Analisis Kredit dan Ekuitas Jadi Acuan Investor Menilai Perusahaan

Analisis Kredit dan Ekuitas Jadi Acuan Investor Menilai Perusahaan

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyelenggarakan Kuliah Umum dengan mengangkat tema “Credit Analysis and Distress Prediction” yang bertempat di Auditorium Soeria Atmadja, pada Sabtu (24/11/2018).

Kuliah Umum ini merupakan mata kuliah dari Analisis dan Penggunaan Laporan Keuangan. Putu Hendra Yudhana, CFA selaku Fixed Income Portfolio Manager PT Schroder Investment Management Indonesia sebagai pemateri yang pertama, menyampaikan bahwa analisis kredit secara pihak ketiga sudah ada lembaga yang melakukannya seperti lembaga pemerintah. Lembaga pemerintahan memberikan penilaian terhadap suatu perusahaan mengenai seberapa besar kualitas kredit dan kemampuan/kewajiban perusahaan membayar hutang dalam bentuk peringkat.

Peringkat itu sendiri mulai dari triple A (AAA) sampai single C atau dari tingkat teratas hingga bawah. Dalam hal ini investor bisa mempergunakan peringkat tersebut sebagai acuan untuk menilai perusahaan tetapi tetap berpegang teguh pada opini dari masing-masing investor. Paling terpenting seberapa bagus valuasi dari surat hutang tersebut.

“Misalnya, peringkat tripple A rata-ratanya seharusnya menawarkan bunga 8% dan double A 9%. Jadi, kalau ada tripple A yang menawarkan bunga 8,5% dan semua tergantung dari investor tersebut mau membelinya atau tidak,” ucap Putu Hendra Yudhana.

Kemudian, dalam mengidentifikasi aset atau kredit bermasalah dari suatu perusahaan yang bisa dilihat dari tren laporan keuangan perusahaannya tersebut. Contohnya, salah satu perusahaan sudah memberitahu bahwa hasil dari triwulan III tahun 2017 mengalami kerugian. Secara industri juga tidak menguntungkan dan rasio hutang tidak terlalu bagus. “Jadi, itulah tanda-tanda yang bisa kita gunakan untuk mengidentifikasi perusahaan tersebut bermasalah atau tidak dan jangan mudah terlena dengan suatu peringkat, karena peringkat teratas juga belum menjamin suatu perusahaan bebas dari hutang,” tutup Putu Hendra Yudhana dalam pemaparan materinya.

Lucky Ariesandi, CFA, FRM selaku Head of Research PT Bahana Sekuritas sebagai pemateri kedua, mengatakan analisis untuk ekuitas hanya mendapatkan claim dari aset dan profit perusahaan. Selain itu, investor dalam menilai ekuitas suatu perusahaan dengan melihat prospek ke depannya, karena ekuitas merupakan investasi jangka panjang.

“Apabila kita ingin melihat suatu perusahaan yang harus dilakukan oleh equity analysis yang baik itu harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang industrinya. Sehingga bisa melihat semua faktor yang bisa mempengaruhi suatu perusahaan ke depannya. Informasi tersebut bisa didapatkan dari banyak hal, seperti informasi keuangan perusahaan tersebut,” kata Lucky Ariesandi.

“Untuk menjadi equity analysis yang baik, yaitu seseorang harus memiliki akses yang cukup terhadap konsultan dari luar, pemerintah, dan rajin mencari informasi dari market termasuk dari pesaing-pesaing perusahaan yang ingin dianalisis,” tutupnya. (Des)