Departemen Akuntansi FEB UI: Peranan Akutansi, Pajak dan Finance Dalam Running a Business

0

Departemen Akuntansi FEB UI:

Peranan Akutansi, Pajak dan Finance Dalam Running a Business

 

Hana Fajria – Humas FEB UI

Depok – Sabtu (27/6/2020) Departemen Akuntansi FEB UI mengadakan diskusi serius tapi santai secara daring, antar dosen Departemen Akuntansi FEB UI, dengan tema “Peranan Akuntansi, Pajak, dan Finance dalam Menjalankan Bisnis,” yang dihadiri 34 partisipan.

Narasumber pada diskusi ini adalah Prodjo Sunarjanto, M.Ak., Presiden Direktur PT. Adi Sarana Armada Tbk (ASSA Rent) sekaligus Dosen Akuntansi FEB UI, dengan moderator Dr. Ancella A. Hermawan, MBA., CA., ACMA., CGMA, selaku Ketua Departemen Akuntansi FEB UI.

Prodjo memberikan pengalamannya sejak mulai bergabung di perusahaan ASSA yang dipimpinnya sekarang, dan berbagi ilmu dalam mengembangkan bisnis.  Beberapa tips yang beliau berikan, adalah: pertama, saat memulai suatu bisnis, pilih tim yang solid dengan berbagai karakteristik.  Cari teman yang muda untuk mendapatkan kader, yang chemistry-nya cocok.  Dalam team harus ada bulldozer, yaitu yang bersifat agresif, tapi harus ada yang bersifat “ngerem”  selalu berpikir kalau gagal bagaimana.  Harus ada anggota ahli pajak, agar bisa mengerjakan tax planning yang baik untuk membantu cashflow management yang menguntungkan perusahaan, bukan tax avoidance.

Kedua, Debt Equity Ratio maksimum 4x, karena di atas itu beban bunganya tidak menjadi beban pengurang taxable income. Ketiga, asset tidak bisa naik terus, jadi bisnis lelang mobil ideal untuk get rid-off mobil yang sudah berusia 4 tahun. Keempat, perusahaan harus punya strategic planning (visi/misi/balanced scorecard untuk kontrol karyawan),” ujarnya.

Untuk suatu bisnis dengan karakter heavy asset based, depresiasi merupakan fixed cost yang terbesar, jadi harus di manfaatkan semaksimal mungkin, supaya utilisasi tinggi dan juga beban bunga bisa ditutup,  karena di Indonesia tingkat suku bunga tinggi sekali. Fixed cost yang tinggi harus dikejar dengan utilisasi/ produksi yang tinggi, karena ini sensitif terhadap waktu. Seperti argometer taxi, tidak jalan pun, biaya tersebut tetap menjadi beban perusahaan.

Selain itu, kita harus tetap memperhatikan peluang bisnis.  Dalam mencari bisnis, ikuti arah angin dan tidak selalu harus reinvent the wheel. Ada yang bisa ditiru dari negara lain, dan di modifikasi dengan situasi lokal, seperti gojek dan grab, meniru Uber. Dan selalu membuat suatu ekosistim dari pilar bisnis yang dimasuki.

Selanjutnya, bisnis di awal harus otoriter, tidak boleh demokrasi dan usahakan mendapat kepercayaan  dari pemilik. Buat perusahaan-perusahaan kecil untuk mengembangkan atau mencari pemimpin (bibit pemimpin) perusahaan baru. Pertahankan orang dengan skema profit-sharing.  Kita harus memikirkan exit strategy setiap kali membangun bisnis,  mengembangkan semangat entrepreneurship, dan yang terakhir mencari teman yang lebih tua/ lebih sukses, karena sudah lebih berpengalaman sehingga kita bisa bertukar pikiran. “It is all about managing expectation. Accounting is just accountability, manage company as you owned it, be humble, be adaptive, be responsive, be tough and be smart,” tutup Prodjo. (hjtp)