Kuliah Umum Perilaku Keorganisasian FEB UI: Organizational Agility and Employee Wellbeing

0

Kuliah Umum Perilaku Keorganisasian FEB UI: Organizational Agility and Employee Wellbeing

 

Rifdah Khalisha – Humas FEB UI

DEPOK- (19/12/2020) Willy Saelan, Vice President Human Resources, PT Unilever Indonesia menjadi pembicara dalam kuliah umum mata kuliah Perilaku Keorganisasian FEB UI dengan topik “Organizational Agility and Employee Wellbeing” pada Sabtu, (19/12). Acara dipandu oleh Hapsari Setyowardhani, dosen mata kuliah Perilaku Keorganisasian FEB UI dan dihadiri oleh hampir 300 peserta lewat zoom.

Di situasi pandemi saat ini, era digitalisasi melaju cepat. Untuk menghadapinya, perusahaan harus cekatan memahami dan menyelaraskan perubahan dari aturan dan situasi kerja lama ke dunia baru untuk membantu organisasi beradaptasi. Kini, Unilever mulai menerapkan budaya kerja baru, agile working. Agile adalah pola pikir dan kerangka kerja untuk memberikan nilai tertinggi kepada perusahaan secara berulang dan bertambah.

Di situasi kerja lama, perencanaan dilakukan secara bertahap dan berhubungan bergerak lambat dan berenergi rendah. Para karyawan hanya bekerja sesuai jabatan dan tugasnya saja atau selalu setuju jika diminta melakukan semua pekerjaan, sehingga akan cenderung berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan berbagai cara.

Willy menuturkan, “Namun, semua hal tersebut harus diubah di dunia baru. Kini, perencanaan dilakukan secara berulang dan fleksibel. Perusahaan sebaiknya menggerakan semua aspek di saat bersamaan, tidak perlu menunggu kesuksesan sebelumnya untuk memulai hal baru.”

“Para karyawan hanya fokus pada sedikit hal, tetapi memberi nilai dan kontribusi besar untuk perusahaan. Jabatan dan tugas karyawan tidak boleh mengekang mereka untuk mengekspresikan diri. Terlebih, harus fokus membangun visi dan kepercayaan serta menciptakan solusi bagi perusahaan dan konsumen,” sambung Willy.

Pola pikir agile dijelaskan oleh 4 nilai, yakni individu dan interaksi lebih penting dari proses dan alat, perangkat lunak yang bekerja lebih penting dari dokumentasi yang komprehensif, kolaborasi sesama pelanggan lebih penting dari negosiasi kontrak, serta menanggapi perubahan lebih penting dari mengikuti rencana.

Willy menjelaskan bahwa agile terbukti memberi banyak dampak baik, “Dampak baiknya adalah memastikan setiap orang bertanggung jawab, menguji pasar lebih awal, memiliki rasa pencapaian, berputar dan bergerak lebih cepat, semua karyawan dapat berkomunikasi langsung dengan pemimpin bisnis, serta kemampuan melihat dari perspektif berbeda.”

Beberapa pengaruh kedinamisan organisasi dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan di antaranya, apabila fokus pada prioritas dan nilai tinggi, maka karyawan dapat mengelola beban kerja dan stres. Terbentuknya tim lintas fungsional dengan misi umum menciptakan inklusi dan keterhubungan. Pemberdayaan dan pengorganisasian diri dalam tim menumbuhkan rasa saling percaya, percaya diri, dan menyenangkan. Umpan balik cepat dan jadwal pertemuan mendorong kemajuan dan tujuan.

“Kesejahteraan karyawan adalah bagian dari tujuan dan nilai hidup berkelanjutan Unilever. Tak hanya terkait kesehatan fisik dan mental, tetapi juga kesehatan emosional. Karenanya, unilever melakukan pendekatan holistik untuk kesejahteraan karyawan dengan berbagai upaya baik secara physical, purposeful, mental, dan emotional,” ujar Willy menutup pemaparannya. (hjtp)