Dorong Kualitas Publikasi Berita, FEB UI Adakan Pelatihan Fotografi dan Penulisan Berita

Dorong Kualitas Publikasi, FEB UI Adakan Pelatihan Fotografi dan Penulisan Berita

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (5/7/2022) Dalam rangka membangun sinergi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dalam hal penyebaran informasi kepada publik, Unit Information, Communication, and Technology Center (ICTC) dan Unit Sumber Daya Manusia (SDM) FEB UI mengadakan “Pelatihan Fotografi dan Penulisan Berita” pada Selasa (5/7). Melalui pelatihan ini, harapannya mampu mendorong kualitas publikasi berita dan meningkatkan kompetensi para tenaga kependidikan terkait di FEB UI.

Pelatihan terbagi dalam 2 sesi dengan pemateri yang berbeda. Sesi pertama, topik Fotografi oleh Abror Rizki (Fotografer Profesional). Sesi kedua, topik Penulisan Berita oleh Dra. Amelita Lusia, M.Si. (Kepala Biro Humas dan KIP UI). Pelatihan dihadiri pula oleh 33 tenaga kependidikan (tendik) yang mewakili satuan Unit Kerja dan Program Studi di FEB UI.

Plt. Manajer ICTC Hendro Sulistio, S.Kom. dalam sambutannya menyatakan, kegiatan publikasi berita dan informasi sangat penting bagi sebuah institusi dalam membangun citra positif yang salah satunya melalui penyebaran informasi positif yang akurat kepada publik. Banyak kegiatan penting dan menarik yang berlangsung di FEB UI yang dapat dan perlu dipublikasikan, seperti kuliah umum, kegiatan mahasiswa, prestasi, penghargaan, dan sebagainya.

Saat ini, ICTC menerima amanat untuk mengelola informasi di website FEB UI dengan menerbitkan berita berkualitas, baik untuk pihak internal maupun eksternal. Mengingat banyaknya kegiatan yang berlangsung di FEB UI, maka pihak FEB UI perlu terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pemberitaannya. Setelah pelatihan, ia berharap peserta pelatihan dapat menjadi kontributor berita dan informasi bagi Fakultas dengan memberikan tulisan yang berkualitas.

Bagaimana Memotret yang Baik dan Benar?

Abror telah melalui perjalanan panjang di bidang fotografi, terlebih saat Bapak Susilo Bambang Yudhoyono memberikan kepercayaan kepadanya sebagai fotografer pribadi pada 2004 silam. Menurutnya, Tim Humas punya akses penuh pada kegiatan miliknya, keleluasaan, kemudahan, sekaligus tantangan karena sering dianggap sebagai ‘orang dalam’ yang mengetahui rencana jalannya acara. Mereka dituntut memiliki hasil foto yang lebih baik, sehingga awak media mendapatkan sudut pandang (angle) lain dari sebuah peristiwa.

“Oleh karena itu, perencanaan adalah bagian terpenting. Seorang fotografer harus sudah memiliki konsep momen yang akan direkam dalam jepretan kamera. Jadi, foto telah tercetak meski acara belum berlangsung. Selain itu, fotografer tak perlu ragu ‘menguasai’ area kegiatan demi menangkap momen yang tepat,” ungkapnya.

Abror membagikan kiat memotret kegiatan yang baik dan benar. Baginya, foto harus berbicara meski tanpa narasi. Ia menegaskan pentingnya ‘cropping’ untuk memperjelas pesan yang ingin fotografer sampaikan kepada siapapun yang melihat foto tersebut. Dengan begitu, publik akan lebih tertarik melihat foto yang memiliki pesan. Lalu, fotografer harus peka terhadap ornamen pendukung di lingkungan sekitar objek yang mewakili ‘latar tempat’ pada foto.

Ia mengatakan, “Tidak harus selalu menggunakan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR), sebenarnya kualitas kamera smartphone pun sudah cukup baik. Fotografer bisa menyiasati kekurangannya, termasuk backlight, dengan aplikasi editing foto sederhana.”

Abror mengimbau fotografer untuk selalu membangun komunikasi dan koordinasi dengan pihak terkait untuk memudahkan kerja di lapangan. “Saat memotret pimpinan, fotografer bisa bekerja sama dengan sekretaris, tim panitia, atau tim keamanan untuk turut memahami situasi dan membantu mengarahkan subjek foto agar terlihat baik di kamera,” tandasnya.

Bagaimana Menemukan Nilai dalam Penulisan Berita?

Menurut Amelita, Tim Humas sebagai wartawan harus mengenal dan menggunakan cara pandang jurnalisme dalam menerbitkan informasi melalui berita dan press release. Tak boleh terlupakan, perlu pula mempertimbangkan kepentingan institusi atau lembaganya.

Objek perhatian jurnalisme untuk diangkat sebagai isu dalam pemberitaan terbagi atas dua fenomena, yakni peristiwa dan masalah. Peristiwa adalah sesuatu yang terjadi dalam waktu relatif pendek dan melahirkan akibat (perubahan) bagi seseorang atau orang banyak. Sementara masalah berarti kenyataan tidak menyenangkan yang seseorang atau orang banyak hadapi dalam waktu relatif panjang. Sebetulnya tidak dikehendaki sehingga harapannya segera teratasi, terselesaikan, atau setidaknya berubah lebih baik.

Ia menjelaskan, “Suatu berita yang baik harus memuat unsur realitas dengan fakta pendukung. Pedoman dasarnya, suatu peristiwa atau masalah akan bernilai berita (news value) jika bermakna penting atau menarik bagi publik. Terlebih jika melibatkan kepentingan orang banyak.”

“Setiap orang atau kelompok akan memandang nilai berita dalam tingkat yang berbeda. Faktor penentunya, yakni dampak, drama, proximity (kedekatan dalam arti geografis dan psikologis), prominence (keterkenalan atau ketermukaan), konflik, keanehan, kemajuan, dan nasib manusia,” imbuhnya.

Nilai berita dan semua faktor yang menentukan derajatnya berguna untuk menilai dan memutuskan berita, feature, laporan indepth, maupun artikel opini yang terbit di media massa.

Akhir kata, Amelita mengingatkan kalau berita akan selalu ada. Para Tenaga Kependidikan FEB UI harus lebih aktif turut mengenalkan, menciptakan, dan meningkatkan citra positif FEB UI melalui publikasi berita. (hs)