Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia dari Segi Tren, Peluang, dan Tantangan

Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia dari Segi Tren, Peluang, dan Tantangan

 

Nino Eka Putra ~ Humas FEB UI

DEPOK – Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyelenggarakan Kuliah Umum dengan membahas mengenai “The Development of Digital Economy in Indonesia: Trends, Opportunities and Challenges” yang bertempat di ruang 401-403, Gedung Pascasarjana, pada Rabu (21/11/2018).

Sugiharso Safuan, Ph.D., selaku Ketua Program Studi S-2&S-3 PPIE dan moderator dalam Kuliah Umum ini, mengatakan perekonomian digital telah berkembang pesat dan menjadi ikon baru dalam diskusi prospek perekonomian nasional dan dunia masa depan. Meskipun belum ada definisi baku, namun secara sederhana perekonomian digital tidak lain ialah bagian dari output ekonomi yang berasal dari kegiatan penggabungan teknologi multiguna melalui internet yang diaplikasikan di berbagai model bisnis barang atau jasa digital.

Erwin Haryono selaku Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembiayaan Bank Indonesia, menyampaikan pengertian ekonomi digital luas, namun fokus pada inovasi teknologi yang mempengaruhi aktivitas ekonomi dan sosial dari masyarakat. Sudah terjadi sejak industrial revolution 3.0 dan akan semakin meluas pada Industri 4.0 akibat teknologi baru yang memadukan fisik, digital dan biologi.

Peluang ekonomi dan keuangan digital, antara lain menumbuhkan inovasi, entrepreneurship & pertumbuhan ekonomi, memperluas akses yang lebih besar terutama pada inklusi keuangan dan UMKM, identitas digital yang dapat meningkatan layanan sosial dan publik menjadi lebih baik, dan terjangkau. Kehadiran teknologi baru (DLT, Blockchain) memperluas kesempatan untuk memberikan layanan yang lebih terjangkau, lebih cepat dan lebih baik.

“Selain itu, Bank Indonesia menerapkan kebijakan untuk saat ini dengan mendorong perdagangan berbasis elektronik (e-commerce) dalam memberdayakan UMKM nasional, dan mendukung pertumbuhan pembiayaan melalui keuangan digital untuk mengurangi Shadow Banking,” ucap Erwin Haryono.

Sukarela Batunanggar selaku Deputi Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Institute juga mengatakan dalam menghadapi ekonomi digital kita harus menyiapkan ekosistem, karena konsumen kita saat ini lebih membutuhkan satu produk yang lebih efisien dan multifungsi yang dapat digunakan dalam satu kesatuan.

“OJK mengambil peran untuk mengawasi dari sisi fintech dengan menerapkan peer to peer yang terdapat 73 macam produk. Selain itu, OJK mengatur dan mengawasi dari segi principle based regulation dan mengembangkan inovasi suatu produk yang berkembang,” kata Sukarela Batunanggar.

Budi Gandasoebrata selaku Managing Director Go-Pay menyambungkan bahwa dengan teknlogi, kita mampu memanfaatkan untuk meningkatkan sektor pertumbuhan ekonomi di masyarakat, karena masyarakat dalam akses ke teknologi sangat tinggi. “Go-Pay hadir sebagai jembatan menuju inklusi keuangan, seperti platform untuk menjangkau segmen unbanked, kolaborasi yang kuat dengan penyedia jasa keuangan, perbankan, dan regulator, serta tangga untuk UMKM naik level,” ujar Budi Gandasoebrata.

Ibrahim Kholilul Rohman, Ph.D., selaku Pakar Ekonomi Digital, Pengajar dan Peneliti FEB UI menambahkan bahwa kebijakan berdasarkan data diperlukan untuk klasifikasi standar. Jika kita melihat sejarah yang dapat mencerminkan masa depan berarti inti dari ekonomi digital adalah sektor ICT. Penelitian masa depan mungkin berkisar pada koleksi basis data, R&D dan teka-teki produktivitas.

Spesialis ICT adalah pekerja yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan, mengoperasikan dan memelihara sistem. Data spesialis ICT dihitung berdasarkan pekerjaan setelah International Standard Classification of Occupations (ISCO) terutama bersumber dari Survei Angkatan Kerja (LFS) dan Central Population Survey (CPS-US).

“Kehadiran ekonomi digital saat ini memudahkan aktivitas seseorang, misalnya dalam hal belanja suatu produk dengan memanfaatkan pasar e-commerce yang membuat waktu lebih efektif & efisien di tengah kesibukan mereka dalam bekerja,” tutup Ibrahim Kholilul Rohman sebagai pembicara terakhir dalam Kuliah Umum ini. (Des)