Kiki Verico : Wabah Corona dan Perputaran Roda Ekonomi

Kiki Verico : Wabah Corona dan Perputaran Roda Ekonomi

Kiki Verico : Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, serta Dosen FEB UI

Senin, 2 Maret lalu, pasien pertama penyakit akibat virus corona Covid-19 terkonfirmasi di Indonesia. Pemerintah pusat dan daerah menjalankan beberapa protokol, dari membuka layanan call center, pencegahan, pemeriksaan, pemantauan, hingga perawatan di rumah sakit rujukan. Pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat tentang Covid-19 agar masyarakat bersama-sama menjaga kesehatan dan memeriksakan diri apabila mengalami gejala serupa. Dalam jangka pendek, protokol pencegahan dan penanganan menjadi prioritas.

Lebih dari 100 tahun silam, dunia pernah mengalami serangan masif virus influenza yang menginfeksi sekitar 27 persen penduduk dunia. Pandemi ini dikenal dengan nama flu Spanyol. Berbeda dengan flu Spanyol, Covid-19 terjadi ketika rantai produksi dan sistem transportasi antarnegara sudah semakin terhubung dan didukung revolusi teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang semua orang bisa mengetahui secara real time, misalnya, melalui Johns Hopkins CSSE, jumlah orang yang terinfeksi menurut negara, serta jumlah yang selamat dan tidak selamat. Kondisi Perang Dunia I dan tingkat teknologi membuat data flu Spanyol terbatas dan sangat bervariasi. Sekarang tantangan bukan terletak pada kualitas data, melainkan kemampuan memilih informasi agar terhindar dari hoaks yang dapat memicu kekhawatiran yang tidak perlu. Informasi valid tentang Covid-19 disediakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.

Covid-19 akan memperlemah ekonomi dunia. Ekonomi Cina, negara besar yang ekonominya selalu tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan dunia, diperkirakan akan tumbuh di bawah 6 persen. Pertumbuhan ekonomi dunia, yang sudah melemah sejak 2019, akan semakin lemah, dari 2,9 persen ke 2,4 persen (OECD, 2 Maret). Menurut laporan ini, secara umum negara-negara akan mengalami penurunan pertumbuhan berkisar -0,1 persen hingga -1,1 persen.

Transmisi penurunan pertumbuhan ekonomi dimulai dari penurunan impor yang dibutuhkan ekspor dan perlambatan arus investasi asing jangka panjang yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Penurunan ekspor Indonesia sangat dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi Cina karena, selain sebagai negara tujuan utama ekspor nasional, Tiongkok adalah salah satu importir terbesar dunia untuk primadona ekspor nasional, seperti minyak dan gas, minyak sawit, serta karet alam.

Belum pernah terjadi sebelumnya, selain saat perang dunia, tekanan ekonomi dunia secara masif pada sisi pasokan. Inti dari sisi suplai adalah produksi, dan inti dari produksi adalah sumber daya manusia. Dapat dibayangkan, ketika inti dari inti pertumbuhan ekonomi, yaitu sumber daya manusia, terkena ancaman virus, seluruh kegiatan ekonomi, dari pengolahan bahan mentah, produksi barang setengah jadi dan barang jadi, jasa pengangkutan barang, investasi fisik, hingga mobilitas orang, akan menurun. Teknologi kecerdasan buatan tidak mampu berjalan ketika the real intelligence, yaitu manusia, tengah menghadapi masalah.

Dari sisi pariwisata, tutupnya beberapa pusat produksi dunia dan tertundanya investasi asing akan menurunkan jumlah perjalanan bisnis dan menggerus keuntungan usaha transportasi, hotel, dan restoran. Pada 2019, wisatawan asal Cina merupakan turis mancanegara terbesar di Indonesia dengan jumlah kunjungan 2,1 juta orang atau sekitar 14 persen dari total turis mancanegara yang masuk ke Indonesia.

Covid-19 secara sekaligus menurunkan arus barang, jasa, dan orang. Dari sisi ekonomi, apa yang harus dilakukan pertama kali jika ancaman virus ini dapat diatasi? Jawabannya adalah investasi. Mengapa? Karena investasi mendorong aktivitas produksi, seperti ekspor, impor, menyerap lapangan kerja, dan menciptakan arus perjalanan bisnis.

Saat jaringan produksi dunia kembali normal, Indonesia berpotensi menerima peralihan investasi dunia, seperti untuk tekstil, pakaian, alas kaki, perhiasan, sepeda, suku cadang otomotif, dan elektronik. Sebuah pelajaran berharga dari Covid-19 adalah Indonesia harus segera meningkatkan kemampuan agar menjadi bagian besar dalam jaringan produksi dunia untuk barang setengah jadi, industri hulu seperti kimia, dan mesin untuk industri hilir.

Peran pemerintah sangat penting untuk mendorong masuknya investasi yang mendukung transformasi ekonomi nasional. Kontribusi nilai tambah manufaktur terhadap ekonomi nasional diharapkan dapat kembali di atas 25 persen dengan sektor manufaktur berorientasi ekspor mampu tumbuh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Ketika sektor manufaktur mampu menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi dan sumber devisa, ekonomi nasional akan tumbuh lebih cepat dari rata-rata pertumbuhan saat ini. Pada akhirnya, terpaan ini mengingatkan kita bahwa roda ekonomi Indonesia harus terus berjalan maju.

Sumber : https://kolom.tempo.co/read/1317130/wabah-corona-dan-perputaran-roda-ekonomi/full&view=ok