MEKK FEB UI bersama Visiting Professor Macquarie University, Seri-1: Global Population Issues

0

MEKK FEB UI bersama Visiting Professor Macquarie University

 Seri-1: Global Population Issues

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (4/4/2021) Dr. Salut Muhidin (Macquarie University, Sydney, Australia) menjadi pemateri dalam rangkaian acara Visiting Professor: Globalization and Demographic Change oleh Magister Ekonomi Kependudukan dan Ketenagakerjaan (MEKK) FEB UI. Seri pertama mengusung topik “Global Population Issues” pada Minggu (4/4).

     

Sebelum memulai materinya, Salut menjelaskan bahwa globalisasi adalah proses integrasi internasional yang timbul dari pertukaran pandangan dunia mengenai berbagai aspek kehidupan sehari-hari, sehingga semua orang mudah mengakses dunia, terutama di bidang ekonomi dan sosial. Globalisasi telah menjadi sejarah yang tua. Makanya, tak heran terlihat perbedaan signifikan antara globalisasi terdahulu dan terkini.

Membahas masalah populasi global, Salut memaparkan data dari Population Matters bahwa jumlah populasi manusia di dunia telah tumbuh sebanyak 4 kali lipat dalam abad terakhir menjadi lebih dari 7 miliar penduduk. Faktor pendorongnya adalah peningkatan umur panjang, angka kelahiran di beberapa negara, dan momentum populasi.

Pertumbuhan penduduk global terus mengalami peningkatan. Hingga Februari 2020, tercatat populasi dunia mencapai 7,8 miliar. Dengan kata lain, tumbuh sekitar 2,5 orang per detik. Salut mengatakan, “Selama 2 jam kuliah ini, 30.400 bayi akan lahir dan 12.600 orang akan mati. Populasi dunia pun akan meningkat sebanyak 17.750 orang.”

“Namun, seiring meningkatnya populasi, ketidakmerataan distribusi penduduk masih saja terjadi. Dari 1950 hingga 2020, negara China, India, dan USA masih menduduki peringkat teratas negara dengan populasi terbanyak. Pada 2020, China memiliki 1.402 juta penduduk, India 1.400 juta penduduk, dan USA 330 juta penduduk. Sementara itu, Indonesia yang semula menduduki peringkat ke-6, naik menjadi peringkat ke-4 dengan 272 juta penduduk (sumber: Population Reference Bureau 2020, World Population Data Sheet),” paparnya.

Ketimpangan populasi terjadi karena perbedaan iklim (suhu panas dan dingin yang ekstrem, seperti Gurun Sahara, Kutub Utara, dan Kutub Selatan), posisi dan tipe tanah (pegunungan, dataran tinggi, dan dataran rendah), ketersediaan sumber daya alam (energi, hutan, dan sumber daya bangunan), serta ukuran populasi dan luas area.

“Kita mengenal struktur penduduk piramida yang mengacu pada umur dan jenis kelamin penduduk, mulai dari piramida sangat muda, muda, dewasa, hingga tua. Namun, perubahan dinamis komponen penduduk dapat mengubah struktur tersebut,” ujarnya.

Perubahan populasi dapat terjadi karena faktor demografis, mencakup komponen alami (kelahiran dan kematian) dan mobilitas penduduk (migrasi). Tak menutup kemungkinan pula karena faktor lainnya, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial budaya, lingkungan, dan sebagainya.

Kemudian, Salut mengatakan, “Transisi demografis menggambarkan peralihan keadaan dari masyarakat tradisional ke masyarakat industri modern. Model transisi demografis berarti kesatuan transisi kesehatan dan kematian, kelahiran, struktur usia, migrasi, perkotaan, serta keluarga dan rumah tangga.”

Memandang proyeksi penduduk global di masa depan, setidaknya penduduk dunia bisa mencapai 10,8 milliar orang pada 2025. Namun, negara dengan populasi terbanyak akan berubah menjadi India, China, dan Nigeria.

Selain itu, akan terjadi perubahan komponen masa depan. Adanya keragaman besar dalam tren demografis antar wilayah (misalnya kelahiran dan kematian rendah sehingga meningkatkan ukuran atau proporsi populasi yang lebih tua atau menua). Lalu, populasi beberapa negara tumbuh sangat cepat sedangkan negara lain mengalami penurunan (misalnya karena perubahan alam, migrasi, dan keadaan sosial, ekonomi, atau politik).

“Pertumbuhan penduduk memang punya implikasi utama terhadap populasi global, baik kelahiran, kematian, maupun migrasi. Lebih dari itu, ada pula implikasi terhadap kebijakan kependudukan dan bisnis, lingkungan dan perubahan iklim, pemukiman manusia, perdagangan manusia, pencari suaka, pandemi (COVID-19, HIV/AIDS), ketimpangan kesehatan, angkatan kerja menua, krisis kelahiran rendah, dan pembangunan sosial ekonomi,” ujar Salut menutup sesinya. (hjtp)