonomi Nasional akibat pandemi COVID-19 dan berbagai ketidakpastian global, ternyata investasi memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan dan memperbaiki pemulihan ekonomi yang ada. Tanpa investasi, akan sulit bagi Indonesia kembali pada perekonomian yang normal.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Indra Darmawan, Ph.D. membahas realisasi investasi selama semester 1/2022, “Pada 3 bulan terakhir, telah terealisasi investasi sebesar 302 triliun rupiah. Nilainya tertinggi selama ini, biasanya berada pada level 200 triliun. Jika kita akumulasi selama semester 1/2022, Januari hingga Juni, mencapai 584,6 triliun. Ini berarti Indonesia sudah memenuhi 48% dari target tahun ini, yakni sebesar 1.200 triliun.”

Indra memaparkan, target pada 2022 pun meningkat dari 2021 lalu yang hanya 900 triliun. Peningkatan targetnya belum pernah setinggi itu. Ia memaparkan 5 besar realisasi semester 1 berdasarkan sektornya, baik pada Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), terdiri atas (1) industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya; (2) pertambangan; (3) transportasi, gudang, dan telekomunikasi; (4) perumahan, kawasan industri, dan perkantoran; serta (5) industri makanan.

Sementara itu, berdasarkan sebaran lokasinya pada triwulan II, berada di (1) Jawa Barat Rp 44,0 T; (2) DKI Jakarta Rp 40,1 T; (3) Sulawesi Tengah Rp 32,1 T; (4) Jawa Timur Rp 29,9T ; dan (5) Riau Rp 20,7 T. Lalu, berdasarkan negara investor, (1) Singapura US$ 3,1 M; (2) Republik Rakyat Tiongkok US$ 2,3 M; (3) Hongkong US$ 1,4 M; (4) Jepang US$ 0,9 M; dan (5) Amerika Serikat US$ 0,8 M.

Menurut data tersebut, terlihat pertumbuhan realisasi investasi di Indonesia mencapai lebih dari 30%. Ada lonjakan signifikan pada PMA dengan investasi antara Jawa dan luar Jawa yang lebih seimbang. Pemerintah bertekad terus mendorong investasi untuk memperkuat hilirisasi industri. Harapannya, tren ini mampu berdampak baik terhadap perekonomian.

Kemudian, Dekan FEB UI Teguh Dartanto, Ph.D. mengutarakan bahwa para akademisi FEB UI berusaha mengevaluasi dampak realisasi investasi terhadap perekonomian, kemakmuran masyarakat, dan pembangunan yang inklusif.

“Dampak investasi terhadap perekonomian seharusnya komprehensif mencakup keseluruhan dampak, baik awal (initial), langsung (direct), maupun tidak langsung (indirect). Meski secara proporsi Jawa dan Sumatera masih mendominasi sebesar 68,13%, tetapi ada pola bahwa luar Jawa sudah termasuk magnet baru bagi investasi. Daerah lain pun mulai dilirik potensi ekonominya oleh para investor,” ungkapnya.

Teguh berbicara mengenai hilirisasi industri. Selama ini Indonesia hanya mengekspor barang mentah. Kini, dengan dorongan investasi, Indonesia dapat mengolahnya ke barang setengah jadi atau barang jadi sehingga meningkatkan nilai jual lebih tinggi terhadap komoditas.

“Daerah Maluku, Papua, dan Sulawesi memang menarik bagi investor PMA. Namun, ada arti luar biasa dari investor PMDN yang berimbang bahwa masyarakat lokal memiliki kapasitas dan kekuatan berdaya dalam berpartisipasi investasi untuk menggerakan perekonomian Nasional,” tuturnya.

Realisasi investasi selama semester 1/2022, yakni 584,6 triliun, merupakan injeksi awal (initial) pada perekonomian yang mendorong dampak langsung 214 triliun dan dampak tidak langsung 119 triliun. Tentu sebuah angka yang cukup besar dengan total dampak terhadap output perekonomian sebesar 919 triliun. (mh)