Ari Kuncoro di Metro Globe Network “Russia–Ukraine Tensions”

0

Ari Kuncoro di Metro Globe Network “Russia–Ukraine Tensions

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (18/2/2022) Kementerian Pertahanan Rusia pada Rabu (16/02) mengumumkan, latihan militer di Krimea telah berakhir. Sehari usai pengumuman penarikan di perbatasan Ukraina, pasukan pertama Rusia di Krimea akan kembali ke garnisunnya. Namun, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengutarakan bahwa Rusia dapat melakukan operasi bendera palsu (False Flag) dan mengesahkan serangan ke Ukraina.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam pidatonya menyatakan, situasi pandemi bukan saatnya bagi negara-negara di dunia untuk memelihara rivalitas sehingga membuat ketegangan yang menghambat pemulihan dunia. Tidak ada negara yang mampu bangkit sendirian. Maka, Jokowi mengajak seluruh negara menghadapi kondisi ketidakpastian global dengan fokus bersinergi dan berkolaborasi membangkitkan dunia agar segera pulih dari pandemi.

Ekonom dan Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro di Metro Globe Network “Russia–Ukraine Tensions” yang tayang pada Jumat (18/2) membahas pengaruh ketegangan ini terhadap ekonomi global. “Dunia masih terguncang oleh dampak pandemi COVID-19. Pemulihannya akan sangat bergantung pada harga energi. Jika rumah tangga terlalu banyak menghabiskan energi, maka sisa anggaran tidak akan cukup untuk membeli barang lainnya. Selain itu, pemulihan di banyak bagian dunia sebenarnya bergantung pada pengeluaran konsumsi.”

Ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina ini memicu penguatan harga minyak lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Kamis (17/2). Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April tercatat menetap di 92,97 dolar AS per barel. Sementara beberapa hari sebelumnya sempat meninggi di 96,48 dolar AS per barel.

“Saat ini, kita melihat kenaikan harga minyak, semula sekitar 80 menjadi 92 dolar AS per barel, itu sebenarnya adalah harga premium geopolitik. Saya melihat ada penumpukan inventaris, tetapi gagal menggelincirkan reli harga minyak,” imbuhnya.

Menurut Ari, pasar menunjukkan reaksi positif yang cukup cepat saat mendengar berita penarikan pasukan Rusia dari perbatasan di Ukraina. “Harga minyak mentah berjenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) pun menurun, semula sekitar 95 menjadi 92 dolar AS per barel. Inilah kabar baiknya.”

Sisi negatifnya, AS menuding penarikan pasukan Rusia merupakan sebuah kepalsuan. Bahkan, AS menganggapnya telah meningkatkan kehadiran pasukan sebanyak 7.000 tentara di sepanjang perbatasan Ukraina dalam beberapa hari terakhir.

Melihat kilas balik berbagai berita baik dan buruk, Ari menilai situasi saat ini memperlihatkan beberapa eskalasi besar. Ia berpikir, pernyataan China mungkin ada benarnya, sudah saatnya mengurangi retorika karena taruhan yang tinggi untuk kedua belah pihak. Eropa sangat bergantung pada Rusia sebagai pemasok gas alam dan minyak. Selain itu, Rusia bergantung pada Eropa sebagai pasar pengguna untuk banyak produknya.

Meski kemungkinan ada pengurangan ketegangan di beberapa waktu mendatang. Ia memproyeksikan, “Situasi saat ini memungkinkan harga minyak tidak akan kembali ke 80 dolar AS per barel dari harga optimal minyak dunia sebesar 65 dolar AS per barel.” (mh)