Rangkaian Dies Natalis FEB UI ke-69 Tahun Hadirkan Dosen Tamu dari Harvard Kennedy School Bahas Teknologi dan Transformasi Layanan Keuangan

Rangkaian Dies Natalis FEB UI ke-69 Tahun Hadirkan Dosen Tamu dari Harvard Kennedy School Bahas Teknologi dan Transformasi Layanan Keuangan

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Dalam rangkaian Dies Natalis ke-69 Tahun, FEB UI menggelar acara Kuliah Umum dengan topik pembahasan “Financial Technology (Fintech) and The Transformation of Financial Services” yang dimoderatori oleh Kiki Verico selaku Wakabid Penelitian LPEM yang berlangsung di Auditorium Soeria Atmadja, Gedung Dekanat, Kamis (26/9/2019).

Dekan FEB UI sekaligus Rektor UI Terpilih Periode 2019–2024, Ari Kuncoro mengatakan pada hari ini, kami merayakan rangkaian Dies Natalis FEB UI yang ke-69 tahun dengan tema ‘Mencapai Tingkat Keunggulan Berikutnya’. FEB UI telah mengambil peran yang sangat signifikan dalam mengembangkan ekonomi Indonesia dengan menyediakan SDM yang unggul, lembaga think tank ekonomi terkemuka, berkontribusi dalam berbagai sektor ekonomi termasuk di lembaga pemerintah dan swasta.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelaraskan posisi FEB UI di tingkat Internasional melalui partisipasi berbagai akreditasi Internasional & keterlibatan dalam jaringan sekolah bisnis terbaik di dunia serta menghadirkan dosen tamu yang memiliki kompetensi terbaik di bidangnya untuk berbagi pengetahuan dengan mahasiswa. “Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Monica Romelina Sijabat, seorang alumni dan dosen dari Departemen Akuntansi FEB UI untuk mensponsori acara ini. Semoga ini memberikan manfaat luar biasa bagi FEB UI dalam meningkatkan jaringan Internasional dan ekposure serta meningkatkan pengetahuan,” tutup Ari Kuncoro di akhir sambutannya.

Wakil Rektor UI Bidang Keuangan dan Administrasi Umum sekaligus Guru Besar & Dosen Pengajar di Departemen Akuntansi FEB UI, Sidharta Utama menyampaikan atas nama Universitas Indonesia, saya ingin mengucapkan selamat atas perayaan HUT FEB UI ke-69 Tahun. Semoga FEB UI terus maju dan berkembang, lulusannya terus memainkan peran kunci dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Selain itu, juga mengucapkan selamat kepada Prof. Ari Kuncoro, Ph.D. yang terpilih sebagai Rektor UI untuk periode 2019-2024. Tentunya ini akan ditandai dalam sejarah UI karena akan menjadi profesor pertama dari FEB UI yang menjadi Rektor UI. Semoga Anda mendapatkan yang terbaik dalam peran baru Anda sebagai Rektor UI untuk mencapai visi-misi UI.

Dalam usianya yang ke-69, FEB UI melanjutkan warisan akademisnya yang luar biasa dalam bentuk pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. “FEB UI harus terus berada di garis depan untuk inovasi dan penelitian di bidang ekonomi, bisnis dan akuntansi sehingga dapat menjawab tantangan saat ini. Kami berharap bahwa staf pengajar, peneliti dan mahasiswa FEB UI dapat membangun berbagai kolaborasi penelitian intra-multidisiplin dengan berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya, sehingga dapat menciptakan lebih kreatif & inovatif berdasarkan teknologi informasi,” ucapnya.

Adjunct Lecturer in Public Policy at the Harvard Kennedy School, Jay Rosengard memaparkan bahwa inklusi keuangan pada negara berpendapatan rendah dan sebagian besar rumah tangga serta bisnis tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Maka, mayoritas yang tidak memiliki rekening bank ini kehilangan alat keuangan yang penting untuk menghasilkan kemakmuran ekonomi keluarga berpenghasilan tinggi dan perusahaan besar. Peluang yang setara untuk memanfaatkan layanan yang penting dalam mengelola keuangan rumah tangga dan perusahaan terlepas dari tingkat pendapatan atau ukuran bisnis seseorang.

Mengurangi marginalisasi keuangan dengan menghasilkan pertumbuhan yang lebih adil dan berkelanjutan. “Kuncinya ialah untuk mempromosikan pemberdayaan ekonomi yang dikecualikan secara finansial melalui inovasi dalam desain, pengiriman, dan regulasi produk keuangan,” katanya.

Indonesia telah menjadi pemimpin global dalam keuangan mikro, tetapi akses ke layanan keuangan mikro menurun bahkan ketika angka inklusi keuangan Global Findex Bank Dunia membaik (tetapi masih relatif lebih rendah daripada negara-negara Asia Timur & Pasifik dan berpenghasilan Menengah Rendah). “Bank-bank Indonesia kondisinya likuid, pelarut, dan menguntungkan serta ekonomi Indonesia telah berjalan baik, tetapi UKM menghadapi krisis kredit,” imbaunya.

“Teknologi keuangan (Fintech) merupakan penggunaan teknologi untuk menyediakan layanan keuangan, seperti transfer domestik, pengiriman uang asing, pembayaran e-commerce, nilai tersimpan & penghematan dompet elektronik, pinjaman crowdfunding dan pinjaman peer-to-peer. Fintech disruptive didorong oleh ketidakpercayaan pada lembaga keuangan mapan dan praktik non-kompetitif keuangan konvensional,” jelasnya.

Sementara, fintech komplementer didorong oleh instrumen keuangan yang terbatas dan bahkan lebih terbatasnya akses ke instrumen ini. Pembayaran seluler dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Dalam jangka pendek, tingkatkan pendapatan yang dapat dibuang dengan mengurangi biaya transaksi untuk melakukan pembayaran. Sedangkan jangka panjang harus dimanfaatkan untuk memberikan akses ke portofolio lengkap layanan keuangan (tabungan, kredit, asuransi). Sering digunakan untuk menyaring pelanggan untuk bunga tinggi, pinjaman jangka pendek, menciptakan perangkap utang.

Contoh Lain dari Fintech dan Pinjaman UKM, terdiri dari Fundbox (uang muka pada faktur yang beredar), Fundera (pemberi pinjaman yang disaring sebelumnya & pinjaman yang disetujui sebelumnya), lingkaran pendanaan, Kabbage (menargetkan pedagang menggunakan situs web), NAV (profil kredit bisnis gratis), OnDeck (menggunakan agregasi data dan teknologi pembayaran elektronik untuk menilai kelayakan kredit UKM), dan SizeUp (membantu bank untuk menyediakan layanan khusus untuk peminjam UKM mereka).

Implikasi kebijakan untuk fintech dan pinjaman UKM bahwa kendala utama bukan pada sisi penawaran, baik dari bank menengah/besar sering kelebihan modal dengan kelebihan likuiditas. Namun, masalah juga timbul pada sisi permintaan terhadap pinjaman kepada UKM dengan menggunakan metode konvensional berbiaya tinggi dan berisiko tinggi.

“Fintech seperti Lembaga Pendanaan atau Modalku mengatasi tantangan ini untuk dapat mengidentifikasi & menilai calon peminjam dengan biaya transaksi yang lebih rendah serta penilaian risiko yang lebih akurat daripada bank,” tutupnya. (Des)