MM FEB UI, GNAM 2020: Winning Strategies for Small and Medium Size Businesses Amidst Covid-19 Pandemic

0

MM FEB UI, GNAM 2020: Winning Strategies for Small and Medium Size Businesses Amidst Covid-19 Pandemic

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Setiap tahun pada bulan Maret dan Oktober, lebih dari 750 mahasiswa dari universitas anggota Global Network for Advanced Management (GNAM) di 30 negara, mengikuti kegiatan Global Network Week (GNW) di berbagai negara. Tahun 2020, untuk ke-10 kalinya  MM-FEB UI kembali menjadi salah satu tuan rumah Global Network Week, pada  tanggal 19–23 Oktober 2020. Tahun ini, menghadapi kondisi pandemi dan berdasarkan kesepakatan seluruh anggota GNAM, maka GN Week pada Oktober 2020 ini dilaksanakan secara daring, dengan Tema “Winning Strategies for Small and Medium Size Businesses Amidst Covid-19 Pandemic”.

Para mahasiswa yang mengikuti program GNW, saling mengunjungi universitas anggota GNAM lainnya, dan berinteraksi dengan berbagai  negara, budaya dan ekonomi.  Mahasiswa yang mengikuti kegiatan  MM FEB UI kali ini berasal dari UNSW Business School (Australia), Fudan University School of Management (China), IIMB – Indian Institute of Management Bangalore (India), Lagos Business School (Nigeria), Koç University Graduate School of Business (Turki), PUC Chile dan National University of Singapore. Selain 13 peserta asing tersebut, kegiatan GN Week ini diikuti oleh sekitar 66 mahasiswa MM FEB UI dan PPIM FEB UI, serta 7 mahasiswa MM lainnya dari seluruh universitas di Indonesia.

Hari pertama GNAM Week 2020, Senin (19/10/2020),

Dony Abdul Chalid, Ph.D., Ketua Departemen Manajemen FEB UI, dalam sambutannya mengatakan, bahwa UMKM saat ini sedang berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah Covid-19. Pemerintah telah berupaya membantu UMKM dengan skema PEN berupa hibah, relaksasi KUR, subsidi bunga, modal kerja, dan Banpres. Selain itu, UMKM harus menuju go-digital untuk bisa bertahan. Hal ini senada dengan informasi dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, bahwa baru sekitar 13% UMKM yang go-digital. Sementara itu, sektor pariwisata dan kreatif juga terdampak dan menyebabkan kunjungan wisatawan turun sekitar 30% pada awal pandemi dan tingkat hunian mengalami penurunan hampir 70%.

“Program GN Week 2020 di MM FEB UI Oktober ini, mengundang pembicara yang berkompeten memberikan pandangannya dalam menghadapi masalah tersebut. Pembicara ini termasuk tokoh-tokoh, seperti menteri, regulator, pengambil keputusan, dan CEO perusahaan terbesar di Indonesia. Selain itu, para peserta juga akan merasakan pengembangan pariwisata berkelanjutan di pusat pariwisata Indonesia, yakni Bali. Saya berharap acara GN Week 2020 dapat memberikan wawasan, ilmu, dan pengalaman berharga. Terima kasih atas partisipasi Anda dalam GN Week yang diselenggarakan oleh MM FEB UI,” demikian kata Dony.

Prof. Rofikoh Rokhim, Ph.D., Ketua Program Studi Magister Manajemen FEB UI, mengatakan bahwa GNAM tahun ini memilih spesial topik mengenai UMKM dan pariwisata di era pandemi.  “Kita mempunyai 3 hari diskusi bersama dengan industri terkemuka yang bergerak di bidang UMKM. Di sini, kita bisa mengetahui persoalan yang terjadi pada UMKM, baik dari segi proses bisnis, pemasaran, ekspor-impor maupun keuangan. Pemerintah Indonesia sudah memberikan kelonggaran pada industri perbankan, yaitu di sisi penyaluran kredit kepada UMKM dan akan dibahas bersama Agus Rachmadi dari BRI. Di sisi lain, kita juga membahas tentang beberapa industri yang terdampak pandemi yaitu industri komersil dan pariwisata dan kita telah mengundang CEO dari industri penerbangan untuk memberi pandangannya. Semoga GN Week ini memberikan insight kepada seluruh peserta. Selamat  mengikuti,” demikian Sambutan Rofikoh.

Rofikoh juga dalam kesempatan tersebut menyampaikan terima kasih kepada pihak sponsor dari Bank BRI, Tanoto Foundation dan Arwana Ceramics yang telah ikut mendukung program GNAM Global Network Week 2020.

Session 1: Setting up the Scene; Covid-19 Impact on Indonesian SMEs and Government Policy

Wawan Rusiawan, Direktur Kajian Strategis, Deputi Bidang Kebijakan Strategis Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, memaparkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak terhadap industri pariwisata di dunia, yang menyebabkan turunnya wisatawan internasional di seluruh dunia antara 850 juta – 1,1 miliar (-58% hingga -78%), hilangnya pendapatan US $ 910 juta -1,200 miliar dari industri pariwisata, dan risiko hilangnya lapangan kerja 100-120 juta (sumber dari UNWTO). Hal ini terjadi, karena pandemi menimbulkan kekhawatiran terhadap aspek kesehatan. Dari situ, mereka memilih untuk tetap berada di rumah daripada harus berwisata atau jalan-jalan demi menghindari penyebaran Covid-19. Sementara, pariwisata dan ekonomi kreatif bisa pulih kembali di era new normal dengan penerapan protokol kesehatan dan menyakinkan masyarakat golongan menengah ke atas untuk berkunjung ke destinasi wisata yang memberikan rasa aman dan nyaman.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menerapkan stimulus kebijakan dalam membangun penawaran dan permintaan di era new normal berupa persiapan destinasi wisata, penerapan dan pemantauan protokol kesehatan, membangun citra rasa aman dan nyaman yang menarik minat pasar, memberikan stimulus paket wisata/hibah pariwisata, optimalisasi kegiatan MICE kementerian dan instansi pemerintah di tujuan wisata.

Wawan menambahkan, Kemenparekraf juga membangun infrastruktur terhubung berdaya saing dengan negara lain, pemberian BLT kepada Mikro dan UKM pariwisata dan ekonomi kreatif, meningkatkan kualitas SDM, serta memperluas konektivitas wisatawan. Target lokasi utama pemulihan pariwisata dan ekonomi kreatif difokuskan di daerah Bali, Banyuwangi, Kepulauan Riau, Jawa Tengah/ DIY. Sudah saatnya Indonesia memiliki konektivitas sendiri, tidak tergantung negara lain, sehingga,kita bisa menjadi pusat ekonomi dan pariwisata di Asia bahkan dunia.

Session 2: Covid-19 and SME Banking – How Indonesian Banks Manage its Businesses Amidst Covid-19 while Helping SMEs to Recover

Agus Rachmadi, Director of BRI Microfinance Center, menyampaikan Covid-19 menyebabkan sekitar 60,52% UMKM mengalami penurunan penjualan, bahkan 7,01% tidak ada penjualan sama sekali, dan 77,45% UMKM mengalami penurunan permintaan. Namun, memasuki era new normal, aktivitas ekonomi di sentra-sentra UMKM sudah mulai menggeliat kembali sehingga perlu dukungan agar terjadi akselerasi pemulihan aktivitas bisnisnya. Contohnya BRI sudah melakukan restrukturisasi kredit bagi UMKM terdampak Covid-19, penyaluran kredit dari penempatan uang negara, pinjaman UMKM dengan penjaminan, dan subsidi bunga.

Dalam mendukung percepatan pemulihan bagi UMKM, BRI pun juga terus melakukan terobosan, antara lain dengan meluncurkan skema pinjaman baru yang diberi nama Kupedes Bangkit, untuk membantu nasabah mikro existing BRI yang tengah mengalami penurunan usaha dan membutuhkan modal kerja tambahan, guna menghadapi transisi menuju new normal. Lalu ada BRImobile, BRIspot (proses pengajuan pinjaman yang lebih cepat), dan pasar.id (transformasi pasar tradisional menjadi pasar digital) yang sudah digunakan oleh 16.000 pedagang di 3000 pasar tradisional.

“BRI juga melakukan inovasi digital, di antaranya digitalisasi inti (mendigitalkan layanan dan transaksi/proses bisnis berupa optimalisasi jaringan, mengintegrasikan operasi digital, menyederhanakan dan membakukan sistem). BRI membangun ekosistem digital (menghadirkan produk dan layanan digital platform for business, membuat model bisnis baru, dan bermitra dengan fintech). Lalu ada Proposisi digital baru (membuat dan meluncurkan independent green field digital bank di Indonesia) berupa mobile first channel, fully digital untuk pasar yang belum tersentuh, dan membangun kemampuan kapabilitas untuk new digital,” demikian Agus menutup sesinya. (hjtp)