Rektor UI, Ari Kuncoro di TVRI: Membangun Ekonomi Desa di Tengah Pandemi

0

Rektor UI, Ari Kuncoro di TVRI: Membangun Ekonomi Desa di Tengah Pandemi

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (23/9/2020) Pandemi Covid-19 banyak berdampak pada sektor perekonomian Nasional terutama pedesaan. Padahal, desa merupakan potensi utama perekonomian di Indonesia. Kita mempunyai 74.953 desa yang bisa diandalkan oleh pemerintah dan sektor-sektor lainnya untuk meningkatkan pergerakan ekonomi agar melaju dengan cepat di tengah pandemi.

Profesor Ari Kuncoro, Rektor Universitas Indonesia sebagai narasumber dalam acara Indonesia Bicara di TVRI, dengan tema “Membangun Ekonomi Desa di Tengah Pandemi” bersama host Nurul Jamilah, pada Rabu (23/9/2020), mengatakan pemulihan ekonomi nasional (PEN) di masa pandemi, memang terjadi di kota-kota sekunder, seperti Klaten, Karanganyar. Ini menunjukkan bahwa kota tersebut didukung oleh desa. Ibarat simbiosis mutualisme dan membentuk hierarki.

Itulah sebabnya, desa perlu meningkatkan daya tarik lainnya kepada masyarakat, misalnya pariwisata harus ditunjukkan sebagai suatu paket menarik, yang dipromosikan lewat video dan dikomunikasikan di Youtube maupun media sosial, sehingga masyarakat tertarik berwisata ke desa dan meningkatkan pembeliannya di sana.

“Ciri-ciri desa dikatakan maju berpacu pada ATM yang menunjukkan financial inclusion, artinya penduduk desa sudah bisa bertatanan finansial yang dapat memperoleh kredit maupun usaha. Tentu, harus diimbangi oleh infrastruktur memadai. Di desa ada suatu badan bernama badan usaha milik desa (Bumdes) yang mempunyai potensi menyatukan semua yang ada dari pemerintah pusat di dalam satu lini, karena unit pemerintahannya berada di desa. Hal tersebut memungkinkan adanya kegiatan-kegiatan sangat bervariasi dan perlu dilakukannya pendataan bagi pemerintah desa/kabupaten yang usaha-usaha lainnya berada di desa lainnya,” ucap Ari.

Lanjut Ari, untuk meningkatkan perekonomian di desa, anak mudanya harus mempunyai pekerjaan yang dibekali pendidikan dan pelatihan. Misalnya, membuat film pendek, seperti Desa Nepal yang berisikan promosi desa itu dan memperkenalkan produk-produk unggulan, tempat menginap yang eksotis, lalu diupload di Youtube ataupun media sosial. Selain itu, seluruh desa harus dikembangkan untuk menuju era digitalisasi, dengan membangun infrastruktur teknologi informasi berupa koneksi internet, laptop/komputer, smartphone, dan sebagainya.

Pada dasarnya, untuk mengajak anak muda tetap tinggal di desa dan melakukan kreativitas/inovasi, haruslah diberikan jaminan hidup yang layak berupa pekerjaan (pertanian, perikanan, pertambangan, dan sebagainya) dan usaha mikro. Sehingga bisa memberdayakan produk desa. Ari menyarankan, kementerian desa RI bisa berperan aktif mewujudkan dan mendukung peluang-peluang yang ada di desa tersebut kepada anak muda dengan memanfaatkan sumber daya alam.

“Saat ini, perekonomian Indonesia sudah menuju keseimbangan yang bagus dengan 59% berada di perkotaan. Jadi, di desa terkait rasio antara populasi dengan tanah semakin baik. Maka, ide transformasi ekonomi di desa, sebenarnya tetap pertanian tetapi kegiatan-kegiatan turunannya menjadi lebih banyak. Sementara, untuk desa terpencil harus ada program berkesimbungan dengan desa lainnya,” demikian Ari menutup sesinya. (hjtp)