Pesan Rektor UI Terpilih Ari Kuncoro untuk Kabinet Presiden Joko Widodo Jilid II Wujudkan Indonesia Maju 2045

Pesan Rektor UI Terpilih Ari Kuncoro untuk Kabinet Presiden Joko Widodo Jilid II Wujudkan Indonesia Maju 2045

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Kabinet baru Presiden Joko Widodo Jilid II sudah dilantik dan diberi nama Kabinet Indonesia Maju. Presiden menghadirkan wajah-wajah baru & menjanjikan perbaikan kinerja pemerintahan. Dalam pidatonya di paripurna DPR, presiden ingin mewujudkan Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita sebesar 27 juta rupiah pada tahun 2045.

Kabinet yang terpilih untuk periode 2019 – 2024 merupakan suatu model dari perubahan pembangunan. Mengingat, kita memerlukan lonjakan produktivitas di masa mendatang. Ibarat logika maritim & investasi dari negara lain dengan mengumpulkan produktivitas. Selama ini yang terjadi ialah Menko Perekonomian di Indonesia lebih berfokus pada stabilitas ekonomi.

Namun, tidak akan mudah mewujudkan mimpi-mimpi tersebut dalam lima tahun mendatang, karena gejolak ekonomi global siap menghadang pertumbuhan perekonomian dalam negeri dan hampir dipastikan Indonesia tidak akan menjadi negara maju, jika pemerintahan saat ini masih menggunakan cara-cara lama. Perlu terobosan inovatif untuk mewujudkan mimpi tersebut.

“Pada dasarnya, perlu ditingkatkan lagi dari segi investasi dan menemukan cara untuk bisa mengatasi birokrasi yang berbelit terutama dalam menghasilkan SDM yang berproduktivitas. Maka, untuk tahun 2045, produk birokrasi tersebut harus berlandaskan pada inovasi & teknologi,” kata Ari Kuncoro selaku Dekan FEB UI sekaligus Rektor UI Terpilih Periode 2019 – 2024 dalam acara Special Program “Ayo Kerja Lagi” di Metro TV, pada Rabu (23/10/2019).

Kelemahan yang menghambat Indonesia sulit menjadi negara maju, karena terlihat saat terjadinya perang dagang bahwa bukan hanya transaksi berjalan defisit namun neraca perdagangan juga ikut defisit. “Apabila kita telusuri, hal itu terjadi karena kurangnya penguasaan terhadap supply chain. Industri-industri yang menghasilkan bahan baku & bahan setengah jadi untuk industri hilir masih belum ada. Misalnya, produk Honda, Toyota bila ingin ke sini, maka untuk supply chainnya masih berada di Jepang,” tuturnya.

Membawa supply chain ini bukanlah masalah yang sederhana, karena skalanya bukan besar melainkan menengah bahkan kecil. “Maka, kalau konviden bisa ditimbulkan pada induknya, maka nanti bisa bilang ke supply chainnya untuk dipersilahkan berlokasi di Indonesia. Dan biasanya industri menengah & kecil bergerak tidaklah satu per satu, namun bederol desa serta itulah yang dinamakan aglomerasi,” tambahnya.

Sementara itu, bonus demografi yang terjadi selama ini hanya dari segi permintaan dan sisi skill belum terlihat unggul. “Saya melihat dengan adanya supply chain maka kita perlu melakukan fokus kembali untuk memperbaiki mutu pendidikan di negeri ini. Sehingga, tidak hanya menghasilkan SDM yang pintar secara akademis saja tetapi harus pintar secara teamwork untuk bisa berkoordinasi, bernegosiasi, dan mempunyai interpersonal ataupun soft skill,” pesan Ari Kuncoro di akhir siaran. (Des)