Peran Akuntan Sangat Krusial untuk Minimalkan Cybercrime

Peran Akuntan Sangat Krusial untuk Minimalkan Cybercrime

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia mengadakan Kuliah Tamu dengan topik “The Future of Accounting: New Frontiers, Technology, and Cybersecurity” untuk mata kuliah Pengauditan, Asuransi 2 dan Sistem Informasi Akuntansi yang bertempat di Auditorium Soeria Atmadja, Gedung Dekanat, Rabu (27/2/2019).

Ketua Departemen Akuntansi, Dr. Ancella A. Hermawan memberikan sambutan bahwa kegiatan ini merupakan niat untuk masa depan kita, semoga kolaborasi yang baik antara Departemen Akuntansi FEB UI dan University Technology Sydney (UTS) tetap terjaga. Apabila Anda sudah lulus Sarjana dari FEB UI dan ingin melanjutkan studi ke Program Magister atau mungkin Ph.D, Anda bisa mencoba salah satu Universitas dari Australia, yaitu University Technology Sydney.

“Kami mendorong siswa dari kelas sistem informasi akuntansi dan kelas audit untuk mengikuti Kuliah Tamu ini, karena materi yang disampaikan sesuai dengan situasi saat ini dan masa depan mengenai teknologi maupun akuntansi yang disampaikan oleh Dr. David Bond dari University Technology Sydney,” ujar Ancella.

Dr. David Bond selaku Senior Lecturer, Accounting Discipline Group, University of Technology Sydney menyampaikan materi bahwa kejahatan siber terbagi menjadi 5 jenis, di antaranya Phishing merupakan metode mencoba mengumpulkan informasi pribadi menggunakan surel dan situs web yang menipu. Untuk membuat penerima mengklik tautan (ke situs web palsu) atau mengunduh lampiran (sering mengandung malware).

Malware berarti perangkat lunak berbahaya. Semua jenis perangkat lunak yang ditulis dengan tujuan melakukan kerusakan pada data, perangkat, atau orang. Misanya Worms, adware virus Tojan, spyware, ransomware. Kemudian, Ransomware berbentuk malware yang setelah diambil alih komputer Anda untuk mengancam dengan bahaya, biasanya dengan menolak data Anda. Penyerang menuntut tebusan (seringkali Bitcoin).

Compromised Credentials ini adalah penyalahgunaan kredensial pengguna seperti nama pengguna dan kata sandi. Selain itu, Brute Force Attack ialah metode paling sederhana untuk mendapatkan akses dan hanya mencoba berbagai kombinasi nama pengguna dan kata sandi sampai masuk. Serangan dunia maya terhadap bisnis ini salah satu di mana pelanggaran tersebut sengaja dibuat untuk mengeksploitasi kerentanan untuk keuntungan finansial atau lainnya.

“Peran akuntan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Secara internal 29% dari penipuan yang dilakukan terhadap organisasi dilakukan oleh karyawan (PwC, 2018). Secara eksternal UKM / NFP tidak selalu memiliki sumber daya (waktu, tenaga, uang, dan keahlian) untuk menjadi yang terbaik dalam pencegahan kejahatan siber,” kata David Bond.

Selain itu, peran akuntan dalam perencanaan dan penilaian risiko menurut ISA 315.14 bahwa auditor harus mendapatkan pemahaman tentang lingkungan kontrol, Know Your Customer (KYC) bahwa peningkatan dokumentasi vendor atau pemasok, dan memastikan alokasi sumber daya untuk keamanan siber menghabiskan waktu dan uang. Tetapi kurangnya perlindungan bisa jadi lebih mahal.

“Masa depan adalah serangan dunia maya yang tidak akan hilang dalam waktu dekat inovasi teknologi akan terus berlanjut seperti Blokchain, pengenalan wajah, dan kecerdasan buatan,” tutupnya. (Des)