Guest Lecture Hybrid Perdana FEB UI bersama BSI “Islamic Bank in Indonesia: Past, Present, Future”

Guest Lecture Hybrid Perdana FEB UI bersama BSI “Islamic Bank in Indonesia: Past, Present, Future

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (7/4/2022) Ade Cahyo Nugroho (Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Syariah Indonesia Tbk. dan Alumni FEB UI Angkatan 1998) menjadi pembicara dalam Guest Lecture Program Studi Ilmu Ekonomi Islam dan Bisnis Islam FEB UI, mengusung topik “Islamic Bank in Indonesia: Past, Present, Future” pada Kamis (7/4).

Acara ini merupakan kuliah tamu hybrid perdana di Auditorium Soeria Atmadja, Gedung Dekanat, Kampus FEB UI Depok, dan melalui Zoom. Dalam kuliah tamu kerja sama antara FEB UI dan BSI ini, peserta yang hadir secara offline berkisar 72 mahasiswa dan online 105 mahasiswa sehingga total kehadiran mencapai 177 peserta.

Mengawali acara, Ade Cahyo memaparkan data milik Otoritas Jasa Keuangan (2021) bahwa perbankan syariah di Indonesia secara umum tumbuh lebih cepat dibanding perbankan konvensional. Meski demikian, ukuran dan market share perbankan syariah memang relatif jauh lebih kecil. Dari sisi aset, masih belum sesuai potensi dan ekspektasi.

Namun, perbankan syariah masih mengalami tantangan rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah. Bisa dibilang, jaringan bank syariah hanya 1 dari 10 bank konvensional, terlihat dari jumlah cabang bank konvensional sebanyak 27.232 dan bank syariah masih berada di 2.451. Selain itu, permodalan relatif terbatas, infrastruktur belum sebaik perbankan konvensional, serta IT dan digital channel belum sekuat perbankan konvensional.

     

“Saat ini, bank konvensional telah menyediakan layanan keuangan yang terbilang lengkap. Namun, ‘the beauty of sharia banking’ mampu membuat nasabah bank konvensional yang relevan bisa beralih, yakni memiliki sistem akad yang membawa maslahat atau manfaat bagi umat dan lingkungan, mengoptimalkan kontribusi amal kepada masyarakat melalui penyaluran zakat 2,5% dari laba bersih, dan melarang penggunaan dana untuk objek bisnis industri rokok, alkohol, senjata, hingga hotel dan SPA non syariah,” jelas Ade.

Ia pun mengenalkan BSI Digital Technology, layanan finansial sekaligus layanan sosial dan spiritual yang lengkap mengakselerasi transaksi mobile banking dan menyediakan solusi digital sesuai kebutuhan customer.

“BSI mentransformasi cara berbagi kebaikan pada sesama dari ruang, waktu, dan lokasi terbatas, ke akses lebih luas dan lebih terjangkau. Jika dahulu beramal hanya melalui kotak amal konvensional, kini siapa pun bisa beramal melalui layanan QRIS smartphone di mana saja dan kapan saja,” ujarnya.

Berbicara mengenai strategi pengembangan bank syariah, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, bahkan 46,2% di antaranya memiliki preferensi syariah yang kuat. Menurut  Presiden RI Ir. Joko Widodo, pemerintah memiliki perhatian besar untuk membangkitkan raksasa keuangan syariah di Indonesia, termasuk dengan membangun BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.

Wakil Presiden RI K.H. Ma’ruf Amin mengutarakan bahwa Indonesia mampu memegang peran sebagai pemain keuangan syariah yang diperhitungkan, baik di tingkat lokal maupun global. Saat ini, pemerintah melalui BSI terus memperkuat kelembagaan industri keuangan syariah dan meningkatkan partisipasi dalam perekonomian syariah global. Senada, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, BSI masuk dalam jajaran 10 bank syariah terbesar di dunia berdasarkan Market Capitalization.

Berkat inisiatif ‘mega merger’ 3 bank syariah milik Himbara pada 2021, Indonesia memiliki bank syariah berskala besar, peringkat 7 dari sisi aset di perbankan nasional. Proses penggabungan BSI termasuk proses penggabungan tercepat dan terefisien di Indonesia. Bahkan, BSI berhasil meraih Undisputed Global Sharia Banking Champion. Merger ini mampu memperkuat sinergi dalam berbagai aspek dan meningkatkan kualitas perbankan (value boost).

Usai setahun perjalanan, BSI menunjukkan kemajuan awal yang menjanjikan, tanpa henti memperkuat ekosistem Islam. Usai merampungkan proses integrasi menyeluruh, BSI menetapkan tujuan perjalanan berikutnya, yakni menjadi agen pembangunan ekonomi syariah di Indonesia dengan model bisnis modern yang relevan untuk konsumen masa depan.

Menutup paparannya, Ade mengungkapkan, “Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, maka BSI memiliki kesempatan untuk membawa perbankan syariah lebih dekat dengan masyarakat. Pada saat yang sama, tentu sebuah tantangan bagi kami untuk memberikan solusi yang tepat untuk kebutuhan mereka.” (mh)