International Webinar Series: Regional Pattern of Digital Scholarly Communication

0

International Webinar Series: Regional Pattern of Digital Scholarly Communication

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK – (31/3/2021) AASSA (Asosiasi Akademi dan Masyarakat Ilmu Pengetahuan di Asia) bersama Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan IAP (Inter Academy Partnership) mengadakan Webinar Internasional bertajuk “Regional Pattern of Digital Scholarly Communication (DSC)” pada Rabu (31/3).

Webinar menghadirkan Prof. Bambang Brodjonegoro, Menteri Riset & Teknologi/ Kepala Badan Riset & Inovasi Nasional, sebagai keynote speaker. Hadir pula Prof. Mayling Oey (AIPI), Roxanne Missingham (Australian National University), Prof. Zabta Shinwari (AASSA), Prof. Abdullah Shams bin Tariq (IAP), Prof. Manoj Patairiya (Adviser Dept. Science and Technology, India), Prof. Anne Booth (School of Oriental and African Studies University of London), dan Prof. Dato Khairul Anuar bin Abdullah (AASSA/Mahsa University) sebagai speaker.

   

Menteri Bambang mengatakan, “Komunikasi ilmiah adalah proses para akademisi, cendekiawan, dan peneliti membagikan dan memublikasikan temuan penelitian mereka sehingga karyanya tersedia untuk komunitas akademis yang lebih luas.”

Ada 4 fungsi utama dari komunikasi ilmiah. Sosialisasi, untuk memudahkan karya ilmiah dan temuannya terakses dan terlihat. Pelestarian, untuk memastikan bahwa ‘catatan ilmu’ terpelihara dan terakses dalam jangka panjang. Sertifikasi, untuk menetapkan validitas temuan. Pendaftaran, untuk menetapkan bahwa perorangan atau kelompok telah meneliti pada waktu tertentu sehingga klaimnya diutamakan.

“Komunikasi ilmiah melibatkan banyak pemangku kepentingan, di antaranya penerbit, peneliti sarjana sebagai penulis dan pembaca, universitas dan pusat penelitian, lembaga pendanaan penelitian dan pembuat kebijakan, serta perpustakaan. Selain itu, mencakup berbagai topik, seperti tinjauan sejawat, publikasi, pengumpulan, akuisisi, penemuan informasi, akses, dan lainnya,” jelasnya.

Bambang melihat komunikasi dan publikasi ilmiah di masa depan akan memaksimalkan aksesibilitas dan kegunaan, mendukung berbagai kontribusi yang meluas, mendorong infrastruktur terbuka yang terdistribusi, membangun komunitas, mempromosikan penelitian berkualitas tinggi dan integritasnya, memfasilitasi evaluasi, mempromosikan fleksibilitas dan inovasi, dan meningkatkan efektivitas biaya.

   

Selanjutnya, Mayling memandang pendidikan untuk beasiswa merupakan hal baru di Indonesia. “Prinsip yang mendasari kebijakan sumber daya manusia Indonesia Merdeka tidak berubah secara signifikan. Pendidikan tinggi bertujuan menyiapkan kepegawaian birokrasi dengan keterampilan kompeten untuk melaksanakan pembangunan bangsa. Mengingat hal itu, sarjana Indonesia tak bisa mengikuti persyaratan yang sama seperti sarjana berpengalaman dari negara lainnya.”

Nilai pendidikan tidak pernah ada habisnya. Intinya, pendidikan berguna untuk pengembangan lebih lanjut, penyeimbang yang hebat, pengambilan keputusan yang rasional, pengantar ke kehidupan yang lebih baik, dan pendorong meraih posisi sah dalam birokrasi.

Menurut Mayling, penelitian menjadi sebuah keharusan dalam akademisi. Terlihat dalam tridharma perguruan tinggi meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, jumlah publikasi penelitian menjadi sangat penting bagi para sarjana Indonesia, semakin banyak maka semakin baik.

Di akhir paparannya, Mayling menyarankan, “Sebagian besar kebijakan pendidikan tinggi negeri di Indonesia menekankan pengajaran. Namun, abad ini harus berbeda. Saya sangat menyarankan anggota fakultas untuk meneliti dan menerbitkan jurnal yang terpercaya dan terdeteksi sistem.”