Populasi Yang Menua: Tinggi Konsumsi, Rendah Investasi Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Populasi Yang Menua: Tinggi Konsumsi, Rendah Investasi Serta Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

 

Melva Costanty – Humas FEB UI

Usia lanjut sering dikaitkan dengan penurunan kesehatan dan kemampuan yang produktif, peningkatan biaya kesehatan, serta penurunan (bahkan tidak ada) pendapatan. Namun, belum banyak orang ‘peduli’ dengan merencanakan masa pensiun untuk mendapatkan kemampuan finansial yang cukup. Hal ini semakin parah di negara berkembang. Orang berusia lanjut biasanya dibiayai oleh dirinya sendiri, pasangan (suami/istri), anggota keluarga, teman, anggota komunitas, negara atau bahkan tidak ada yang membiayai.

Isu lainnya, meningkatnya tingkat ketergantungan populasi yang ‘tidak produktif’ kepada populasi yang produktif. Tingginya ketergantungan ini merepresentasikan beban ekonomi, dimana satu orang yang produktif harus menanggung lebih banyak orang yang ‘tidak produktif’ dan sebaliknya. Populasi yang tidak produktif ini terbagi menjadi 2, generasi muda (dibawah 15 tahun)  dan generasi tua (diatas 65 tahun). Generasi muda masih masuk dalam kategori konsumen, belum produsen, sedangkan generasi tua juga konsumen, namun tidak lagi produktif. Kedua generasi dengan tingkat konsumsi dan ketergantungan yang cukup tinggi ini menyebabkan dana tabungan menipis, menurunnya investasi dan berujung pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Namun, terdapat potensi untuk menjadikan populasi orang lanjut usia sebagai asset dalam perekonomian. Untuk itu, perubahan perilaku diperlukan, diantaranya: perubahan dalam partisipasi angkatan kerja, penundaan usia pensiun, serta peningkatan produktigitas melalui pendidikan, kemamouan dan infrastruktur. Konsep ‘Active Ageing’ diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2002, untuk mendukung perubahan ini. Konsep ini bertujuan untuk membuat orsng lsnjut usia menjadi lebih sehat, independen dan produktif, dengan harapan mereka dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat dan perekonomian, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Populasi orang berusia lanjut di Asia Tenggara semakin meningkat dan mengalami periode pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam beberapa dekade. Negara-negara ini merasakan kekhawatiran yang sama terhadap besarnya tantangan yang dihadapi populasi yang menua. Di Indonesia sendiri, rata-rata usia pensiun adalah 59 tahun. Populasi usia pekerja yang khawatir terhadap peningkatan pengeluaran di masa pensiun hanya 16% dan 10% dari generasi milenial yang percaya bahwa mereka akan berkecukupan secara finansial pada masa pensiun-nya.

Populasi usia lanjut dan perkembangan ekonomi di Asia ini disampaikan oleh Prof. Phua Kai Hong, Prof. Aris Ananta, serta Evi Nurvidya, Ph.D dalam Seminar ‘Ageing and Economic Development in Asia’ (15/05). Seminar ini juga menjadi bagian dari publikasi buku dengan tema yang sama, ‘Ageing in Asia: Contemporary Trends and Policy Issues’. Kegiatan ini merupakan seminar regular yang diselenggarakan oleh Lembaga Demografi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia. Seminar reguler Lembaga Demografi ini terbuka untuk umum.