Ari Kuncoro Paparkan Strategi Atasi Defisit Transaksi Berjalan Kuartal 1-2019

Ari Kuncoro Paparkan Strategi Atasi Defisit Transaksi Berjalan Kuartal 1-2019

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

JAKARTA – Permasalahan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) Indonesia pada kuartal 1 merupakan paling terburuk sejak 2015. Bila dilihat CAD kuartal 1-2019 tercatat 6,96 miliar USD. Angka defisit tersebut jauh lebih dalam dibandingkan kuartal 1-2018 sebesar 5,5 miliar USD.

Ini merupakan suatu gejala dimana surplus dari neraca perdagangan kita terlalu tipis dan ekspor masih bergantung pada siklus komoditi. Selain itu, struktur industri hilir kita masih melemah dengan mengimpor sebagian besar bahan baku dan bahan setengah jadi.

“Skala dari industri yang memproduksi input industri ini memang menengah. Maka bagi mereka tidak terlalu bisa menyerap ekonomi dengan biaya tinggi. Sementara itu, industri hilirnya mereka lebih diuntungkan dengan mengimpor. Ini bisa diatasi jika seandainya permintaan dari industri hilir cukup besar,” kata Ari Kuncoro dalam acara news talkshow Squawk Box CNBC Indonesia ‘Awas! CAD Q1-2019 Semakin Lebar’ (13/5/2019).

Namun, hal ini memerlukan suatu perencanaan mengenai pengadaan dari bahan-bahan material secara bersama. Sehingga, industri-industri menengah ini mempunyai skala ekonomi untuk kerjasama dan bisa berlokasi di Indonesia. Ari Kuncoro menambahkan bahwa insentif pajak bisa diterapkan untuk industri hilir (industri otomatif) dalam meminimalisir harga barang impor menjadi murah.

Jika ini bisa diterapkan maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat maka impor BBM juga akan meningkat. Permasalahannya ialah kita harus mencari industri substitusi. Solusinya mobil listrik akan menggeser konsumsi BBM ke energi ramah lingkungan (listrik).

Dengan itu, untuk mengatasi semakin lebarnya CAD kuartal 1-2019 Indonesia ialah bahan bakar dan landing/service fee bisa bekerjasama dengan BUMN untuk sinergi dalam mencapai normal provit (keuntungan yang wajar). “Kemudian, kita membutuhkan suasana dimana tidak adanya perang dagang tetapi perekonomian di AS tidak terlalu bagus demi menghindari membengkak atau melebarnya CAD Indonesia,” tutupnya. (Des)