Bincang Sore #6 Dies Natalis FEB UI: Departemen Akuntansi FEB UI, Business Contribution to SDGs: Challenges and Roles of Accounting

0

Bincang Sore #6 Dies Natalis FEB UI: Departemen Akuntansi FEB UI, Business Contribution to SDGs: Challenges and Roles of Accounting

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (3/11/2021) Dalam Rangkaian Acara Dies Natalis Ke-71, FEB UI menggelar Bincang Sore Seri 6 bersama Departemen Akuntansi FEB UI dengan tema “Business Contribution to SDGs: Challenges and Roles of Accounting” pada Rabu (3/11). 

Menghadirkan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Ph.D. (Guru Besar FEB UI), Prof. Ataur Rahman Belal (Guru Besar Akuntansi Sheffield University Management School), dan Luluk Widyawati, Ph.D. (Pengajar Departemen Akuntansi FEB UI) sebagai pemateri. Hadir pula Dr. Ancella Anitawati Hermawan (Ketua Departemen Akuntansi FEB UI) sebagai pemandu acara.

Bambang membahas kontribusi bisnis terhadap SDGs (Sustainable Development Goals) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Ia mengatakan, “Pandemi menghantam keras, maka perlu adanya akselerasi. Berdasarkan Sustainable Development Report (2021), 3 dari 17 tujuan sudah berada di jalur untuk dicapai pada 2030, yakni pendidikan berkualitas, air bersih dan sanitasi layak, serta pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.”

“Namun, ada 5 tujuan yang masih stagnan, di antaranya kota dan komunitas berkelanjutan, penanganan perubahan iklim, ekosistem laut, ekosistem darat, dan kemitraan untuk mencapai tujuan” lanjutnya.

Business and Sustainable Development Commission (2017) menemukan bahwa pencapaian TPB dapat membuka peluang pasar sebesar 12 triliun dolar pada 2030 mendatang. Maka sebaiknya, para pemangku kepentingan mulai menginternalisasi Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola Perusahaan (LST) ke dalam bisnis untuk meningkatkan peluang bisnis dan menghambat perubahan iklim yang kian ekstrem.

Keuntungan lainnya, beberapa penelitian menemukan bahwa dari sisi investor, semakin banyak pemilik aset berinvestasi ke LST, dari 48 persen pada 2017 menjadi 75 persen pada 2019. Sebanyak 49 persen jutawan milenial berinvestasi berdasarkan faktor sosial. Dari sisi konsumen, semakin banyak pengguna yang berharap lebih tinggi terhadap perusahaan di balik produk. Kaum milenial bersedia membayar lebih untuk produk dan layanan yang dianggap berkelanjutan.

Lalu, Luluk memaparkan tentang SDGs di Indonesia dalam hal regulasi dan riset. “Saat ini, Indonesia sudah mengintegrasikan SDGs ke dalam perencanaan dan proses di sektor pemerintahan. Peraturan utamanya adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Peta Jalan SGDs Indonesia,”

Perpres Nomor 59 tahun 2017 memuat target nasional dalam pencapaian TPB sebagai acuan bagi sektor swasta dalam merencanakan, melaksanakan, dan memantau inisiatif terkait TPB. Selain itu, mencakup peraturan nasional dan lokal selanjutnya terkait dengan isu-isu SDGs. Sementara pada Peta Jalan SDGs Indonesia, strateginya adalah meningkatkan keterlibatan dan keinginan menanamkan modal pada sektor swasta.

“Jika melihat penelitian tentang SDGs di Indonesia, kecenderungan umumnya, penelitian tersebut tampaknya berkaitan dengan target SDGs yang sangat spesifik. Tren penelitian lainnya, kebanyakan mereka menggunakan level makro atau regional dalam hal pengukuran statistik,” ungkapnya.

Ataur menjelaskan tentang penerapan kerangka kerja global, seperti SDGs, di tingkat organisasi mikro individu. Ia mengatakan, “Millenium Development Goals (MDGs), sebuah gagasan PBB pada 2000 telah berakhir pada 2015. Lalu, SDGs hadir sebagai penerus MDGs, kerangka kerja terperinci untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan untuk semua.”

“SDGs berusaha mengatasi tantangan global yang kita hadapi dengan 17 tujuan, termasuk masalah kemiskinan, ketidaksetaraan, keadilan, perubahan iklim, perdamaian, dan degradasi lingkungan. Semuanya saling berhubungan tanpa meninggalkan seorang pun, maka penting bagi kita untuk mencapai seluruh target pada 2030 mendatang,” imbuhnya.

SDGs berlaku bagi seluruh negara (universal), tercatat 193 negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyepakati agenda global SDGs dengan 17 tujuan, 169 target, dan 232 indikator. Setiap negara tersebut telah menjalankan inisiatif nyata untuk mengintegrasikan SDGs ke dalam rencana pembangunan nasional.