Literasi Keuangan Goes to Campus

0

Literasi Keuangan Goes to Campus

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – (15/9/2020) Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, bekerjasama dengan Berita Satu dan Majalah Investor, OJK, didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Asuransi BRI Life, mengadakan webinar Literasi Keuangan Goes to Campus, dengan tema “Merencanakan Financial Freedom untuk Milenial” pada Selasa, (15/9/2020).

Pembicara pada webinar ini adalah Prof. Dr. Budi Frensidy, Guru Besar FEB UI, Tina Meilina, Executive Vice President Wealth Management Division BRI, Anik Hidayati, Direktur Pemasaran BRI Life, dengan moderator Primus Dorimulu dari Berita Satu Grup.

Dr. Beta Yulianita Gitaharie, Pj. Dekan FEB UI, memberikan sambutan pembuka bahwa saat ini, kita berada di era penuh dengan ketidakpastian, rumit, kompleks, serba tidak jelas, dan arus informasi begitu dahsyat yang diterima. Untuk itu, literasi keuangan sangat dibutuhkan sebagai informasi, pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang dapat memengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan. Dengan literasi keuangan, kita lebih tahu produk-produk keuangan, lebih yakin menentukan pilihan produk keuangan, meminimalisir penipuan bagi yang menawarkan hal-hal menggiurkan/menarik.

Merujuk survei OJK, tingkat literasi keuangan di Indonesia, masih relatif rendah sekitar 38% di tahun 2019. “UI, khususnya FEB UI, sangat gembira mendapat kesempatan menjadi host webinar ini. Kami berharap setelah mengikuti webinar ini, para mahasiswa bisa mendapat pengetahuan dan semakin terbuka wawasannya dalam memilih instrumen keuangan untuk menabung dan berinvestasi, sehingga dapat berpartisipasi mendukung kegiatan perekonomian yang berkualitas,” ucap Beta.

Tirta Segara, Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memberikan keynote speech, mengatakan pandemi Covid-19 sudah mengubah cara hidup dari berbagai hal. Tetapi, literasi keuangan tidak boleh ketinggalan, justru semakin penting belajar dari wabah ini. Literasi keuangan bagi milenial dianggap penting, karena 5 hal, yaitu milenial sebagai penerus bangsa dan sebagai critical economic players, tingkat literasi keuangan yang rendah baru 38%, lebih rentan secara finansial, tidak mempersiapkan dana darurat, dan pentingnya waspada investasi ilegal.

“Menanggapi fenomena tersebut, OJK berbagi 6 tips untuk mencapai financial freedom, yaitu pertama, pahami kondisi keuangan, karena kebebasan finansial tidak diukur dari besarnya pendapatan melainkan pendapatan itu bisa menutupi segala kebutuhan kita; kedua, tentukan tujuan keuangan; ketiga, mencari sumber pendapatan lain; keempat, menabung dan investasi; kelima, lunasi utang; dan keenam, persiapkan dana darurat. Penting diketahui, sebelum berinvestasi, pastikan legalitas dan logisnya produk yang ditawarkan. Pada kondisi pandemi ini investasi ilegal banyak bertebaran. Tercatat hingga 3 Juli 2020, ditemukan 792 investasi ilegal, 2.588 fintech ilegal, dan 93 gadai ilegal. Untuk itu, jika menemukan tawaran investasi yang mencurigakan, masyarakat dapat mengkonsultasikan atau melaporkan kepada Kontak OJK 157 (WA 081157157157), email konsumen@ojk.go.id atau waspadainvestasi@ojk.go.id,” kata Tirta.

Guru Besar FEB UI, Budi Frensidy, memaparkan tentang perbedaan antara kaya dan makmur. Kaya didefinisikan memiliki banyak harta atau aset bersih (net worth) yang lebih banyak daripada orang kebanyakan. Sedangkan kemakmuran merupakan kemampuan seseorang mempertahankan hidupnya tanpa harus bekerja (Kiyosaki, 1998) atau arus kas dari aset produktif/penghasilan pasif seseorang memenuhi standar kehidupan normalnya. Jika pengeluaran Anda Rp5 juta dan aset likuid Rp100 juta, kemampuan Anda bertahan hidup tanpa bekerja ialah 20 bulan. Jika aset Anda itu produktif, maka akan mampu bertahan lebih lama dari 20 bulan. Inilah yang disebut Anda telah mencapai kebebasan finansial. Orang kaya belum tentu makmur dan yang mestinya kita raih adalah kebebasan finansial bukan kekayaan.

Selanjutnya, Budi mengatakan, untuk dapat meraih kebebasan finansial dan mencapai tujuan-tujuan keuangan lainnya, Anda harus mampu merencanakan keuangan. Perencanaan keuangan ini tidak mesti menggunakan jasa perencana keuangan karena sejatinya Anda dapat melakukannya sendiri dengan hanya bermodalkan matematika keuangan, pengetahuan tentang produk keuangan dan investasi yang ada, dan disiplin diri.

Kunci kebebasan finansial, lanjut Budi, di antaranya miliki aset produktif dan hindari aset konsumtif, gaya hidup sederhana atau kendalikan keinginan, belilah yang dibutuhkan bukan yang diinginkan, akumulasikan kekayaan selagi muda, dan pahami aturan 72. Aturan 72 tersebut, yakni hasil kali return tahunan dan jumlah tahun untuk mendobelkan nilai awal selalu 72. P menjadi 2P jika dan hanya jika i x n = 72. P menjadi 2P ~ i x n = 72. Misalnya, apabila Anda mampu memperoleh bunga atau return tahunan 4%, maka Anda harus menunggu 18 tahun untuk mendobelkan uang Anda sekarang. Jika bunga 6%, maka Anda harus menunggu 12 tahun, dan menjadi 9 tahun dengan 8% p.a., dan seterusnya.

“Harus diingat, bahwa yang penting adalah mencapai kebebasan finansial, bukan kaya,” demikian Budi menutup sesinya. (htjp)

Berita juga dimuat media Suara Pembaruan yang dapat diakses melalui: https://beritasatumedia.cld.bz/SP-200916-P