LPEM FEB UI: Indonesia Economic Outlook Q3-2021

0

LPEM FEB UI: Indonesia Economic Outlook Q3-2021

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (4/8/2021) Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI menggelar Press Conference bertajuk  “Indonesia Economic Outlook Q3-2021,” pada Rabu (4/8). Menghadirkan para peneliti LPEM FEB UI, Jahen F. Rezki, Teuku Riefky, dan Muhammad Hanri sebagai pemateri.

Walaupun masih berada dalam wilayah negatif, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia berada dalam titik terdekat ke area positif sejak merebaknya pandemi. LPEM memproyeksikan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2021 akan tumbuh 6,4 persen atau pada estimasi kisaran 6,2 persen hingga 6,7 persen. Sementara dalam setahun penuh 2021, ekonomi Indonesia akan tumbuh pada kisaran 3,4% hingga 3,9%, karena terjadi hambatan ekonomi akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlaku sejak awal Juli 2021.

Jahen menjelaskan, bahwa pemulihan ekonomi yang signifikan pada kuartal II/2021 terindikasi menerima pengaruh dari beberapa faktor yang meningkat tajam sepanjang April dan Mei 2021, terutama peningkatan kredit modal kerja dan kredit investasi. Terlebih, pada April dan Mei kasus COVID-19 tercatat mulai melandai. Meski pada akhir Juni kasus COVID-19 kembali mengalami kenaikan.

LPEM memproyeksikan pada kuartal II/2021 atau selama April sampai Juni, Indonesia mengalami kondisi ekonomi yang cukup pulih. Perputarannya cukup besar. Jahen pun menjelaskan beberapa faktor penyokongnya, “Pertama, semakin gencar vaksinasi, karena ini masuk dalam key strategy yang diambil pemerintah untuk menangani isu COVID-19. Pada akhirnya, menurunkan jumlah orang yang positif di awal tahun.”

“Kedua, kita melewati Ramadhan. Biasanya, dalam kondisi Ramadhan tingkat konsumsi akan cukup pulih, banyak orang berbelanja. Terus terjadi relaksasi pada social mobility pada kuartal II kemarin. Terakhir, adanya stimulus pemerintah sehingga kita berasumsi kondisi ekonomi di kuartal II akan membaik,” sambungnya.

Di samping itu, neraca perdagangan Indonesia terus membukukan surplus selama 13 bulan berturut-turut, sejak Mei 2020 hingga Juni 2021. Meski demikian, lonjakan tajam kasus positif COVID-19 dan pembatasan sosial berkepanjangan sejak akhir Juni, diperkirakan akan menahan kemajuan pemulihan ekonomi pada sisa triwulan tahun ini.

Teuku Riefky memperkirakan bahwa Indonesia akan keluar dari resesi dengan ekonomi tumbuh sekitar 6,4% (yoy) pada kuartal II/2021. Alasannya melihat pada kuartal I-2021, PDB tumbuh -0,74% (yoy), tidak separah tiga kuartal sebelumnya di hampir seluruh sektor. Lebih lanjut, beberapa sektor menikmati pertumbuhan yang positif selama pandemi, dan berekspansi lanjutan di kuartal I-2021.

Sektor manufaktur, dengan kontribusi lebih dari seperlima ukuran perekonomian Indonesia, tumbuh 1,38% (yoy), meningkat dari -3,31% (yoy) di kuartal IV-2020. Sektor perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi mencapai 13% dari PDB nasional, tumbuh -1,23% (yoy) dari -3,66% (yoy) di triwulan-IV 2020. Ia mengatakan, “Dengan diberlakukannya PPKM di sebagian besar kuartal I-2021, tidak heran bahwa semua komponen pengeluaran PDB menurun, kecuali konsumsi pemerintah, ekspor, dan impor.”

Memantau perkembangan terkini, tampak jelas bahwa hal yang tidak pasti dan tidak ada ekonom yang mampu memprediksi, adalah potensi mutasi virus COVID-19 beserta kemungkinan adanya gelombang lanjutan dari pandemi.

“Potensi munculnya gelombang lanjutan dari COVID-19 seringkali luput dari pertimbangan pemerintah, atau paling tidak di level implementasi kebijakan, sampai gelombang tersebut mulai terjadi. Seperti yang terjadi di Korea Selatan pertengahan 2020 dan India di awal 2021,” kata Riefky.

Gelombang pertama sudah cukup meluluhlantakkan perekonomian, membuat masyarakat kehilangan pekerjaan dan tabungan, serta memaksa pemerintah berusaha keras mencari ruang fiskal untuk mendanai stimulus. Maka, kemunculan tanda mulai pulihnya ekonomi membuat seluruh aspek masyarakat tak sabar segera beraktivitas ekonomi seperti normal.

Kemudian, prediksi mengungkapkan tingkat pengangguran terbuka akan mencapai kisaran 7 persen dari total angkatan kerja pada Agustus 2021. Angka ini naik dari posisi Februari 2021 sebesar 6,26 persen, tetapi tidak jauh berbeda dari Agustus 2020 sebesar 7,07 persen.

Hanri mengutarakan, “Tingkat pengangguran mungkin akan lebih tinggi dari 7 persen, tapi mungkin tidak akan jauh dari 7 persen. Mungkin 7,1 persen atau 7,3 persen maksimal lah perkiraan kami,”

Menurutnya, implementasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat dan level 4 pada Juli hingga Agustus 202 ini, menjadi pemicu kenaikan tingkat pengangguran. Di sisi lain, faktor yang bisa menahan kenaikan pengangguran adalah realisasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), khususnya dana dukungan UMKM dan korporasi. Meski per akhir Juli lalu, dana Rp171,77 triliun baru terserap Rp52,43 triliun.

“Mengingat target dari alokasi insentif usaha adalah para Pengusaha, yang nantinya akan merekrut pekerja, seharusnya ini bisa meredam laju pengangguran terbuka,” imbuhnya.

Sebanyak 5,01 juta pekerja pusat perbelanjaan atau mal dan ruko terkena dampak PPKM level 4. Rinciannya, sebanyak 3,34 juta berada di Pulau Jawa dan Bali, sedangkan 1,67 juta berada di luar Jawa dan Bali. Selain pekerja mal dan ruko, Hanri memperkirakan 63 ribu pekerja bioskop juga terdampak PPKM darurat serta level 4 di Jawa dan Bali. Pasalnya, mal, ruko atau perdagangan ritel, dan bioskop, terpaksa tutup selama PPKM darurat sejak 3 Juli 2021 lalu.

Ia menyatakan, berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada 2021, rata-rata upah pekerja yang terdampak itu di kisaran Rp1 juta hingga Rp1,4 juta. ” Jadi, mereka relatif bukan orang yang, tanda kutip, punya resiliensi kuat terhadap disrupsi ekonomi,” katanya.

LPEM UI memperkirakan hanya 0,5 persen dari pekerja terdampak yang mendapatkan bantuan program Kartu Prakerja. Padahal, sebanyak 53,3 persen dari para pekerja membutuhkan bantuan langsung tunai (BLT) dan 24,1 persen bantuan pemerintah tanpa syarat. Namun, dari sekian banyak pekerja terdampak, tidak sampai 1 persen yang menerima akses Kartu Prakerja sebagai antisipasi dari disrupsi. (hjtp)

 

Sumber:

https://mediaindonesia.com/ekonomi/423106/lpem-ui-optimis-pertumbuhan-ekonomi-triwulan-ii-62-67

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210804174215-532-676461/lpem-ui-proyeksi-pengangguran-naik-ke-7-persen-pada-agustus.

https://www.kabarbisnis.com/read/28108317/gawat-ada-potensi-5-01-juta-pekerja-mal-terdampak-ppkm-level-4

https://ekonomi.bisnis.com/read/20210804/9/1425861/lpem-ui-proyeksi-ekonomi-kuartal-ii2021-tumbuh-64-persen