Pentingnya Peran Executive Education dari UKK FEB UI Guna Mendukung Tercapainya Akreditasi AACSB

Pentingnya Peran Executive Education dari UKK FEB UI Guna Mendukung Tercapainya Akreditasi AACSB

 

Millaty ~ Humas FEB UI

BANYUWANGI – Unit Kerja Khusus (UKK) FEB UI mengadakan rapat kerja tahunan di Hotel Illira, Banyuwangi 22-24 Februari 2019. Rapat Kerja UKK yang sudah memasuki tahun keempat ini dihadiri oleh 6 lembaga yang berada dibawah Fakultas yaitu, Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM), Lembaga Demografi (LD), Lembaga Manajemen (LM), Pusat Pengembangan Akuntansi (PPA), Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS), dan UKM Center.

Rapat kerja ini dibuka oleh Elok Tresnaningsih, SE, MS.Ak, sebagai koordinator unit kerja khusus FEB UI, kemudian dilanjutkan paparan oleh Wakil Dekan I, Dr. Beta Yulianita Gitaharie, S.E., M.E., mengenai capaian AACSB. Beliau memaparkan bahwa FEB UI sudah memasuki tahap ketiga, yaitu iSER updated, dimana FEB UI memiliki target pencapaian di bulan November 2019, untuk mencapainya tidak lepas dari peran semua unit di FEB UI, salah satunya unit UKK.

Beta Yulianita Gitaharie menjelaskan, ada 15 standar akreditasi AACSB, dimana ada standar yang berhubungan dengan unit UKK, yaitu standar 13-15 yang membahas tentang academic and professional engagement. Standar disini melihat engagement fakultas dengan masyarakat, Fakultas dengan alumni, peranan alumni menjadi peranan penting dalam proses akreditasi AACSB.

Standar 14 adalah standar yang sangat terkait dengan UKK, standar ini membahas tentang executive education, yaitu hubungan antara lembaga dengan degree program/program studi, dimana lembaga dan prodi harus memiliki keterikatan, agar terciptanya hubungan timbal balik, dimana degree program dapat memberikan konsep-konsep baru, aplikasi baru dan teori baru, sedangkan lembaga bisa berkontribusi dengan degree program, dengan memberikan contoh-contoh praktek. Dengan adanya hubungan ini, diharapkan bisa meningkatkan pembelajaran dan menghasilkan intellectual contribution.

Di akhir paparannya beliau mengungkapkan bahwa UKK yang ada dibawah FEB UI, sudah masuk semua ke dalam standar 14, karena total rating dari keenam UKK, lebih dari 5% khusus untuk training, dimana jika training lebih besar dari 5%  dari total revenue fakultas, maka si executive education itu harus masuk ke dalam AACSB nya. “Kapan saja kita akan di akreditasi, kuncinya ada di data, begitu juga dengan visi dan misi UKK, yang diharapkan dapat di align dengan visi misi FEB UI.” tutupnya. Dimana saat ini sedang dibangun sebuah data center, untuk mempermudah menggali data, yang menjadi tugas besar Sekretaris pimpinan FEB UI, Desti Fitriani, SE.Ak, MA, CA, CPMA, CPSAK.

Setelah paparan tentang AACSB, dilanjutkan dengan presentasi tiap lembaga, dilanjutkan presentasi dan sesi penutupan oleh Dekan FEB UI, Prof. Ari Kuncoro, Ph.D., dengan presentasi yang berjudul “Kepemimpinan Zaman Sekarang”. Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Dekan II, Vita Silvira, S.E., Ak., MBA, CA., d itengah pemaparan Beta Yulianita Gitaharie, beliau menyebutkan peran professional staff, faculty member sangatlah penting untuk mensupport executive education.

Dekan FEB UI menyebutkan bahwa sebagai pimpinan di FEB UI, yang merupakan profesional staf, harus memiliki jiwa yang open thinking, yang dapat berpikir out of the box. Diharapkan tiap pimpinan bisa membuat suatu manajemen organisasi tetap segar dengan melihat segala sesuatunya dari luar, yang dapat mempermudah medatangkan ide-ide baru, dan diperlukan critical thinking untuk memilih ide-ide tersebut. Reputation juga sangat dibutuhkan untuk meng-exercise tim yang dipimpinnya. Salah satu cara untuk membangun reputation yang baik adalah mencoba mengumumkan diri kepada publik, dengan cara simple language, short sentences, dan trending topic.

 Be a professor (someday), and be patient (for now). Tidak semua orang menjadi profesor, siapa yang masih bisa jadi profesor, jadilah, carilah spesifikasi dan bakat, be patient, FEB UI akan mempunyai suatu kombinasi yang tepat antara akademis, kemudian mencerdaskan kehidupan bangsa, akademis diantaranya dengan mengajar mahasiswa, metode pengajaran dirubah, yang penting intuisinya dulu disampaikan, baru technicalnya”, tutup Ari Kuncoro. (Des)