Workshop Penelitian, “The Challenge in Collecting and Analysing Data During The Pandemic: Qualitative and Mixed-Research Approaches”

0

Workshop Penelitian, “The Challenge in Collecting and Analysing Data During The Pandemic: Qualitative and Mixed-Research Approaches”

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK- (14/01/2021) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YBPK Palangka Raya dan Bank Kalimantan Tengah (Bank Kalteng) menggelar workshop penelitian secara daring, dengan  topik “The Challenges in Collecting and Analysing Data During the Pandemic: Qualitative and Mixed-Research Approaches” pada Kamis, (14/01/2021).

Acara menghadirkan narasumber pengajar FEB UI, yakni Elvia R. Shauki, Ph.D., Desti Fitriani, M.A., dan Siti Czafrani Pratiwi, M.Ak.  Dipandu oleh Dr. Fitria Husnatarina, dosen FE Universitas Palangka Raya (UPR) dan diawali sambutan dari Djoni W. Kridarso, Direktur Pemasaran, Bisnis, dan Usaha Syariah, Bank Kalteng serta Lelo Sintani, Ketua STIE YBPK Palangka Raya.

     

Elvia R. Shauki dalam materinya “Penelitian Kualitatif, Mixed-Research, dan Triangulasi” menjelaskan, “Pada dasarnya, ada 3 paradigma dalam penelitian, yakni kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi keduanya. Kombinasi pertama mengemukakan hasil kuantitatif dan kualitatif tak berhubungan tetapi melengkapi. Kombinasi kedua triangulasi, meneliti bersamaan dan berkaitan untuk menguatkan kualitas penelitian berikutnya.”

Mixed-research lebih besar cakupannya dari mixed-method. Hal ini karena mix-research tidak hanya mengombinasi metode, tetapi juga peneliti, teori, dan lainnya. Teknik analisa dalam penelitian kualitatif, ada content analysis, thematic analysis, dan constant comparative analysis,” tutur Elvia.

Beberapa jenis instrumen penelitian terdiri dari interviews (1 pewawancara dan 1 narasumber), discourse analysis (dua narasumber), focus group discussion (lebih dari 2 sampai 7 narasumber), observations (pasif dan aktif), internet based data (media sosial dan situs web), visual ethnography, documentations, field study (rentang waktu lama), surveys or questionnaires, artefacts (prasasti), dan lainnya.

Content analysis adalah metode analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi pola dalam komunikasi terekam, dapat bersifat kuantitatif (fokus pada penghitungan dan pengukuran) dan kualitatif (fokus pada interpretasi dan pemahaman). Thematic analysis adalah metode analisis data kualitatif, biasanya diterapkan pada sekumpulan teks (data berbasis teks) seperti transkrip wawancara. Constant comparative analysis adalah metode analisis membandingkan dan membedakan  yang  digunakan untuk hampir semua tugas intelektual selama analisis.

   

Desti Fitriani dalam materinya “Data Collection During Pandemic” memaparkan, “Pandemi memberikan tantangan tersendiri dalam pengumpulan data. Beberapa tantangan peneliti di antaranya, paparan risiko keselamatan dan kesehatan, uji reliabilitas atau triangulasi, jarak sosial skala besar, dan etika penelitian.”

Meski pandemi, peneliti tetap bisa memanfaatkan beragam teknik instrumen pengumpulan data. Instrumen pertama, online survey atau survei daring. Ada dua pilihan penyedia survei sesuai kebutuhan, survei daring premium cocok untuk survei lanjutan yang perlu fitur khusus serta hasilnya mudah dikonversi ke berbagai perangkat lunak analisis. Sementara survei daring gratis cocok untuk survei dasar dan hasilnya hanya tersedia dalam bentuk spreadsheet.

Etika dalam melakukan survei daring perlu diperhatikan supaya tidak menimbulkan masalah kemudian hari. Beberapa masalah utamanya terkait privasi dan kerahasiaan. Hindari aktivitas spam atau mengirimkan survei tanpa meminta izin kepada target responden atau narasumber. Sebaiknya, meminta izin terlebih dahulu, menjelaskan tujuan survei, dan menanyakan kesediaan responden.

“Pastikan untuk melindungi privasi dan menjamin anonimousity, tidak mengungkapkan data pengisi survei kepada publik. Untuk menarik minat, dapat memberikan insentif berupa voucher atau dana digital. Kemudian, peneliti bisa memberikan opsi ‘tidak ingin berkomentar’ bila mengajukan pertanyaan-pertanyaan sensitif untuk menjamin kenyamanan responden,” jelas Desti.

Instrumen kedua, observasi tidak langsung. Teknik ini dilakukan jika ada kendala dan tidak bisa bertatap muka dengan narasumber atau objek penelitian. Peneliti boleh meminta narasumber menceritakan secara naratif dengan bahasa mereka sendiri, sarankan dalam bentuk refleksi atau buku harian. Pilihan lainnya dapat menggunakan visual ethnography, seperti media sosial, video YouTube, dan sebagainya.

Instrumen ketiga, wawancara sinkronis atau wawancara telepon. Peneliti melempar pertanyaan atau skenario kepada narasumber dan narasumber menjawabnya secara mendalam. Peneliti harus cepat menulis atau merekam tanggapan dan jawaban narasumber (atas persetujuan). Kelebihannya, peneliti bisa mengamati bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan nada suara narasumber saat menjawab pertanyaan. Namun, wawancara telepon kerap terkendala gangguan jaringan internet.

Instrumen keempat, wawancara asinkron. Wawancara daring dapat dilakukan dengan mengirimkan pertanyaan wawancara atau kuesioner untuk dijawab oleh responden. Wawancara daring dapat menjadi pilihan bila jaringan internet tidak mendukung wawancara mode sinkron.

Pemilihan instrumen pengumpulan data penelitian akan menentukan penggunaan teknik analisis data. Instrumen wawancara (baik mode sinkron maupun asinkron) menghasilkan data yang dapat dianalisis menggunakan content analysis dan thematic analyses. Instrumen survei daring menghasilkan data yang dapat dianalisis menggunakan descriptive statistic, content, thematic, dan cross tabulation analyses.

   

Siti Czafrani dalam materinya “Teknik-teknik Penulisan Studi Pustaka dan Pemilihan Teori” menyampaikan, “Teori dalam penelitian kualitatif menjadi backbone dan pembeda antara riset atau tulisan jurnalistik. Teori memiliki peran penting untuk mencapai tujuan riset dan mengolah hasil penelitian lebih teratur dan terorganisir.”

Teori adalah konsepsi hubungan antara hal-hal yang menentukan pandangan peneliti terhadap sesuatu. Tujuan teori dalam penelitian membantu peneliti mengamati fenomena, baik melalui wawancara, observasi, content analysis, atau discourse analysis. Jadi, peneliti akan punya kerangka jelas sebelum mengambil data.

Siti menjelaskan, “Peneliti harus memiliki pandangan tentang dunia (worldview) untuk menentukan pemilihan teori. Hal ini akan bermanfaat untuk menjelaskan pandangan yang berbeda dalam wacana yang lebih cerdas. Peneliti harus paham kategorinya memandang dunia, ada beberapa jenis pandangan, seperti pristine capitalists, enlightened self-interest, social contract, social ecologist, socialists, radical feminists, deep ecologists, atau postmodernism.”

Teori terbagi menjadi dua, berdasarkan tingkatan dan metafor teori tersebut. Berdasarkan tingkatan, mulai dari tingkat terbesar ada meta-theory, meso-theory, dan micro-theory. Berdasarkan metafor, ada biologi (sistem, sel, adaptasi, perubahan) politik atau sosiologis (kekuatan, aliran, bahasa), ekonomi (ekonomi neo-klasik, keuangan, ilmiah, manajemen), dan lainnya.

“Mengingat bahwa teori tidak rigid, maka saat melakukan penelitian kualitatif harus bersedia bolak-balik antara teori dan temuan. Apabila teori tidak terkonfirmasi, peneliti harus mengubah teori lain atau bahkan mengonfirmasi kembali ke responden. Banyak peneliti berhasil dengan mengandalkan observasi. Namun, tanpa pemahaman teori, sulit untuk menyadari bias persepsi dan menafsirkan hasil observasi,” ujar Siti menutup sesinya.(htjp)