Ari Kuncoro Usulkan Strategi Ekonomi Indonesia di 2019

Ari Kuncoro Usulkan Strategi Ekonomi Indonesia di 2019

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Ekonomi Indonesia pada 2018 penuh tantangan, gejolak ekonomi global, perang dagang Amerika Serikat dan China serta belum kuat nya fundamental ekonomi di dalam negeri membuat sejumlah indikator makro memburuk. Rupiah sempat anjlok hingga 10% lebih sejak Januari – Oktober 2018 dan mencapai 15.200-an per USD Amerika Serikat.

Selain itu, nilai impor Indonesia yang melonjak terutama minyak mentah dan BBM mengakibatkan neraca perdagangan mengalami defisit. Sejak Januari – November 2018 defisit neraca perdagangan terdalam sepanjang sejarah mencapai 1.009 triliun rupiah.

“Melihat kendala pertumbuhan ekonomi di Turki dan Argentina sekitar 7% – 8% hanya menjadi bumerang. Bagi Indonesia yang perlu dilakukan terhadap hal tersebut dengan kombinasi yang sesuai antara inflasi dan pertumbuhan untuk menjaga daya beli,” ujar Dekan FEB UI Ari Kuncoro dalam Acara News Talkshow Indonesia Business Forum di TV One, (27/12/2018).

Terkait dengan resesi dunia yang tidak menutup kemungkinan untuk Indonesia akan mengalami hal serupa. “Dikarenakan Amerika Serikat terjadi perubahan yang luar biasa terkait persepsi investor dengan perkiraan pertumbuhan sekitar 1,75%. Indonesia harus melakukan terobosan dengan membangun konektivitas infrastruktur darat dan laut untuk meningkatkan dan memudahkan ekspor Indonesia,” jelasnya.

Mengingat Indonesia merupakan negara berbentuk kepulauan dengan Tanah dan Air yang luas dan melimpah. Tentu, ini bisa dijadikan sebagai aglomerasi atau meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita di tahun 2019. Selain itu, luas tanah kita 30% signifikan lebih luas dibandingkan dengan Jepang.

“Untuk itu, hal yang harus diperbaiki untuk perekonomian Indonsia dalam menyosong tahun 2019 ialah dengan the missing middle yaitu industri yang membangun atau menghasilkan substitusi input untuk industri hulu. Mengingat selama ini kita banyak mengimpor bahan baku atau penolong dari luar negeri. Hal ini hanya bisa dilakukan dalam satu rangkaian antara industri hulu dan hilir,” tutupnya. (Des)