MM FEB UI Buka GNAM Week Maret 2022 Bertemakan “Nurturing Green Growth to Reinforce Resilience and Sustainable Recovery”

0

MM FEB UI Buka GNAM Week Maret 2022 Bertemakan “Nurturing Green Growth to Reinforce Resilience and Sustainable Recovery”

 

Aditya Candra Pamarta, Fahmi Armanda Satria, Reynaldo Adriel ~ Mahasiswa MM FEB UI

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (14/3/2022) Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (MM FEB UI) untuk ke-13 kalinya menggelar Global Network Week (GNW) selama 5 hari, pada tanggal 14–18 Maret 2022, dengan tema “Nurturing Green Growth to Reinforce Resilience and Sustainable Recovery”. Seperti tahun lalu karena kondisi pandemi, pekan jejaring global ini diadakan secara daring.

Pandemi Covid-19 telah menunjukkan adanya ancaman yang lebih nyata yaitu ancaman lingkungan dan perubahan iklim. Mempertimbangkan potensi bahaya jangka panjang dari krisis iklim terhadap masa depan umat manusia, strategi pemerintah untuk mengekang konsekuensi dari krisis pandemi, namun di sisi lain tidak boleh mengabaikan potensi kerusakan iklim dan lingkungan.

Sebagai upaya untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi, masyarakat dan lingkungan pada saat yang sama, pemerintah Indonesia telah merancang paket stimulus pertumbuhan go green dalam program pemulihan ekonomi nasional. Pemulihan pertumbuhan go green ialah mengejar pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sambil memastikan kelestarian lingkungan. Selain itu, banyak perusahaan telah melakukan inisiatif lingkungan karena go green menguntungkan mereka. Namun, menjadi ramah lingkungan mungkin membutuhkan banyak biaya. Maka, menarik untuk mengetahui motif, manfaat, dan tantangan perusahaan dalam mengadopsi inisiatif berkelanjutan lingkungan.

Dalam program 5 hari ini, mahasiswa diajak untuk berdiskusi dan mengeksplorasi lebih jauh bersama praktisi, pembuat kebijakan dalam pemerintahan serta akademisi yang sarat pengalaman, untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Peserta Global Network for Advanved Management (GNAM) Week tahun ini terdiri dari mahasiswa perwakilan universitas yang merupakan anggota GNAM. Tercatat total 123 peserta, terdiri atas 7 mahasiswa asing yang berasal dari Indian Institute of Management Bangalore, ESMT German, UNSW Business School Australia. Kemudian, 116 mahasiswa dalam negeri, berasal dari MM FEB UI (91 mahasiswa) dan PPIM FEB UI (3 mahasiswa), APMMI atau Aliansi Program Magister Manajemen Indonesia (22 mahasiswa) terdiri dari MM Udayana Bali, MM Universitas Surabaya, MM Unika Atmajaya, MM Universitas Tarumanagara dan Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. GNAM Week ke-13 ini didukung oleh beberapa mitra yaitu dari PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Tanoto Foundation, dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Hari pertama GNAM Week Maret 2022, Senin (14/3/2022)

Rektor Universitas Indonesia, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., dalam sambutannya menyatakan pandemi Covid-19 menunjukkan kepada kita tentang perubahan iklim lingkungan yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan rencana baru yang disebut ‘Green Growth’, terdiri atas beberapa strategi untuk mencapai tujuannya, yakni pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pertumbuhan yang inklusif, ketahanan sosial, ekonomi dan lingkungan, pertumbuhan yang sehat dan produktif, serta mengurangi emisi gas. Kunci untuk mencapai ‘Growth’ adalah kepemimpinan dari tingkat atas (nasional dan lokal) dan keterlibatan aktif semua pihakm (pembuat kebijakan, ilmuwan, dan masyarakat).

Hal senada juga disampaikan oleh Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, Ph.D., yang berharap dengan adanya GNAM Week, peserta dari berbagai latar belakang dan negara dapat saling bertukar pikiran, perspektif dan jaringan, sehingga memperluas penyebaran ide dan wawasan. Selain itu, memfasilitasi interaksi antara peserta dan mencerahkan masing-masing pihak tentang pentingnya ‘Green Growth’ di dunia pasca pandemi

Session 1: Indonesia’s Policies and Strategies to Embrace an Inclusive and Green Recovery

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartanto mengisi sesi pertama ini, dengan moderator Teguh Dartanto, Ph.D., Dekan FEB UI.

Menteri Airlangga Hartanto menegaskan bahwa emisi rendah karbon menjadi kriteria utama untuk mengukur keberhasilan Indonesia dalam pertumbuhan hijau yang ingin dicapai pada 2045. Pemerintah percaya ekonomi hijau akan mengatasi kesenjangan pendapatan menengah dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial dan kualitas lingkungan. Per tahun 2021, Indonesia telah mengalokasikan anggaran sebesar 4,1 persen dari APBN untuk investasi infrastruktur hijau dan transformasi ekonomi hijau.

Namun tantangan untuk mencapai pertumbuhan hijau tidak hanya dari sisi keuangan tetapi masalah lain, seperti kesadaran masyarakat tentang perubahan lingkungan cukup rendah secara umum, migrasi dari pekerjaan konvensional ke pekerjaan hijau dan ramah lingkungan sulit, tidak ada transparan dan akuntabel kebijakan saat ini tentang carbon trading yang penting untuk green growth. “Pemerintah mendorong semua pihak untuk bekerja sama dalam mencapai pertumbuhan hijau karena satu-satunya cara untuk mengatasi masalah iklim dan lingkungan,” ujar Menteri Airlangga.

Session 2: Sustainability Bond: Indonesia’s Endeavour to Foster Green Finance as an Attempt to Support Economic Development

Sesi kedua, pemaparan materi dibawakan oleh Tegar, MBA, Manajer Environmental, Social, and Governance (ESG) Desk dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, dengan moderator Teguh Dartanto, Ph.D., Dekan FEB UI.

Tegar mempresentasikan bahwa sejak 2013, BRI telah mulai mempromosikan dan meregulasi ESG saat belum ada aturan yang mewajibkan. Pada tahun 2019, BRI menerbitkan obligasi berkelanjutan sebesar USD 500 juta. Dari USD 500 juta yang BRI terima dari obligasi berkelanjutan, 31% digunakan untuk proyek ramah lingkungan dan 69% untuk proyek sosial. Pada tahun 2021, BRI membentuk ekosistem ultra mikro dan panitia ESG. Di masa depan, BRI berharap bisa memperkuat ESG-nya diantara semua perusahaan yang tergabung dalam grup BRI. Selain itu, BRI juga selalu berusaha untuk mempromosikan ESG sepenuhnya, dengan cara mengintegrasikan dimensi ke dalam aset, kewajiban, operasi, dan SDM.

Session 3: Strawberry Patch: Zero-Fabric Waste on Small Business Practice in Indonesia

Sesi ketiga, pemaparan materi disampaikan Owner Strawberry Patch, Mahastita Ida Ayu P. Husodo, dengan moderator Ratih Dyah Kusumastuti, Ph.D., Kepala Center for Education and Learning of Economics and Business (CELEB).

Mahastita Ida Ayu P. Husodo menjelaskan dalam menjalankan proses bisnisnya menerapkan zero-fabric waste. Strawberry Scrap menciptakan produk buatan tangan seperti tas kecil, tatakan gelas, pakaian anak-anak, dan berbagai produk jahit lainnya yang memanfaatkan bahan-bahan sisa yang diolah kembali menjadi bahan utama produk tersebut. Untuk dapat melakukan ini, Strawberry Scrap mengaplikasikan circular economy framework pada proses bisnisnya, yaitu suatu sistem dalam industri yang mencoba untuk mempertahankan nilai sumber daya yang digunakan selama mungkin sehingga sumber daya dapat terus didaur ulang, diregenerasi dengan harapan akan tercapai zero-waste.

Ida Ayu mengaku tantangan yang dihadapi pada saat menjalankan bisnis di Indonesia berupa sulitnya menemukan pengrajin batik yang ingin diajak berkolaborasi menjalankan program circular economy dan zero-waste. Tantangan lainnya dalam memberikan edukasi tentang dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses produksi pengrajin batik tradisional. Pada akhirnya program yang dicanangkan dapat diterima beberapa pengrajin tradisional bahkan disebarkan ke masyarakat di desa mereka.

“Saya menyarankan bagaimana UMKM bisa menerapkan zero-waste pada bisnisnya. Ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, temukan hal-hal dalam proses bisnis yang bisa diaplikasikan circular economy atau zero-waste sehingga bisa diterapkan ke seluruh proses bisnis,” demikian Ida Ayu menutup sesinya.