Seminar APMMI Day 1: MM FEB UI Kembangkan Kurikulum 4.0 dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional

Seminar APMMI Day 1: MM FEB UI Kembangkan Kurikulum 4.0 dengan Standar Akreditasi Nasional dan Internasional

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Asosiasi Program Magister Manajemen seluruh Indonesia (APMMI) sebagai lembaga yang memberikan pedoman bagi kegiatan pendidikan MM di Indonesia secara rutin menyelenggarakan kegiatan seminar nasional bagi para anggotanya dengan tema “Kurikulum 4.0: Standardisasi VS Diferensiasi” yang bertempat di Auditorium MM, Salemba, (24–25/7/2019).

Saat ini, APMMI sudah beranggotakan 58 Prodi MM yang tersebar di seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan penyelenggaraan pendidikan terbaik dan juga mutu pendidikan MM di seluruh Indonesia dan terselenggara selama dua hari. Seminar ini dibuka oleh sambutan Rofikoh Rokhim, Ph.D., Kaprodi MM FEB UI dan Dony Abdul Chalid, Ph.D., Ketua Departemen Manajemen FEB UI.

Sesi 1: Desain Kurikulum Manajemen atau Bisnis yang Selaras dengan Standar Akreditasi Internasional yang Terkemuka

Senior Lecturer MM FEB UGM, BM. Purwanto mengatakan AACSB melakukan penelitian berupa varian selama beberapa tahun untuk mendapatkan visi bersama ke depannya. Sekolah bisnis harus bekerja bersama dengan beberapa pihak untuk menghasilkan inovasi, Prodi Magister Manajemen (MM) harus merangkul pendekatan multi-disiplin sehingga bisa saja dosen yang mengajar di MM tidak harus dari sekolah bisnis. Selain itu, kurikulum kita harus berinovasi untuk mengakomodasi keterkaitan antara industri, akademik dan praktik.

Seharusnya, MM menjadi sumber munculnya pemimpin-pemimpin baru yang bisa diandalkan dan berintregritas. Kita mestinya memiliki kontribusi yang kuat dalam mensejahterakan masyarakat. “Tujuan utamanya adalah untuk menghadapi pasar yang dinamis dan harus berupaya memaparkan mahasiwa pada teknologi dan solusi bisnis terbaru, tidak hanya memperluas program pembelajaran siswa tetapi juga mempersiapkan lulusan untuk memasuki dunia kerja,” ucapnya.

Keynote Speech: Kurikulum 4.0 – Standardisasi VS Diferensiasi

Direktur Jenderal Sumber Daya IPTEK DIKTI, Ali Ghufron Mukti menyampaikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia akan terus ditingkatkan di antaranya pengembangan vocational training dan pentingnya vocational school termasuk dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain. Saat ini, pemerintah akan membangun lembaga Manajemen Talenta Indonesia untuk mengelola diaspora. Diaspora akan diberikan dukungan agar memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan Indonesia dan membawa negara ini bersaing di tingkat global.

Fenomena usulan akreditasi nasional menunjukkan dari 1.451 usulan akreditasi PT ke BAN-PT, sebanyak 603 PT submit pada saat akreditasi sudah habis. Permenristekdikti No 32 Tahun 2016 sudah jelas mewajibkan PT untuk submit paling lambat 6 bulan sebelum masa akreditasi berakhir. “Jadi sangat serius persoalannya, karena akan berakibat status terakreditasi terputus. Jika saat akreditasi terputus ada wisuda maka lulusan tidak akan bisa diterima sebagai PNS. Namun, tak ada sanksi bagi yang terlambat,” ujarnya.

Sesi 2: Desain Kurikulum dan Kurikulum dalam Pengajuan Akreditasi Nasional Maupun Internasional

Ketua Departemen Manajemen FEB UI, Dony Abdul Chalid memaparkan untuk menilai kualitas dari masing-masing program bisa mempertimbangkan internal point of view, bisa juga dari program yang berlaku, dan external review (sparing partner). Jangan mengharapkan assessor memberi masukan kurikulum karena mereka hanya menilai, bukan advisor. Proses akreditasi mencakup materi penilaian tergantung dari institusi penilai (AACSB, EQUIS, AMBA, ABEST21) dan tergantung dari masing-masing kampus. Untuk sekarang, proses pembuatan kurikulum harus mengikuti standar AACSB. Namun, masalah yang kita hadapi, yaitu spesialisasi program, student profile nya (less experience, younger, dan banyak keberagaman).

LAMEMBA, Christantius Dwiatmaja menyambungkan pemerintah memberikan saran terhadap dosen untuk melakukan banyak publikasi. Selain itu, pemerintah harus juga memperhatikan tingkat kesejahteraan dosen. LAMEMBA diprakarsai oleh IAI, ISEI, AFEBI. Dibentuk berdasarkan rahan Kemenristekdikti untuk mengkawal LEMEMBA. Untuk sumber dananya berasal dari pemrakarsa, Kemenristek Dikti, KADIN, APINDO.

Anggota Dewan Eksekutif BAN-PT, Sugiyono menambahkan perguruan tinggi akan menghadapi era dimana tidak adanya perbedaan antara daerah, dalam mupun luar negeri. BAN-PT mau tidak mau harus bergerak untuk mengikuti perkembangan yang terjadi. Fokus Kemenristek Dikti saat ini mengembangkan kurikulum era 4.0 agar bisa bersaing nantinya dengan Perguruan Tinggi Luar Negeri yang berada di Indonesia. Oleh karena itu, ke depannya untuk pendidikan tinggi Indonesia perlu meningkatkan berupa karakteristik, monev, sistem penilaian, cara pembelajaran, dan marking system. (Des)