ILUNI MM FEB UI Adakan CEO Talks Bertajuk “New Normal, New Strategy: Lesson Learned from Transportation and Logistics Industries”

0

ILUNI MM FEB UI Adakan CEO Talks Bertajuk
“New Normal, New Strategy: Lesson Learned from Transportation and Logistics Industries”

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – ILUNI Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, mengadakan CEO Talks, bertajuk “New Normal, New Strategy: Lesson Learned from Transportation and Logistics Industries” berbasis webinar, pada Selasa (23/6/2020).

Narasumber pada CEO Talks adalah Carmelita Hartoto, Ketua Umum INSA sekaligus CEO PT Andhika Lines, Adrianto Djokosoetono, Ketua Umum DPP Organda sekaligus Direktur PT Bluebird Tbk, dengan moderator Martoyo, Supply Chain Director USG Boral.

Carmelita Hartoto, sebagai narasumber pertama, menyampaikan kegiatan logistik yang terdampak Covid-19, yaitu jasa angkutan barang (moda udara, laut, truk peti kemas (kontainer), truk ekspor/impor, bahan baku industri manufaktur), jasa kegiatan (stevedoring/bongkar muat, customs dan port clearance, depo peti kemas), jasa pergudangan bahan baku impor dan berikat, dan jasa logistik lainnya berkaitan dengan transaksi business to business.

Dampak juga dirasakan merata hampir pada seluruh sektor angkutan laut. PSBB yang berarti penutupan aktivitas pelabuhan/terminal penumpang, berdampak pada penurunan pendapatan pelayaran penumpang/Roro sebesar 75-100%. Untuk sektor barang kontainer, curah kering, tanker, tug and barge, offshore, dan kapal khusus mengalami penurunan yang cukur besar, berkisar 25- 50%. Kesulitan keuangan para shipper/pemilik barang berdampak pada penaikan piutang dagang perusahaan pelayaran, membuat cash flow perusahaan terganggu, khususnya pada sektor barang kontainer, curah kering, tug and barge.

Namun, sebaliknya, kegiatan logistik yang bisa bertahan bahkan mengalami pertumbuhan positif hingga era new normal, seperti jasa logistik e-commerce, jasa angkutan barang kiriman (courier service), jasa pergudangan bahan pokok dan barang retail, dan jasa layanan logistik berkaitan dengan transaksi business to consumer atau consumer to consumer.

“Efisiensi adalah strategi survive untuk pos-pos biaya perusahaan. Misalnya mengurangi biaya dinas luar kota yang dinilai tidak terlalu penting, digitalisasi/WFH dan outsourcing pekerjaan, laid up kapal, dan sektor pelayanan curah, offshore atau kapal khusus, melakukan negosiasi kontrak dengan pemberi kerja agar tidak memutus kontrak kerja,” kata Carmelita.

Kebijakan pemerintah memasuki era new normal menerapkan protokol kesehatan bagi semua bidang khususnya transportasi, ataupun pelayaran, melalui Permenhub No.41 Tahun 2020 tentang pengendalian transportasi dalam pencegahan penyebaran Covid-19, Surat Edaran No. SE.11 Tahun 2020, tentang pedoman rancangan tindakan (contingency plan) bagi pelaut dan pemilik/operator kapal, Surat Edaran No.12 Tahun 2020 tentang petunjuk pelaksanaan perjalanan orang dengan transportasi laut, dan SE Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini bernomor 8 tahun 2020, tentang pengaturan jam kerja pada masa adaptasi kebiasaan baru menuju masyarakat produktif dan aman dari Covid-19 di Jabodetabek.

Di sisi lain, pemerintah bersama pelayaran Nasional telah dan terus berinovasi terkait digitalisasi di transportasi laut. “Secara umum akan ada penurunan kinerja perusahaan pelayaran dan perusahaan akan bersikap wait and see. Meski demikian, stimulus dari pemerintah dan stakeholder membuat pelayaran masih memiliki peluang untuk bertahan,” tutup Carmelita.

Adrianto Djokosoetono, sebagai narasumber kedua, mengatakan bahwa berdasarkan pasal 197 Undang-Undang 22/2009, pemerintah dan pemerintah daerah sebagai penyelenggara angkutan wajib memberikan jaminan kepada pengguna jasa angkutan umum untuk mendapatkan pelayanan dan memberikan perlindungan kepada perusahaan angkutan umum dengan menjaga keseimbangan antara penyediaan dan permintaan angkutan umum.

Selama masa pandemi Covid-19, Bluebird mengakui bisnisnya terganggu. Namun, bisa bertahan dengan tetap mempertahankan 40.000 pegawai. Bluebird memiliki neraca yang sangat kuat dan konservatif dalam pengelolaan cashflow, sehingga masih bertahan sampai sekarang. Selain itu, Bluebird masih bertahan karena hubungan baik dengan berbagai pihak dan kerja sama yang sudah terjalin.

“Untuk mempersiapkan bisnis di era new normal, Bluebird menyiapkan berbagai strategi. Mulai dari mengoptimalkan the new digital business. Misalnya mengoptimalkan pembayaran EDC, kode QR, e-voucher, hingga pengiriman barang dengan meminimalkan interaksi dengan konsumen. Jadi, kita mengambil barang yang sudah ada dalam box dan pengemudi kita tidak memegang produk tersebut,” tutur Adrianto.

Lanjut Adrianto, Bluebird menjamin kebersihan, misalnya pergi dan pulang langsung ke pool-nya, sehingga kebersihan lebih terkontrol. Saat ini, aspek kebersihan bagaikan mata uang baru. Kami memeriksa kesehatan pengemudi, sterilisasi armada, menyiapkan hand sanitizer, jarak mobil, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan pesaing.

Perusahaan harus bergerak cepat namun terbatas sumber daya. “Untuk itu, kami harus mencari partner yang bisa bergerak bersama dengan biaya rendah. Langkah lainnya adalah menciptakan segmen baru. Mulai dari pengalaman e-mobilitas, logistik Bluebird, logistik, lelang mobil, dan lainnya,” tutup Adrianto Djokosoetono. (hjtp)