Lembaga Demografi FEB UI: Diseminasi Hasil Penelitian Fintech  

0

Lembaga Demografi FEB UI: Diseminasi Hasil Penelitian Fintech

 

 JAKARTA – Kamis (2/07/2020) Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbarunya mengenai industri fintech peer to peer lending di Indonesia. Hasilnya, industri itu memiliki peran besar untuk mendukung inklusi keuangan di Indonesia.

Riset itu bertajuk, “Dampak Sosial dan Ekonomi Fintech lending di Indonesia (Studi Kasus Investree 2017-2019)”. Untuk pertama kalinya di Indonesia, hasil studi kasus yang mengukur dampak sosial dan ekonomi fintech lending diumumkan.

Hasil Riset LD FEB UI ini menemukan bahwa kehadiran fintech lending telah berkontribusi pada peningkatan inklusi keuangan milenial terutama kelompok usia 35 tahun yang merupakan cakupan populasi terbesar di Indonesia saat ini. Pinjaman dari fintech lending menjangkau berbagai sektor produktif dalam perekonomian mulai dari pertanian, manufaktur, dan jasa.

Wakil Kepala LD FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana mengatakan, temuan itu menyiratkan peran dari fintech lending dalam mendukung sektor keuangan yang inklusif secara digital. Adapun riset yang dilakukan pada Desember 2019 menggunakan jenis studi kasus pertama yang mengukur dampak sosial dan ekonomi fintech lending di Indonesia. “Kontribusi yang semakin besar dari fintech lending menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat inklusi keuangan. Terbukti, sektor yang memiliki akses terbatas ke kredit, misalnya jenis bisnis layanan dan pertanian kini dapat berpartisipasi dalam pinjaman digital peer to peer,” papar Gede Wisana.

Dalam riset ini, LD FEB UI menggunakan metode wawancara tatap muka dengan 261 borrower yang dipilih secara acak dengan cakupan wilayah Jabodetabek (77%), Jawa Barat (15%), Jawa Tengah dan Jawa Timur (8%). Apabila melihat tipe pinjaman, borrower dengan tipe online seller financing adalah yang paling banyak menjadi responden dalam riset ini yakni sebanyak 62%, dilanjutkan dengan tipe invoice financing (32%), dan working capital term loan (6%).

Temuan lainnya dalam riset ini adalah banyak peminjam yang bergerak di bidang industri kreatif, di mana 24 % dari borrower Investree adalah para pelaku industri kreatif dan 15 % di antaranya mengalami peningkatan pendapatan antara 30 % hingga 50 % setelah memperoleh pinjaman. Kemudian, sebesar 52 % dari industri kreatif yang meminjam di Investree menggunakan layanan invoice financing, dilanjutkan dengan tipe online seller financing (33 %), dan working capital term loan (15 %).

Dewa Wisana menambahkan, industri kreatif memang sedang menjadi primadona, apalagi di kalangan generasi milenial. Tercatat terdapat 16 sub-sektor industri kreatif seperti konsultan atau periklanan, desain komunikasi visual, dan arsitektur yang sedang berkembang saat ini, sehingga pinjaman dari sektor tersebut cukup banyak.

Tak hanya industri kreatif yang mengalami peningkatan pendapatan setelah mendapat pinjaman dari fintech lending. Apabila melihat data yang didapat dari Investree, sebanyak 58 % borrower Investree yang bergerak di sektor industri manufaktur mengalami peningkatan pendapatan sebesar 20 % hingga 50 %, sebanyak 52 % borrower Investree dari sektor jasa serta 51 % borrower Investree dari sektor konstruksi juga mengalami peningkatan pendapatan serupa.

Secara keseluruhan, 56 % dari borrower Investree menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman dari Investree. Selain mendukung usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Indonesia dari sisi permodalan, Investree juga mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia melalui produk pembiayaan dengan skema syariah.

Menurut data Investree, borrower yang memanfaatkan skema syariah mencapai 21,6 % dari jumlah seluruh borrower. Riset ini menemukan bahwa terdapat 54 % borrower Investree Syariah telah mengalami pertumbuhan usaha yang diukur dari kenaikan pendapatan setelah mengajukan pembiayaan. Di antara para borrower Investree Syariah tersebut, sebanyak 20 % diantaranya mengalami pertumbuhan bisnis sebesar 30 %, dan 34 % lainnya mengalami pertumbuhan sebesar 20 %.

Riset ini juga menemukan bahwa fintech lending dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dalam bentuk peningkatan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam bisnis mereka. Temuan LD FEB UI mencatat kenaikan jumlah pekerja atau penyerapan tenaga kerja baru yang dipekerjakan oleh borrower Investree mencapai 44 %.

CEO dan Founder Investree, Adrian Gunadi mengatakan, di tengah pandemi Covid-19, Investree terus melakukan mitigasi risiko bagi para pelaku usaha yang mengalami kemandekan dalam bisnis mereka. Dalam hal ini, Investree menggabungkan data tradisional dan nontradisional seperti data yang berasal dari payment gateway serta data penjualan secara online.

“Dari kerja sama dengan mitra e-commerce dan payment gateway kita lakukan kalibrasi terhadap profil risiko. Kalau dilihat bisnisnya selama ini bagus, mungkin dalam beberapa aspek kita turunkan limitnya,” kata Adrian.

Menurut Adrian, jejak digital ini merupakan salah satu pertimbangan utama untuk dapat meminjam di fintech. Sehingga kerja sama dengan ekosistem ekonomi digital lainnya seperti e-commerce dan payment gateway sangat penting untuk mitigasi risiko di industri fintech.