Kiki Verico: Tren Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kita

0

Kiki Verico: Tren Pertumbuhan Sektor-sektor Ekonomi Kita

Oleh: Kiki Verico, Ph.D., Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional serta Dosen FEB UI

 

Harapan pemulihan ekonomi Indonesia mulai terlihat. Arah pemulihan harus mengikuti kecenderungan global menuju ekonomi hijau.

Koran Tempo – (6/4/2021) Pandemi Covid-19 telah berjalan setahun. Ekonomi Indonesia baru saja melewati kuartal pertama 2021 dengan harapan berlanjutnya pemulihan ekonomi. Harapan itu bisa diletakkan dalam kerangka jangka pendek dan panjang. Untuk jangka pendek, harapan pemulihan mulai terlihat pada kecenderungan membaiknya pertumbuhan ekonomi setelah kontraksi terdalam pada kuartal kedua 2020.

Dari sisi sektoral, berdasarkan perbandingan pertumbuhan ekonomi sektor dengan pertumbuhan ekonomi total, 17 sektor ekonomi dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori: kuat, naik, turun, dan lemah. Sektor “kuat” adalah sektor yang sebelum dan setelah pandemi tumbuh lebih cepat dari total pertumbuhan ekonomi. Sektor ini dikenal sebagai “penarik” pertumbuhan ekonomi nasional.

Lalu, ada sektor yang masuk kategori “turun” karena pertumbuhannya menjadi lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi total. Sebaliknya, ada sektor yang masuk kategori “naik” karena ketika pandemi terjadi justru tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi total. Terakhir, ada sektor yang masuk kategori “lemah” karena sebelum dan saat pandemi terjadi tetap tumbuh lebih lambat dari pertumbuhan ekonomi total.

Selain empat kategori berdasarkan perbandingan pertumbuhan ekonomi, 17 sektor ekonomi dapat dipetakan berdasarkan kecenderungan pertumbuhan, yaitu “meningkat” atau “menurun”. Sektor ekonomi masuk kategori “meningkat” bila pertumbuhan ekonomi sektor tersebut pada kuartal keempat 2020 lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan pada kuartal pertama hingga ketiga. Sebaliknya, bila pertumbuhan pada kuartal keempat lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan pada kuartal pertama hingga ketiga, sektor tersebut masuk kategori “menurun”.

Kombinasi perhitungan berdasarkan perbandingan dan kecenderungan pertumbuhan periode 2019-2020 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tiga sektor yang “kuat” dan “meningkat”, yaitu kesehatan dan kegiatan sosial, informasi dan komunikasi, pengadaan air, pengelolaan sampah, serta limbah dan daur ulang. Indonesia memiliki sektor yang “lemah” dan “menurun” pada industri pengolahan, sehingga salah satu tujuan reformasi struktural sebaiknya diarahkan pada transformasi sektor manufaktur ini. Indonesia juga memiliki sektor yang masuk kategori “naik” dan “meningkat”, seperti sektor primer, yaitu pertanian, kehutanan dan perikanan, serta pertambangan dan penggalian.

Indonesia memiliki empat sektor yang masuk kategori “kuat”, tapi ada kecenderungan “menurun” saat kuartal keempat 2020, yaitu jasa keuangan, pendidikan, administrasi pemerintahan, dan real estat. Indonesia memiliki enam sektor yang masuk kategori “turun”, yaitu perdagangan, reparasi mobil dan sepeda motor, transportasi dan pergudangan, akomodasi dan makan-minum, konstruksi serta jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Dari enam sektor ini, tiga di antaranya menunjukkan kecenderungan “meningkat”, yaitu perdagangan, transportasi, akomodasi, dan makan-minum. Ketika mobilitas kenormalan baru semakin meningkat karena didukung pemulihan kesehatan, tiga sektor ini diperkirakan dapat kembali tumbuh lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi total. Demikian pula untuk sektor yang masuk kategori “turun” dengan kecenderungan “menurun”, seperti konstruksi, jasa perusahaan, dan jasa lainnya. Dari sektor yang masuk kategori “menurun”, pemulihan di sektor konstruksi dan real estat kemungkinan akan menjadi indikator komprehensif pemulihan ekonomi gabungan sektor riil dan keuangan.

Untuk jangka panjang, pemulihan ekonomi harus harmonis dengan kecenderungan ekonomi global. Pada periode 1950-1970-an, ekonomi global yang didominasi trade-led growth dengan keterbukaan perdagangan pasca-Perang Dunia II sangat menentukan percepatan pertumbuhan ekonomi setiap negara. Pada periode 1980-2000-an, pertumbuhan ekonomi lebih dipengaruhi oleh peran investasi asing jangka panjang atau dikenal dengan fenomena investment-led growth. Pada periode 2000 hingga sebelum pandemi, percepatan pertumbuhan ekonomi sebuah negara dipengaruhi oleh keterkaitan negara tersebut dalam jaringan ekonomi global atau dikenal dengan istilah global value chains.

Kini, pemulihan ekonomi global di tengah pandemi dan atas pengaruh orientasi negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa, dunia memasuki era baru green growth. Meningkatnya kesadaran konsumen negara maju dan kepedulian produsennya terhadap teknologi ramah lingkungan membuat semua negara harus memperhatikan aspek lingkungan dalam proses produksi dan produk finalnya. Indonesia pun harus melakukan hal serupa dengan menerapkan prinsip ekonomi ramah lingkungan atau green economy.

 

Sumber: https://www.google.com/amp/s/koran.tempo.co/amp/opini/463601/opini-tren-pertumbuhan-sektor-sektor-ekonomi-kita-oleh-kiki-verico