Research Seminar Departemen Manajemen FEB UI, “Publishing Qualitative Research: Gender and Organisation”

0

Research Seminar Departemen Manajemen FEB UI, “Publishing Qualitative Research: Gender and Organisation”

 

DEPOK – (30/9/2021) Lecturer and Researcher, Organisational Communication, Universitas Brawijaya, PhD Candidate UQ Business School Australia, Fitri Oktaviani menjadi pembicara dalam Research Seminar Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), dengan topik “Publishing Qualitative Research: Gender and Organisation” pada Kamis (30/9/2021).

Di dalam pemaparannya, Fitri Oktaviani menjelaskan paper berjudul “Trapped within Ideological Wars: Femininities in a Muslim Society and the Contest of Women as Leaders” yang terbit di Gender, Work and Organization (Q1) setelah proses review lebih dari 1 tahun dengan 4 reviewer. Pokok masalah dalam penelitian tersebut berbicara bagaimana isu pertentangan terhadap perempuan yang ingin menjadi pemimpin di negara muslim dengan studi kasus Indonesia mayoritas beragama muslim.

Ketika perempuan masuk ke dunia kepemimpinan sangatlah sulit karena adanya streoretipe. Stereotipe kepemimpinan masih menggambarkan pemimpin  yang memiliki atribut masculinity. Artinya, jika perempuan menjadi pemimpin dan terlalu menampakkan masculinity dianggap kurang cocok dengan konsep feminitas dan dianggap ‘galak’. Selain itu, jika perempuan menjadi pemimpin dan terlalu feminin maka dianggap lemah. Hal ini terjadi karena di dalam dunia organisasi dibangun norma masculinity.

Mayoritas riset berfokus pada konsep hegemonic masculinity sebagai challenge yang dihadapi perempuan ketika ia harus masuk sebagai pemimpin. Tapi masih sedikit yang membahas konstruksi keperempuanan (hegemonic feminimity).

“Penelitian ini menyajikan 4 konstruksi diskursif feminitas, yaitu (1) Dialectic – Religion Political Feminity: idelaisasi perempuan sebagai makhluk Tuhan terutama dari Islam politik, mereka diposisikan sebagai pengikut laki-laki. Hal ini dikategorikan sebagai narasi anti women; (2) Ethical Feminity: perempuan diposisikan sebagai pasangan laki-laki, mereka punya peranan yang berbeda dan setara dihadapan Tuhan meski perempuan dibolehkan menjadi pemimpin namun tetap pada perannya menjadi ibu atau istri; (3) Empowered Feminity: perempuan dapat memilih untuk menentukan hidupnya sendiri dan perempuan sukses dapat mengejar mimpi dan fokus pada pengembangan diri; (4) Equal Feminity: perempuan dan laki-laki mempunyai kesetaraan terhadap peluang kompetisi. Namun perempuan harus diingatkan untuk tidak melupakan perannya sebagai ibu ataupun istri,” demikian Fitri menutup sesinya.