Ari Kuncoro: Vaksin dan Pemulihan Ekonomi

0

Ari Kuncoro: Vaksin dan Pemulihan Ekonomi

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK ā€“ (22/12/2020) Profesor Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia, merilis tulisannya yang dimuat Harian Kompas, rubrik Analisis Ekonomi, berjudul ā€œVaksin dan Pemulihan Ekonomiā€. Berikut tulisannya.

ā€œVaksin dan Pemulihan Ekonomiā€

Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo mengumumkan vaksin akan diberikan secara gratis. Vaksin akan memengaruhi perekonomian beroperasi melalui ekspektasi penyatuan kembali sisi permintaan dan penawaran yang selama pandemi terpisah (decoupling).

Pada skala global, dampak dari efek pemberitahuan vaksin dapat diamati dari pasar minyak dunia yang selama ini stagnan akibat pandemi. Seiring dengan pemberitahuan negara-negara industri mulai membeli vaksin secara besar-besaran, harga minyak WTI yang sejak awal September 2020 bertahan pada 41 dollar AS per barel mulai naik secara signifikan hingga mencapai 48 dollar AS per barel pada pertengahan Desember 2020.

Bagaimana dampak ekonomi vaksin terhadap Indonesia, sangat menarik dicermati. Namun, sebelum itu, barangkali ada baiknya melihat pengalaman negara-negara lain. Indeks Manager Pembelian (Purchasing Manager Index/PMI) manufaktur dapat digunakan sebagai indikator awal. PMI bersifat forward looking karena menjadi antisipasi manajer pengadaan dalam menyiapkan barang-barang input yang diperlukan proses produksi di masa mendatang.

Sejauh ini, baru China dan Inggris yang melakukan vaksinasi massal. Bagi negara-negara lain, dampaknya baru sebatas pemberitahuan. Walaupun baru efek pemberitahuan dan belum ada vaksinasi yang sebenarnya, angka PMI dunia untuk Juli sudah menembus 50, yaitu batas antara kontraksi dan ekspansi.

Pada November, indeks ini bertengger pada 53,1 atau turun tipis dari 53,3 pada Oktober. Hal ini terjadi karena kecemasan perekonomian Eropa akan terkontraksi dalam, seperti triwulan II-2020. Sebab, menghadapi gelombang kedua pandemi, sejumlah negara, seperti Inggris, Jerman, dan Belanda, terpaksa memberlakukan karantina wilayah kedua karena kapasitas rumah sakit tidak mencukupi.

Angka PMI di atas dimotori perkembangan di China yang sempat terpuruk ke posisi 35,7 pada Februari. Perbedaan penting dengan negara-negara lain, China juga produsen vaksin sehingga jeda antara pemberitahuan dan implementasi vaksinasi sangat pendek. PMI China pulih dengan cepat, dengan selang waktu hanya satu bulan pada Maret, indeks tersebut naik drastis kembali ke zona ekspansi dengan skor 52.

Indonesia ikut merasakan daya ungkitnya beberapa bulan kemudian, dengan kenaikan ekspor pada Agustus sebesar 2,65 persen dibandingkan pada Juli. Kenaikan itu setelah sejak April, per bulan ekspor selalu turun.

Dampak ekonomi

Dampak pandemi terlihat dari perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi sejak triwulan I-2020 dengan pertumbuhan yang turun dari steady state 5 persen (secara tahunan) menjadi 2,97 persen. Perlambatan ini terus berlanjut. Pertama, turun ke kontraksi terdalam pada triwulan II-2020 sebesar 5,32 persen. Setelah itu, terjadi perbaikan ke minus 3,49 persen pada triwulan III-2020.

Pola pertumbuhan ini mengikuti pergerakan angka PMI. Selama 2020, titik terendah terjadi pada April dengan skor 27,5. Pada Juni, PMI sudah membaik ke posisi 39,1. Pengumuman relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pada Juni mendongkrak indeks ini ke posisi 46,9 atau kenaikan 20 persen yang merupakan dampak pemberitahuan. Baru setelah relaksasi PSBB diimplementasikan pada Juli, indeks masuk ke zona ekspansi pada Agustus dengan angka 50,8 atau kenaikan 8,3 persen sehingga efek total terhadap PMI adalah 28,3 persen. Yang menarik, efek pengumumannya lebih besar daripada efek implementasinya sehingga patut mendapat perhatian.

Efek dari deklarasi vaksin di Indonesia dapat diukur sejak September 2020 sampai dengan data terakhir PMI November. Namun, harus dicatat, pada September, PMI kembali ke zona kontraksi dengan skor 47,2 seiring dengan deklarasi PSBB total di Jakarta yang kemudian diperhalus menjadi PSBB ketat. Efek deklarasinya dihitung dari Agustus adalah minus 6,7 persen. Efek negatifnya bertahan sampai Oktober karena angka PMI pada Oktober hanya naik tipis ke posisi 47,8.

Program vaksinasi diumumkan pada Oktober walaupun implementasinya masih di waktu mendatang. PMI November naik ke posisi 50,6. Dengan demikian, sampai dengan November, efek pengumuman vaksin adalah 5,9 persen. Bagaimana dampaknya pada pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2020, masih sulit diukur karena data PMI untuk Desember belum tersedia dan belum memasukkan pengumuman vaksinasi gratis.

Implikasi kebijakan

Pengalaman ini membuat pemerintah lebih berhati-hati dalam menangani dampak pemberitahuan untuk menghadapi peningkatan kasus positif seusai liburan panjang pada akhir Oktober. Taruhannya adalah di antara kontraksi perekonomian karena posisi PMI pada kisaran 50, rawan terhadap efek pemberitahuan negatif. Pada saat yang sama, peningkatan kasus positif secara drastis juga berpotensi mengganggu ekspektasi konsumen yang merupakan 59 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dikeluarkan Bank Indonesia menunjukkan persepsi konsumen yang ambigu. Di satu pihak masih pesimistis karena IKK masih di bawah 100, yaitu 92. Di lain pihak, salah satu pembentuk indeks adalah indeks ekspektasi konsumen (IEK), yang melejit ke posisi 123,9 pada November dari posisi pada Oktober. IEK mengukur ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi di masa mendatang. Efek negatif kebijakan pengendalian pandemi pada September dikhawatirkan akan mengganggu momentum pemulihan ekonomi.

Dengan adanya dilema ini, kebijakan yang diambil menggunakan konsep median voter theorem, menyeimbangkan kesehatan dan pemulihan ekonomi. Tidak ada larangan hitam-putih yang melarang bepergian ke luar kota, tetapi ada imbauan untuk tidak bepergian. Selain itu, syarat bepergian adalah menunjukkan hasil uji usap PCR atau antigen PCR.

Kompromi ini cukup beralasan. Sebab, survei Kementerian Perhubungan menemukan, 73 persen responden tidak akan bepergian ke luar kota pada liburan panjang akhir tahun ini. Tampaknya kebiasaan baru melakukan relaksasi jarak dekat dengan naik sepeda, berolahraga pagi, berkebun, dan lain-lain mulai mengakar. Hal ini dapat merupakan substitusi berlibur jarak jauh jika kondisi kesehatan masyarakat tidak memungkinkan.

Dengan demikian, efek negatif dari dampak pengumuman kebijakan baru dapat diminimalkan. Harapannya, ekspektasi masyarakat terhadap perbaikan ekonomi di waktu mendatang dapat dipertahankan. Pada saat yang sama, efek positif pengumuman vaksin gratis terhadap kesehatan masyarakat dapat dimaksimalkan. (hjtp)

 

Sumber: Harian Kompas. Edisi: Selasa, 22 Desember 2020. Rubrik Analisis Ekonomi. Halaman 1 bersambung ke Halaman 15.