Management Linkage Forum #1: Understanding Future Talent in Management and Business

0

Management Linkage Forum #1: Understanding Future Talent in Management and Business

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK-(20/2/2021) Departemen Manajemen FEB Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) menggelar Management Linkage Forum #1 bertajuk “Understanding Future Talent in Management and Business” pada Sabtu (20/2). Menghadirkan narasumber Adam Armansyah, S.E., M.B.A (Principal Korn Ferry), Achmad Sugiarto, M.M (Komisioner Jawdat Teknologi Indonesia), Herdy Harman, S.H., M.B.A., LL.M (Direktur Human Capital BRI dan Ketua Umum FHCI), Puti Ara Zena, S.E., M.Sc., (Head of Growth Gojek).

Hadir pula panelis dalam sesi diskusi, yakni Dr. Dony Abdul Chalid, M.M., Ketua Departemen Manajemen UI dan Dr. Gancar C. Premananto, Ketua Departemen Manajemen Unair. Dr. Yetty Dwi Lestari, Sekretaris Departemen Manajemen FEB Unair memandu selama acara.

     

Adam mengatakan, “Telah terjadi perubahan kebutuhan sumber daya manusia karena era perbankan 4.0. Kemajuan teknologi menciptakan berbagai kemudahan akses, menghilangkan batas-batas, serta mempermudah arus informasi dan data. Namun, hal ini tentu mengharuskan banyak perusahaan beradaptasi, baik dalam pendekatan bisnis maupun pengelolaan sumber daya manusia.”

Dalam materinya, Puti menjelaskan bahwa revolusi industri 4.0 membutuhkan keahlian sistem fisik cyber (cyber physical systems), konektivitas perangkat internet (internet of things), dan jaringan (networks). Keterampilan teknis dapat berupa manajemen data besar, analitik bisnis dengan data besar, eksperimen, pemasaran digital, manajemen proyek, pengembangan produk, dan sebagainya. Sementara keterampilan sosial dapat berupa pemikiran kritis, pemecahan masalah, komunikasi lisan dan tertulis, kolaborasi, kepemimpinan, dan sebagainya.

Saat ini, ada kesenjangan pengetahuan antara universitas dan industri. Puti memberi 3 strategi untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Pertama, merancang kurikulum untuk menghasilkan lebih banyak spesialis (T-shaped) daripada generalis, sehingga lebih relevan dengan kebutuhan industri. Kedua, membangun keterampilan sosial (soft-skill) lebih banyak dan pola pikir digital lebih kuat. Ketiga, mempersiapkan diri untuk memasuki dunia industri.

     

Selanjutnya, Achmad membahas tentang model bisnis yang akan berubah selama pandemi dan sesudah pandemi, yakni mengelola pertumbuhan, menciptakan nilai, dan mendorong pertumbuhan menguntungkan. Katanya, “Ada beberapa hal yang dapat pemimpin lakukan dalam mengelola pertumbuhan guna mengembangkan bisnis, yakni memahami tahapan, masalah, dorongan, hambatan, biaya, sifat, dan implikasi pertumbuhan.”

Namun, pertumbuhan pun perlu memerhatikan keuntungan. Oleh karena itu, sebagai pemimpin harus memegang teguh nilai-nilai, mengutamakan strategi inovasi, merancang sistem inovasi, membangun budaya perusahaan, menetapkan arah yang jelas, mengembangkan bakat, menjaga komunikasi efektif, serta memotivasi dan melibatkan tim.

Herdy mengutip pernyataan McKinsey, bahwa 45 persen dari pekerjaan yang ada sekarang akan hilang karena otomatisasi.  “Maka tantangan pengelolaan sumber daya manusia saat ini adalah mengidentifikasi ukuran dan kompetensi tepat untuk tenaga kerja masa depan, membangun citra perusahaan guna menarik tenaga kerja terbaik, menginternalisasi nilai-nilai besar dan membangun sistem budaya digital, mengeksplorasi metode baru untuk memenuhi kebutuhan organisasi masa depan, serta mengelola tenaga kerja,” katanya.

“Perusahaan harus membangun budaya terbaik sehingga banyak orang ingin menjadi bagian dari perusahaan tersebut. Generasi muda punya seperangkat nilai yang berbeda dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, jika perusahaan ingin merekrut bakat dari generasi yang lebih muda, maka perlu menyadari betapa pentingnya lingkungan kerja untuk motivasi dan kebahagiaan para tenaga kerja tersebut,” ujar Herdy mengakhiri sesi pembahasan. (hjtp)