Webinar Nasional Pusat Penelitian Badan Keahlian Setjen DPR RI, “Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju yang Berkelanjutan”

0

Webinar Nasional Pusat Penelitian Badan Keahlian Setjen DPR RI, “Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju yang Berkelanjutan”

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (18/11/2020) Dr. (H.C) Puan Maharani, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) membuka Webinar Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Badan Keahlian Sekretariat Jenderal DPR RI, dengan tema “Transformasi Ekonomi untuk Indonesia Maju yang Berkelanjutan” secara online, pada Rabu (18/11/2020).

Narasumber pada Webinar Nasional ini adalah Dr. H. M. Azis Syamsuddin, Wakil Ketua DPR RI, Sri Mulyani Indrawati, Ph.D., Menteri Keuangan RI, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., Rektor UI, Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D., Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), dengan moderator Dr. Ariesy Tri Mauleny.

Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, bahwa Indonesia akan menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045 apabila bisa meningkatkan produktivitas dan mempunyai inovasi yang tinggi. Tingkat produktivitas yang tinggi ini harus didukung oleh SDM dan tenaga kerja yang baik. Dilihat dari indeks daya saing, Indonesia menjadi negara yang mendekati maju. Namun, saat ini kapabilitas inovasi, institusi, dan kemampuan infrastruktur dinilai masih lemah dan kurang. Di sisi lain, perpindahan jumlah tenaga kerja informal yang tidak produktif saat ini masih menjadi tantangan dan teknologi menjadi salah satu jalan keluar yang memberikan dampak positif.

“Transformasi menjadi salah satu upaya untuk memperkuat daya saing, khususnya pada sisi SDM, baik kemampuan tenaga kerja hingga kesehatan. Selain itu, perlu adanya penyederhanaan regulasi, sehingga birokrasi menjadi efisien, dan membangun institusi yang baik. Hal ini harus dilakukan, karena kita ingin menjadi negara yang makin bisa mendekati tingkat level productivity competitiveness,” ujar Sri Mulyani.

Ari Kuncoro menjelaskan, bahwa peran perguruan tinggi dalam transformasi ekonomi Indonesia adalah dengan menghasilkan talenta yang memiliki kemampuan konektivitas budaya, dan memperbaiki kurikulum pendidikan Nasional di segala tingkat, baik umum maupun vokasi. Kurikulum  harus direorganisasi serta kompetitif sesuai perkembangan zaman. Dengan begitu, bisa menghasilkan lulusan yang memiliki 4 literasi, agar mampu beradaptasi dan berkiprah dalam masyarakat, yakni literasi dasar (membaca, menulis dan matematika), data, teknologi, dan manusia.

Ari menuturkan, Kurikulum Nasional yang menekankan pada kemampuan perencanaan, interpersonal skills, seperti koordinasi, negosiasi, percaya diri dan kemauan untuk keluar dari daerah nyaman, tampaknya ikut menjelaskan keberhasilan mereka masuk dalam radar menjadi anggota supply chain internasional. Walaupun masih di bawah universitas-universitas terkemuka di Malaysia dan Thailand, apalagi China yang sudah masuk supply chain internasional, Indonesia menargetkan pendidikan tinggi sebagai sumber devisa. Paling tidak Indonesia sudah mulai masuk radar international, di antaranya melalui sistem perankingan QS (Quacquarelli Symonds) dan THE (Times Higher Education).

Peringkat internasional hanyalah instrumen. Ada korelasi positif antara surplus neraca berjalan dengan ranking internasional perguruan tinggi di setiap negara. “Universitas-universitas papan atas di Indonesia termasuk UI, mendapat tugas untuk meningkatkan keterpaparan Indonesia ke dunia Internasional, baik melalui akreditasi internasional, kolaborasi penelitian, pertukaran staf pengajar (inbound and outbound) maupun arus mahasiswa luar negeri masuk dan mahasiswa dalam negeri ke luar,” kata Ari.

Bambang Brodjonegoro, mengatakan kerangka riset dan inovasi Nasional memfokuskan pada teknologi tepat guna, nilai tambah dan komersialisasi, substitusi impor dan peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN), serta teknologi garda depan. Hal ini memerlukan adanya triple helix yaitu peran serta industri, pemerintah, dan akademisi.

Menurut Bambang, pembinaan startup yang dilakukan oleh Kemenristek/BRIN berupa penguatan iklim yang kondusif untuk pembangunan inovasi di Indonesia. Kemenristek/BRIN sudah membina 1307 startup dan calon startup sejak 2015. Selain itu, juga mendorong ekosistem wirausaha menuju ekonomi berbasis inovasi, yang merupakan program dari masyarakat, yaitu berpengetahuan (entrepreneurial mindset, employability skills), berlatih di kampus dan industri, merintis mitra,  dan startup (wirausaha sukses). (hjtp)