Kuliah Umum MM FEB UI, “Indonesia Bangkit”

0

Kuliah Umum MM FEB UI, “Indonesia Bangkit”

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (18/9/2020) Magister Manajemen FEB UI mengadakan Kuliah Umum secara webinar dengan tema “Indonesia Bangkit”. Acara ini diisi oleh narasumber Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A., Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, dengan moderator Prof. Rofikoh Rokhim, Ph.D., Ketua Program Studi MM FEB UI dan closing remark oleh Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., Rektor Universitas Indonesia, pada Jumat (18/9/2020).

Luhut Binsar Pandjaitan, memaparkan bahwa di masa pandemi Covid-19, jumlah tes dan pengetatan protokol kesehatan yang dilakukan pemerintah menunjukkan bahwa kemampuan Indonesia mengendalikan Covid-19 semakin membaik. Langkah-langkah untuk membatasi penyebarannya membuat penurunan permintaan agregat dari berkurangnya aktivitas masyarakat, serta penurunan agregat kemampuan produksi karena produsen harus mengurangi utilisasi pabrik.

Sebagai akibat, ekonomi Indonesia mengalami perlambatan di Q2-2020, meskipun relatif lebih baik dibandingkan negara lain. Enam sektor yang paling terdampak dari Covid-19, meliputi industri pengelolaan, perdagangan besar dan eceran, konstruksi, pertambangan dan penggalian, transportasi dan pergudangan, penyediaan akomodasi dan makan minum.

Desain program pemulihan ekonomi Nasional (PEN) difokuskan kepada 3 aspek, yaitu kesehatan untuk penanganan Covid-19, pemberian bantuan sosial untuk masyarakat terdampak, serta stimulus ekonomi untuk pemulihan sektor swasta dan UMKM. Total anggaran untuk program PEN ini sebesar Rp695,2 triliun atau ~6.35% dari produk domestik bruto (PDB).

“Strategi pemerintah dalam mendorong investasi demi Indonesia bangkit berfokus pada sektor infrastruktur. Selain itu, dukungan investasi untuk mempertahankan reformasi sebelumnya dan debottlenecking hambatan investasi, mendorong pengesahan Omnibus Law, dan dukungan untuk bisnis dan publik yang terkena Covid-19. Pembiayaan investasi terhadap manajemen fiskal yang baik sebagai buffer, dan kebijakan luar biasa di waktu yang luar biasa,” ucap Luhut.

Selanjutnya, Luhut menambahkan, aturan praktis untuk investasi melalui business to business (B2B) terdiri dari 4 klasifikasi, pertama ramah lingkungan, artinya kepatuhan terhadap hukum mengenai lingkungan serta standar lingkungan regional dan global adalah suatu keharusan atau pembangunan harus berkelanjutan. Kedua, nilai tambah industri, artinya Indonesia akan memprioritaskan investor yang mau turut membantu memberikan nilai tambah bagi Indonesia dalam mengolah rich raw / sumber daya mineral. Ketiga, mendidik tenaga kerja lokal, artinya kami mengharapkan investor dapat mendidik tenaga kerja lokal sehingga mereka dapat memegang peran kunci di masa depan. Keempat, transfer teknologi, artinya faktor penting dalam investasi dan bantuan pengembangan kapasitas untuk masyarakat sekitar juga tidak kalah pentingnya.

“Untuk memperbaiki iklim investasi ke depan, pemerintah fokus pada beberapa kebijakan termasuk mendorong pengesahan omnibus law dan kebijakan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produk SDA Indonesia termasuk nikel, batubara, dan crude palm oil (CPO). Dalam hal ini, pemerintah bekerjasama dengan investor untuk melakukan transfer ilmu serta teknologi,” demikian Luhut menutup sesinya.

Rektor UI, Ari Kuncoro, dalam closing remark memberi apresiasi kepada Bapak Luhut Binsar Pandjaitan yang telah memberikan insight kepada mahasiswa MM FEB UI. Ari mengatakan, “Masalah yang terjadi saat ini banyak ketidakpastian, maka perlu melakukan koordinasi untuk mencapai suatu optimal, sehingga dapat meningkatkan efektivitas dari suatu kebijakan. Namun, tidaklah mudah, karena stakeholder yang begitu banyak. Maka, kita harus mengetahui timeline tentang berakhirnya kondisi ini yang disebut terminal condition. Hal semacam ini memberikan harapan dan ekspektasi positif pada pelaku ekonomi dan pembuat kebijakan, sehingga mereka tahu mengenai berakhirnya kondisi ini. Momentum ini bisa dijadikan kesempatan sangat bagus untuk melihat kemampuan kita selama ini yang tertutup, karena kondisi yang normal-normal saja,” tutup Ari. (hjtp)