MM FEB UI Buka Global Network for Advance Management (GNAM) 2019 Bahas Pengembangan Industri Pariwisata Berkelanjutan Nasional

MM FEB UI Buka Global Network for Advance Management (GNAM) 2019 Bahas Pengembangan Industri Pariwisata Berkelanjutan Nasional

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Global Network Weeks merupakan salah satu kegiatan Global Network for Advance Management (GNAM). Seperti yang kita ketahui, GNAM terdiri dari jaringan 30 sekolah bisnis terkemuka dari 28 negara yang dimulai oleh Yale School of Management pada Agustus 2012 untuk menyatukan sekolah-sekolah anggota dari seluruh dunia untuk memberikan keragaman dalam interaksi antara negara, budaya, wilayah dan ekonomi.

Magister Manajemen FEB UI saat ini sudah ke-8 kalinya menyelenggarakan GNAM Week. Tahun ini, mengambil tema “Sustainable Development of Tourism” yang berlangsung di Jakarta & Bali, pada (14–18/10/2019).

Kegiatan ini disponsori oleh Tanoto Foundation, Bank Indonesia, Bank BRI, Bank BNI, PGN, Paragon (Wardah), dan Indosat Ooredoo. Pada hari pertama (14/10/2019), GNAM Week 2019 berlangsung di Auditorium Gedung MM FEB UI yang diawali oleh sambutan Wakil Dekan 1, Keynote 1, Diskusi Panel yang dimoderatori oleh T. Ezni Balqiah, Keynote 2. Kemudian, berkunjung ke pihak sponsor untuk sharing session ke Tanoto Foundation dan Bank Indonesia. Dan diakhiri berwisata ke Kota Tua Jakarta.

Beta Yulianita Gitaharie selaku Wakil Dekan 1 Bidang Pendidikan, Penelitian dan Kemahasiswaan memberikan sambutan bahwa tema yang diambil oleh MM FEB UI dalam GNAM tahun ini, sesuai dengan kondisi pariwisata di Indonesia yang sedang meningkat lebih dari dua kali lipat selama dekade terakhir. Industri pariwisata telah berkembang & menjadi pendorong utama ekonomi dan fitur utama dari strategi pertumbuhan ekonomi pemerintah. Untuk memfasilitasi pertumbuhan lebih lanjut, Pemerintah Indonesia berharap untuk meniru keberhasilan Bali sebagai tujuan wisata di beberapa lokasi lain yang tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk 2019, Indonesia menetapkan target 20 juta kedatangan wisatawan asing, dibandingkan dengan 15,81 juta pada 2018. “Namun, untuk mewujudkan hal tersebut dengan cara memperbaiki infrastruktur yang buruk dan meningkatkan investasi yang diperlukan untuk mendanai proyek infrastruktur yang diperlukan. Dari 2015 hingga 2019, dana yang dibutuhkan untuk memenuhi keseluruhan kebutuhan infrastruktur Indonesia berjumlah sekitar $ 450 hingga $ 520 miliar,” imbuh Beta.

Sementara, pengembangan pariwisata berkelanjutan membutuhkan partisipasi informasi dari semua pemangku kepentingan terkait serta kepemimpinan politik yang kuat untuk memastikan partisipasi luas dan pembangunan konsensus. Pariwisata berkelanjutan juga harus menjaga tingkat kepuasan wisatawan yang tinggi dan memastikan pengalaman yang berarti bagi para wisatawan, meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah keberlanjutan dan mempromosikan praktik pariwisata berkelanjutan di antara mereka. “Semoga acara GN Week di MM FEB UI ini dapat memberikan wawasan, pengetahuan, dan pengalaman yang berharga untuk memperkaya pemahaman Anda tentang pariwisata berkelanjutan di Indonesia,” harapan Beta di akhir sambutannya.

 

Keynote 1: Kinerja Pariwisata Indonesia

Senior Advisor to The Minister for Economy & Tourism Destination, Anang Sutono memaparkan bahwa kinerja pariwisata Indonesia naik secara signifikan dari 4,16 menjadi 4,30 pada 2019. Jika skor 4,30 ditempatkan pada indeks tahun 2017, maka diperkirakan setara dengan peringkat 36. Namun, pada kenyataannya tahun ini, Indonesia berada di peringkat 40 yang artinya negara lain juga mengalami peningkatan.

Di wilayah Asia Pasifik, Indonesia menempati urutan ke 12 dari 22 negara. Sementara untuk kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan ke 4 setelah Singapura, Malaysia dan Thailand. “Prioritas Program Kementerian Pariwisata untuk meningkatkan investasi dari sektor pariwisata dengan mengembangkan pariwisata digital (e-tourism), mengembangkan homestay, dan aksesibilitas udara untuk menekan pertumbuhan pengunjung dari luar negeri,” ucapnya.

Selain itu, akses mudah untuk berwisata ke Indonesia dengan sistem visa gratis, menyederhanakan kedatangan kapal pesiar, dan penghapusan prinsip sabotase kapal pesiar. Dengan itu, kami juga melibatkan perusahaan start-up yang diprakarsai oleh Wonderful Indonesia. “Maka, kami menerapkan 3 senjata pamungkas di 2019 demi memajukan pariwisata Indonesia dengan tiga upaya yaitu, upaya luar biasa (wisata perbatasan, pusat pariwisata & terminal berbiaya rendah), upaya ekstra biasa (insentif/akses, penawaran hot, promo hot mobile), dan upaya biasa (branding, iklan, penjualan),” tutupnya di akhir pemaparan presentasi.

 

Diskusi Panel: Pariwisata Indonesia ‘Pengembangan Transformasi Saat Ini dan Masa Depan’

President Indonesian Hotel & Restaurant Association, Hariyadi B. Sukamdani mengatakan ada 9 rekomendasi kebijakan yang diterapkan untuk mengembangkan sektor pariwisata, antara lain mengoptimalkan manfaat promosi pariwisata yang telah dilakukan dalam kegiatan bisnis nyata untuk meningkatkan kinerja industri pariwisata, memperluas cakupan kebijakan visa kunjungan gratis untuk meningkatkan pertumbuhan wisatawan asing, mendorong kerja sama (pemerintah pusat, pemda, bisnis) terhadap Aksesibilitas, Akomodasi, dan Tujuan wisata, memperbaiki perizinan & perpajakan yang membebani industri pariwisata untuk meningkatkan daya saing sektor pariwisata.

Meningkatkan kualitas SDM di sektor pariwisata dengan berfokus pada pelatihan & sertifikasi kompetensi serta mendorong terciptanya hubungan & kecocokan antara sekolah kejuruan dengan industri pariwisata, mendukung pengembangan MICE sebagai agenda penting untuk meningkatkan kedatangan wisatawan dan pergerakan wisatawan domestik, dan pemerintah mengawasi pengembangan platform digital serta fasilitas penjualan operator online & virtual yang dimiliki oleh perusahaan asing untuk menciptakan persaingan bisnis yang adil terhadap perusahaan/pengusaha lokal.

President Director PT Hotel Indonesia Natour, Iswandi Said menambahkan bahwa tujuan menjalankan bisnis perhotelan ialah untuk menjadi perusahaan perhotelan terbaik dengan standar Internasional dan sesuai dengan kepribadian Indonesia. Strategi yang diterapkan dengan membangun kepercayaan, berkomunikasi secara internal & eksternal, pertahankan & kembangkan kehadiran pasar, mengembangkan saluran komunikasi dua arah yang secara signifikan meningkatkan keterlibatan seperti alat digital (situs web, agen perjalanan online, media sosial), media cetak (majalah, buklet, brosur), dan MICE.

 

Keynote 2: Strategi Perencanaan Tujuan Wisata

Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa pengembangan pariwisata dalam RPJMN 2020–2024 dengan tujuan meningkatkan citra, daya saing dan kontribusi pariwisata dalam mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Ada 4 pilar pengembangan pariwisata, yakni meningkatkan ekosistem & industri pariwisata, meningkatkan aksesibilitas, fasilitas, daya tarik & manajemen destinasi, meningkatkan SDM pariwisata, dan perkuat merek pariwisata dan diversifikasi pemasaran pariwisata.

Perkembangan yang berfokus pada 2020–2024 dengan peningkatan lama menginap dan pengeluaran wisatawan terhadap aksesibilitas, fasilitas & daya tarik. Dengan pendekatan terpadu dan kolaborasi akan dapat mempercepat pengembangan destinasi wisata prioritas.

“Ada empat tantangan yang menjadi tujuan sektor pariwisata, pertama tren perlambatan turis yang datang ke Indonesia. Kedua, meningkatkan daya dukung lingkungan untuk menjadi higienis bagi wisatawan. Ketiga, meningkatkan manajemen destinasi. Keempat, menanggapi secara strategis megatren global pariwisata masa depan dengan mempromosikan budaya lokal untuk meningkatkan pengalaman pariwisata,” tutupnya. (Des)