Merdekakan Dosen UI untuk Meningkatkan Produktivitasnya

0

Merdekakan Dosen UI untuk Meningkatkan Produktivitasnya

Oleh: Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D.

 

DEPOK – (31/8/2020) Hal ini disampaikan oleh Prof. Nachrowi Djalal Nachrowi, Ph.D., Ketua Senat Akademik UI (SA UI) dan juga Ketua Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum se Indonesia (MSA PTNBH), pada Lokakarya Dewan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (DGB FKUI) pada tanggal 31 Agustus di Jakarta.

Lokakarya ini diadakan untuk menjaring masukan/usulan dari para narasumber dan peserta bagaimana mengakomodasikan peneliti di Lembaga Penelitian IMERI FKUI dalam struktur tenaga akademis UI. Akhir-akhir ini banyak peneliti di IMERI yang kurang betah menjadi peneliti purnawaktu di IMERI karena status kepegawaian dan jenjang karirnya di UI tidak menjanjikan.

Isi Paparan:
Menurut Oswald (2015), seorang peneliti dari University of Warwick England, suatu Tim Kerja yang menjalankan tugasnya dengan suasana riang gembira, produktivitasnya akan meningkat. Sebaliknya, suatu Tim Kerja yang mengerjakan tugasnya dengan penuh keterpaksaan dan dalam suasana batin yang penuh tekanan, produktivitasnya justru akan menurun.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah civitas akademi (CiVa) UI sudah menikmati suasana kegembiraan dalam menjalankan tugas Tridarma Perguruan Tingginya. Bila belum semuanya civa UI bisa menikmati pekerjaan sehari-harinya, maka produktivitas mereka masih belum optimal dan masih bisa ditingkatkan melalui jalur ini.

Kenyataannya, suka atau tidak, saat ini, seluruh dosen UI harus menjalankan Tridarma PT yang meliputi Pengajaran, Penelitian dan PengMas (Pengabdian pada Masyarakat). Kemendikbud berharap bahwa dosen di seluruh Indonesia menjadi manusia-manusia yang super yang bisa melakukan tiga tugas tersebut dengan sempurna. Secara rutin, dosen dievaluasi menggunakan ukuran standar yang sudah digariskan oleh Dikti yang meliputi pencapaian tiga tugas tersebut.

Dari pengalaman saya menjadi dosen di UI lebih dari 40 tahun, diakui atau tidak, ada dosen yang sangat bagus pada saat mengajar namun biasa biasa saja pada saat melakukan penelitiannya. Sebaliknya, ada dosen yang kurang bagus mengajarnya, tetapi hasil penelitiannya sangat luar biasa. Fakta ini menyadarkan kepada kita bahwa dosen itu mempunyai passion yang tidak sama dan oleh karenanya perlu diberi tugas utama yang berbeda-beda sesuai dengan selera dan kehebatannya. Konsekuensinya, dosen tersebut juga perlu dievaluasi secara berbeda sesuai tugas utama yang menjadi pilihannya. Bila hal ini bisa dilaksanakan, menurut Oswald, produktivitas dosen di UI bisa meningkat melalui cara ini.

Idealnya, dosen yang mempunya passion di penelitian, dosen ini diberi tugas utama meneliti dengan tugas tambahan mengajar dan melakukan pengabdian pada masyarakat. Sebaliknya, dosen yang mempunyai selera tinggi di pengajaran, dosen ini selayaknya diberi tugas utama mengajar dan diberi tugas tambahan meneliti dan malakukan pengabdian pada masyarakat. Sebagai konsekuensinya, kelompok dosen yang tugas utamanya meneliti, kelompok ini perlu dievaluasi dengan memfokuskan pada hasil penelitiannya. Sementara, kelompok dosen yang tugas utamanya mengajar, kelompok ini hendaknya juga dievaluasi dengan fokus pada pengajaran. Dengan memerdekakan dosen untuk memilih tugasnya sesuai dengan pilihannya sendiri, setiap dosen akan bisa menikmati tugasnya sebagai tugas yang menyenangkan dan bila hal ini terjadi, produktivitasnya bisa meningkat.

Dari diskusi di atas, jelas bahwa di UI diperlukan adanya semacam Dosen Peneliti yang tugas utamanya meneliti dan semacam Dosen Pengajar yang tugas utamanya mengajar. Bila kelompok ini diperluas, pengelompokan ini bisa mewadahi sejawat kita para peneliti yang berada di LPEM, LD dan LM yang berada di FEB UI serta para peneliti di IMERI yang berada di FKUI, maupun para peneliti yang berada di lembaga-lembaga penelitian lain di lingkungan UI. Para peneliti ini bisa dikelompokkan menjadi semacam Dosen Peneliti di UI, sehingga status kepegawaiannya menjadi lebih jelas. Meskipun demikian, kelompok ini perlu melakukan tugas Tri Darma Perguruan Tinggi dan dievaluasi pencapaiannya dengan fokus pada tugas utamanya sebagai peneliti dan dievaluasi juga kinerjanya pada tugas tambahannya. Walaupun tugas utamanya sebagai peneliti, kelompok ini masih perlu diberi tugas tambahan mengajar untuk mendiseminasikan hasil penelitiannya pada saat mereka mengajar. Selain itu hasil penelitiannya juga perlu disebarkan ke masyarakat yang lebih luas sebagai bentuk pengabdiannya pada masyarakat.

Karena perguruan tinggi secara organisasi saat ini berada di bawah Kemendikbud, maka jenjang karir kedua kelompok tsb. (paling tidak dalam jangka pendek ini) masih harus mengikuti jenjang karir yang ada di Kemendikbud. Namun, perguruan tinggi perlu mengusulkan adanya evaluasi pencapaian Tri Darma yang lebih fleksibel dengan fokus pada tugas utamanya masing-masing. Hal ini sudah diusulkan oleh MSA PTNBH ke Kemendikbud, namun hasilnya belum ada. Dalam jangka panjang, karir dari Dosen Peneliti bisa mengikuti jenjang karir yang sudah dirancang oleh Kemenristek. Untuk ini diperlukan adanya semacam perjanjian kesepakatan terlebih dahulu antara Kemendikbud dan Kemenristek/BRIN.

Demikianlah suatu usulan atau pemikiran saya tentang perlunya memerdekakan dosen UI dan bagaimana mewadahi para peneliti di lembaga-lembaga penelitian yang berada di lingkungan UI. (hjtp)